Monday, September 20, 2010

Last day di rumah tragis !!!!

Sore kemaren lusa (18 Sept 2010) sekitar jam 14.00 WIB, Cak Dhi ke rumah untuk mengajari aku mobil. Aku pun sangat bersemangat untuk bisa mengendarai mobil sendiri. Dirumah kebetulan cuman ada mobil merah, mobil punya Dinas Pendidikan Lamongan alias mobil pemerintah. Sejak dari jalan sawah menuju Menongo, aku mencoba mengendarainya. Kustrarter lalu ku kopling dan gigi satu masuk dan ngegas sedikit demi sedikit, mobil pun berjalan namun pelan2. Aklu belum berani cepet2 apalagi kalau simpangan ama mobil atau truk, aku masih takut. Jalan lurus perlahan2 kutempuh. Belokan curam aku turun dan diganti ama Cak Ndi. Seperti belokan Plembon, aku turun dan diganti Cak Ndi lalu jalan lurus lagi dan aku yang ngemudi lagi. Pokoknya gonta-gantilah.
Setibanya di Sugio melihat lapangan Segio kok kosong, akupun tergiur latihan disana. Maklum karena hujan lebat kemaren, lapangan cukup becek dan bergelombang namun tetep asyik. Lanjut ke Gondang sampai tepat di depan tempat wisata aku, Cak Dhi dan Kapit turun dan istirahat di warung. Di warung ini, aku makan rujak dan minum es degan bersama2 mereka. Selanjutnya lanjut latihan kembali dengan berjalan menuju rumah. Ternyata, nyupirku jauh lebih baik. Aku tidak gugup lagi kalau ada mobil atau truk yang simpangan ama aku. Emang tabiat seorang manusia kalo dah bisa satu pinginnya dua dan seterusnya. Belokan yang biasa ama Cak Dhi, kini aku atasi. Jadinya pada belokan Gondang ini, sangat tidak mulus dan bisa jadi terjadi kecelakaan kalau ada mobil dengan kecepatan tinggi melintas.
Tiba saatnya jalan lurus, akupun cukup terampil kalo berhadapan dengan trek ini. Kendalaku pada saat masuk gigi satu ketika hendak berjalan dan juga ketika menambah gigi. Selanjutnya tiba saatnya di belokan Plembon, aku coba sendiri, Cak Ndi berikan instruksi. Mobil ku-nol-kan dan masuk gigi satu dan gas kutancap. Kebetulan di pertigaan ini ada sepasang suami istri kalau tidak salah mau belok. Aku karena belum bepengalaman, ngegas terus dan tidak bisa ngerem. Akhirnya mobilpun menabrak dengan kecepatan tinggi di buk pembatas sungai. Buk pun hancur dan masuk ke kali sementara mobil juga hancur. Kaca depan lepas dan masuk ke sungai. Bodi kepalanya hancur. Simbol Carry di bagian depan lepas, lampu pecah sebelah, pintu sopir ‘gepeng’ dan pintu depan lainnya gak bisa ditutup. Mobil tidak bisa berjalan karena ban depan ‘dempet’ dengan ‘kepet’-nya. Pokoknya kalo dilihat dari depan kayak tabrakan di jalan2 raya lah.
Pas sesaat setelah tabrakan, kacamataku lepas. Aku tidak bisa lihat sekitarku dengan jelas. Alhamdulillah, kacamataku diambilin ama orang dan tidak ikut pecah. Kupakai kacamataku dan melihat mobil bentuknya dah sangat tidak karuan akupun takut karena mobil yang saya kendarai ini adalah mobil Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan alias punya Pemerintah. Takutnya lagi disini sangatlah ramai dan khawatir kalau2 nanti ada wartawan yang meliput dan masuk koran. Bisa2 nama Bapak sebagai Kabid Dikmenjur tercemar buruk.
Kembali ke keadaan mobil. Karena keadaan mobil yang tidak bisa berjalan, aku dibantu sodara2 termasuk Kapit nelpon keluarga di kampung. Bapak dan Ibu tidak termasuk karena lagi pergi ke Surabaya, takut ntar malah nggak tenang. Pak Lek Mus dan Lek Gun datang ke TKP dan langsung bertindak. Masyarakat sinipun berdatangan silih berganti. Mereka membantu mengangkat mobil dan juga berfikir bagaimana mobil ini bisa diangkot ke bengkel2 terdekat. Ide Lek Mus ternyata jauh lebih brilian. Mobil gak usah diperbaki di bengkel2 terdekat tapi di bengkel dekat rumah sendiri alias di kampung sendiri. Tujuan dah pasti. Mobil diangkot ke bengkel Alm Sriono. Tapi caranya masi sangat susah. Pertama ama mobil punya warga gak bisa, karena baknya mungkin kecil. Hari semakin sore dari awal kejadian sekitar jam 16.30 WIB. Aku dan Cak Dhi pun sholat ashar di musholla terdekat. Akhirnya Kak Yasin dan pak lek Gun datang kembali ke TKP dengan mobil pak De Tris. Sam,a mobil bak tapi lebih baik. Baknya bisa dilepas tak hanya depan tapi samping juga. Ini kebetulan mobil baru. Selanjutnya sampai maghrib masih dipikirkan bagaimana mengangkat bagian depan mobil ke bak Pak De Tris. Karena besok habis shubuh aku harus berangkat ke Bandung, aku dibantu dengan mas Bahar ke Pak Parno tuk pijat. Ternyata Pak Parno rumahnya tutupan. Segera menuju ke Joyo tapi aku sholat maghrib dulu di Masjid Al Falah Menongo. Setibanya di Joyo, aku tak langsung dipijat begitu saja tapi harus menunggu.
Kaki kananku semakin nyeri dan tiba saatnya dipijat. Aku keluarin urin dulu biar aku gak lama2 nahan. Kakiku dipijat dan bagian2 lain juga seperti punggung dan tangan. Alhamdulillah usai. Ku bayar Ibu tua dengan Rp. 20.000,00. Selanjutnya aku ke Masjid Merjoyo tuk sholat Isya ama Mas Bahar. Aku sholat di sini biar nanti di rumah tinggal istirahat. Aku menduga di rumahku ramai biarpun informasi bencana ini tersembunyi hanya pada keluarga dekat, tapi di Kampung ini sangatlah cepat menyebar.
Lewat bengkel Alm Sriono, mobil dah sampai. Ternyata cara yang digunakan biar mobil bisa diangkut adalah dengan melepas ban depan. Entah betapa susahnya mengangkut bagian depan mobil ini aku tidak tahu. Intinya, sodara2 dan warga sini dan sekitarnya sangatlah berjasa banyak. Aku disuruh pulang aja ke rumah. Di rumah emang bener ramai. Ada tetangga Mbah Simah dan juga keluarga kayak Lek Sun, De Jah, Pak De Busyro ,Mbah Mur dan sebagainya. Aku mendadak jadi sorotan. Aku ceritakan kronologi kejadian dan selanjutnya aku mencoba nyiapin barang2 buat besok ke Bandung. Setelah OK dengan dibantu Mbak Is, aku mencoba istirahat. De Muth tak lama kemudian datang, aku ngobrol sebentar ama beliau. Di saat yang sama ternyata Mbak Yayuk lagi sesar di RSM Lamongan ( Semoga sukses, amiin ). Akupun selanjutnya tertidur pulas sampa pagi.
Sebelum jam empat pagi Ibu ternyata bangunin aku. Seperti yang kuduga, beliau cukup marah dengan kejadian ini. Kemaren sebelum kejadian Ibu kan dah mewanti2 tapi aku kurang memerduikan. Kemaren juga bapak sebenarnya tidak mengizinkan. Aku sms bapak pas aku sedang belajar mobil ini namun baru dibalas ama bapak paska kejadian. Salah siapa ini berarti?. Aku ,jelas.
Seusai bangun aku kemudian mandi, sholat Shubuh dan nata2 lagi. Kakiku mungkin lebih bengkak, susah dibuat jalan tapi aku paksakan. Aku ketemu bapak dan belum berani tuk ngomong face to face. Semuanya OK dan aku berangkat. Pertama pamitan ama saudara2ku tercinta Mbak Is dan Dek Faroh dan juga keluargaku Hanif dan Mbak Heni.
Karena kemaren belum sempat pamitan ama mbah, sekarang pamitan. Di rumah Mbah Kami keluarga berkumpul . Ada Lek Mus dan keluarga, Lek Gun dan keluarga dan juga Mbah Kami. Putra kembar Lek Pha Arham kuciumi dan kupeluk. Aku bertekad tidak pulang sampai lebaran tahun depan. Mungkin tahun depan Arham dan Irham sudah jauh lebih besar dan pastinya sangat berbeda jauh dengan sekarang. Aku juga pamitan ama Mba Jah. Kebetulan ada Pak Lek Joko dan Lek Rahmawati dan juga Lek Hadi. Aku kemudian kembali ke rumah Mbah Kami dan pamitan terakhir. Aku jabat tangan satu per satu. Aku masih ingin mencium Arham. Irham saat itu sedang tidur jadinya cuman Irham.
Sampai di mobil, ternyata kak Yasin dateng. Aku turun dan jabat tangan beliau. Aku ucapin permintamaafan aku kepadanya. Selanjutnya perjalanan menuju Surabaya dengan dianter Ibu dan Bapak tercinta.
Di perjalanan aku diceramahin habis-habisan ama Ibu. Aku banyak diamnya dari pada menanggapi. Aku nggak berani ngmong ama bapak. Aku masih takut. Setibanya di Stasiun Gubeng, turun, ambil barang dan masuk ke area stasion seusai bapak markirin mobil. Aku kencing dulu dan Ibu beliin aku minum Pocari Swet. Selanjutnya menunggu di kursi duduk bentar dan denger aba2 kereta Argo Wilis dah sampai. Akupun dan orangtua menuju kereta. Ke lokomotif 3 seat 13 B. Sangat sial memang dapet duduk sendiri. Tapi hikmahnya aku dapet menulis tulisan ini.
Ibu melepasku dengan tangisan. Beliau mungkin khawatir dengan kondisiku yang pincang lalu membawa barang2 yang berat. Sangat berbeda pokoknya dengan ketika aku berangkat ke Bandung liburan sebelum ini. Aku jabat tangan mereka berdua dan aku dan orangtuapun berpisah. Ibu mengucapkan kata2 terakhirnya untuk selalu ingat nasehat tadi.
Aku kira mereka langsung meninggalkan stasion namun mereka tetap menunggu. Akupun mencoba netesin air mata melihat pengorbanannya tapi tidak bisa. Setelah bel kereta keretapun berangkat. Akupun mengirim sms ke bapak;
“Bpk, maaf banget saya sudah merusakkan mbil merah. Mbil dinas pendidikan dan juga mbil negara. Saya malu bnget bicara face to face ke pean. Saya berjanji pak, saya akan ganti mobil itu bkan dengan memperbaiki scara fisik melainkan saya akan tunjukkan di Bandung saya akan berprestasi dalam bidang akademik dan juga non akademik. Saya akan tunjukkan IP saya bisa naik dan nanti TOEFL saya mencapai 560. Saya tidak akan pulang sampe lebaran tahun depan pak. Karena mobil tyang saya rusakkan mobil dinas, saya berjanji kelak saya akan mengharumkan nama Lamongan dan juga berkontribusi terhadap perkembangan Lamongan. Believe n trust me!”

3 komentar:

fayiniwa said...

i believe that u can do it. u can be the best! make us feel so pround because of u. wish u all the best, my bro! keep spirit to be number one!

Uruqul Nadhif Dzakiy said...

Ok, make my writting this as ur inspiration reaching ur goal. Believe that u can a winner !!!

Aldy said...

Ganbatte bro!




By the way, I've moved to my new blog. U can visit there.