Kereta Pramex berangkat dari stasion
Purwosari ke Lempuyangan pukul 15.16 WIB sesuai jadwal. Model kereta ini hampir
sama dengan kereta SULAM jurusan Surabaya-Lamongan. Kereta ini penuh penumpang.
Sekitar sejam aku berdiri.
Sekitar jam 16.20 WIB, aku sampai di stasiun
Lempuyangan. Stasiun ini penuh orang. Mungkin karena libur panjang natal dan
tahun baru. Aku tanya ke petugas karcis tuk kereta jurusan Bandung. Ternyata
tiket ekonomi (Kahuripan dan Pasundan) ludes semua sampai tanggal 3 Januari
2012. Saat bengong, ada seorang alumni sekolahku (dua tahun lebih muda)
terlihat mencari informasi keberangkatan kereta. Aku sempat ngobrol ama dia
beberapa saat. Sembari menunggu jemputan, aku nongkrong beberapa menit di angkringan
tepat depan stasiun. Teh buatan angkringan Jogja memang tak ada duanya. Solo
kalah lah. Wenak tenan Rek!.
aku di nol kilometer Jogja |
Kawan-kawan Mu’allimin yang aku hubungi
ternyata pada sibuk. Cuman Mukhlis yang mengiyakan tapi Ia baru bisa menjelang
maghrib. Ia ada responsi di prodinya. Dari pada bengong Geje, aku berjalan menuju Gramedia Kotabaru. Tujuannya tuk melepas
panasnya perjalanan ini sekaligus lihat-lihat buku. Gerahku pun hilang
perlahan-lahan. Alhamdulillah. Kucari
buku kesenangan Iota Petisi 28 “SBY Mundur” tapi tidak ketemu. Justru aku
nemuin buku karangan Dahlan Iskan, idolaku. Judulnya aku lupa. Buku ini masih
terisolasi dengan balutan platik. Wajar buku baru. Salah seorang karyawan
kuminta untuk membuka. Baru kubaca sedikit, Mukhlis SMS bahwa dia sudah menunggu
depan Gramedia. Aku segera keluar dan segera mencari keberadaan dia. Setelah
cukup lama mencari, kudapatkan dia di kantor polisi. Ternyata Ia baru kena
tilang polisi. Kasihan sekali (santai aja Klis, Piis!).
Aku dibawa Mukhlis ke kosnya tak jauh dari
UGM. Azan maghrib berkumandang, aku dan Mukhlis sholat berjamaan di masjid.
Seperti saat-saat sebelumnya, kelakar canda tawa mewarnai pertemuan ini.
Mukhlis adalah teman sekelas enam tahun di Mu’allimin selain Ghufron (HI UGM)
dan Choy (Pend T.Mesin UNY). Abis sholat, bertemulah aku dengan temen
Mu’allimin lain, Jaja (Komunikasi UGM). Ngobrol semakin menghangat dan
cenderung sama dengan saat-saat di Mu’allimin. Ngobrol penuh canda, berdebat,
bahkan saling mengejek satu sama lain.
Setelah Isya’, aku, Jaja dan Mukhlis makan
malem bersama tak jauh dari kosan. Ngobrol ngalor-ngidul
dilanjutkan kembali. Baru sekitar jam 21.00 WIB, aku ama Mukhlis berkeliling
Jogja termasuk mengunjungi Mu’allimin dan kawasan malioboro. Jogja malem itu
sangat padat manusia. Tidak seperti saat sebelumnya, angkringan Pak Suroso
tidak aku kunjungi. Jadinya ngangkring
di Jalan Cik Di Tiro depan bundaran UGM. Ngobrol ama Mukhlis dilanjutkan
kembali. Tidak nikmat kalo ke angringan cuman makan atau minum tanpa ngobrol.
Suasana yang seperti ini yang membuat aku kangen ama Jogja. Ngobrol sampai
sekitar jam 23.00 WIB. Selanjutnya kembali ke kos Mukhlis dan bersiap-siap tuk
tidur.
Besoknya (28 Desember 2011), aku bangun
kesiangan, sekitar pukul setengah enam. Badanku penuh keringat. Kusegerakan tuk
mandi dan sholat Subuh. Rencananya hari ini aku keliling Jogja tepatnya di
kawasan nol kilometer. Sapto SMS kalo dia sudah menunggu di warung soto Pak
Margo. Aku dan Mukhlis segera kesana. Sapto adalah temen Mu’allimin saat di
IPA. Dia sekarang berkuliah di UMY fakultas pertanian. Warung Soto Pak Margo
ini sangat legendaris bagi setiap siswa bahkan alumni Mu’allimin. Warung ini
terletak tepat di belakang gedung sekolah. Biasanya anak Mu’allimin beli kesini
selain dateng langsung juga lewat lubang atau menaiki gerbang belakang. Sungguh
perjuangan sekali. Hehe.
Rasa Soto Pak Margo tak berbeda jauh dengan
tempo dulu. Lumayan enak dan cukup mengganjal perut. Agenda selanjutnya, aku
mengunjungi ke kos Sapto. Disini aku ketemu Dahlan, temen selama Tsanawiyah (3
tahun) di Mu’allimin dulu. Dia mahasiswa PAI di UMY. Dia memiliki suara emas
yang jarang dimiliki siswa Mu’allimin pada umumnya. Aku bangga dulu pernah
berduet ama dia saat soft opening pembangunan
gedung utama Mu’allimin pasca Gempa Jogja 27 Mei 2006.
Sapto dan Dahlan akan kuliah pagi ini. Aku
memilih tuk jalan-jalan keliling Jogja. Sapto mengantarku sampai shelter TransJogja depan SMANSA
Wirobrajan. Waktu kemudian kuhabiskan tuk jalan-jalan sekitar nol kilometer.
Kukunjungi Shoping centre di kawasan
Taman Pintar. Siang itu, perutku keroncongan, aku ngangkring dekat Pasar Beringharjo beberapa saat. Selanjutnya, aku
keliling malioboro. Aku tidak beli apapun. Maklum, budget lagi tipis. Saat itu musibah dateng. Energi HP aku abis. Aku
mencari cara dengan mengunjungi ramai mal. Aku berlagak akan membeli charger. Niatku cuma satu bahwa energy
HP aku harus terisi minimal tiga digit. Bidikanku cuma pedagang yang cewe. Aku
segan kalo cowo. Akhirnya setelah berkunjung ke tiga tempat, baterai HP aku
terisi dua. Lumayan lah.
Aku-Toni-Fajar berpose di depan masjid Gedhe |
Waktu menunjukkan menjelang sholat ashar. Aku
segerakan menuju masjid Gedhe Kauman. Disini aku sholat dan sempat tilawah
beberapa ayat. Sembari menunggu kawan-kawanku, aku istirahat merebahkan badan
sejenak sembari bales SMS Fajar. Dia akan kesini dan masih di perjalanan. Dia
bingung sekali dengan rute ke masjid Gedhe mengingat banyak jalan yang ditutup.
Malam ini akan ada pembukaan sekaten
di alun-alun utara. Makanya sangat ramai. Toni juga akan bertemu aku, SMS dia
menunjukkan demikian. Fajar sekarang sudah bekerja di kantor pertanahan di
Jogja. Dia alumni STPN Jogja yang sebelumnya sempat diterima di Jurusan Teknik
Sipil UGM tapi dilepas.
Setelah cukup lama menunggu, bertemulah aku
dengan Fajar. Tampang dan lagaknya masih tetap sama, khas Bantul Jogja. Saat
ngobrol, Toni dateng. Toni adalah mahasiswa T.Elektro UAD Jogja yang satu kelas
sama aku (dua tahun) saat di Mu’allimin. Sangat inspiratif sore ini. Ngobrol
penuh canda tawa tak bisa dibendung saat itu. Apalagi ketika Mukhlis dateng. Sebagai
kenang-kenangan, aku dan mereka bertiga berfoto tepat di depan Masjid Gedhe
Jogja setelah minum ronde traktiran
Fajar. Nikmat sekali. Terima kasih Fajar. Pertemuan pertamaku dengan Fajar
setelah 2.5 tahun berkesan sekali. Hehe.
Setelah kujama’ dengan sholat Isya’, aku pun
berpisah dengan Fajar dan Muhlis setelah sebelum maghrib Toni sudah balik
duluan. Selamat tinggal kawan. Selamat tinggal Jogja.
0 komentar:
Post a Comment