Thursday, October 07, 2010

Kepemimpinan---Hasil dialog dengan Ayi Vivananda (Wakil Walikota Bandung)

Pemimpin merupakan seorang yang berbeda secara kebiasaan dengan manusia biasa. Ia merupakan uswah dan panutan bagi orang banyak. Segala ucapan dan tindak tanduknya diawasi oleh banyak manusia. Ia haruslah melakukan hal-hal yang positif yang dapat menjadi inspirasi bagi orang lain.
Indonesia, negara kita tercinta, sekarang berada pada masa krisis kepemimpinan. Kepemimpinan pada eksekutif sekarang dinilai kepemimpinan yang lembek dan cenderung mundur. Ketika Amerika, Jepang dan Cina berbicara tentang high tech, negara kita masih berkutat dengan kemiskinan dan masalah lingkungan yang juga sampai sekarang tak kunjung usai. Di negeri kita tercinta timbul beberapa isu diantaranya; Pertama, Isu demokrasi. Demokrasi merupakan proses yang sama dalam mengambil keputusan. Semua orang sama di hadapan hukum. Tapi realitasnya mungkin jauh dari yang diharapkan. Demokrasi yang kita jalankan pasca nggulingnya rezim orde baru hanya sebatas demokrasi semu. Demokrasi takluk oleh kepentingan pejabat dan para konglomerat. Akibatnya rakyat jelata semakin tertindas secara perlahan-lahan karena kapitalisme masih menghinggapi pemerintah ini. Kedua, isu HAM. Ada lima golongan cabang-cabang dari HAM  yang sepatutnya kita perhatikan. Golongan I; berisikan Hak-hak hidup, Golongan II; berisikan hak-hak politik, Golongan III; berisikan hak-hak hukum dan ekonomi, Golongan IV; berisikan hak-hak ikut serta dalam pembangunan, dan Golongan V; Lingkungan. Sebagai seorang pemimpin muda, dua isu tersebut wajib kita ketahui.
Melihat kondisi bangsa ini yang compang-camping, dibutuhkan sesosok pemimpin yang visioner dan berkomitmen. Visioner berarti pemimpin yang mampu membaca tantangan masa depan. Ia tidak terfokus pada masalah-masalah yang terjadi sekarang namun juga permasalahan-permasalahan yang diprediksi akan terjadi kedepan. Disini dibutuhkan tindakan preventif dan kehati-hatian. Contoh realnya Kota Bandung diprediksi sepuluh tahun kedepan akan penuh dengan kendaraan bermotor. Sebagai pemimpin yang visioner. Ia mampu memikirkan membuat jalan alternatif semacam flyover Pasoepati atau juga membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Sedangkan komitmen berarti segala hal yang dilakukan pada masa kepemimpinan harus muaranya pada goal, pada tujuan. Ia tidak melakukan hal-hal yang sia-sia apalagi tindakan bodoh. Ia selalu fokus pada tujuan sehingga hasil yang maksimal akan didapat pada akhirnya. Ucapan dan tindakannya sinkron, artinya tidak berat sebelah alias dusta. Omongan cerminan perilakunya.
Bangsa Indonesia oleh bangsa lain dianggap sebagai bangsa babu. Ada sebuah ungkapan;
“Indonesia adalah bangsa kuli dan kuli bagi bangsa-bangsa”
Memang hal tersebut tidak bisa kita pungkiri bersama-sama. TKW dan juga TKI dikirim ribuan ke berbagai belahan negara seperti Malaysia dan Arab Saudi. Mereka disana banyak yang diperlakukan semena-mena. Contohnya ketika ribuan TKI Malaysia akan dipenjara karena kasus tertentu pemerintah negara kita cenderung membisu, sedangkan satu warga negara Filipina yang ditahan di Singapura, Pemerintah Filipina mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Singapura. Pertanyaannya sekarang, dimana letak kedaulatan kita?
Kita sebagai pemimpin masa depan haruslah tahu kelemahan dari negara kita dan selanjutnya dapat membenahi segala hal yang disorientasi pada tujuan negara kita. Allahu ‘Alam bis showab

0 komentar: