Saturday, December 31, 2011

Fajar, Setelah 2.5 Tahun Tidak Bertemu


Kereta Pramex berangkat dari stasion Purwosari ke Lempuyangan pukul 15.16 WIB sesuai jadwal. Model kereta ini hampir sama dengan kereta SULAM jurusan Surabaya-Lamongan. Kereta ini penuh penumpang. Sekitar sejam aku berdiri.

Sekitar jam 16.20 WIB, aku sampai di stasiun Lempuyangan. Stasiun ini penuh orang. Mungkin karena libur panjang natal dan tahun baru. Aku tanya ke petugas karcis tuk kereta jurusan Bandung. Ternyata tiket ekonomi (Kahuripan dan Pasundan) ludes semua sampai tanggal 3 Januari 2012. Saat bengong, ada seorang alumni sekolahku (dua tahun lebih muda) terlihat mencari informasi keberangkatan kereta. Aku sempat ngobrol ama dia beberapa saat. Sembari menunggu jemputan, aku nongkrong beberapa menit di angkringan tepat depan stasiun. Teh buatan angkringan Jogja memang tak ada duanya. Solo kalah lah. Wenak tenan Rek!.

aku di nol kilometer Jogja
Kawan-kawan Mu’allimin yang aku hubungi ternyata pada sibuk. Cuman Mukhlis yang mengiyakan tapi Ia baru bisa menjelang maghrib. Ia ada responsi di prodinya. Dari pada bengong Geje, aku berjalan menuju Gramedia Kotabaru. Tujuannya tuk melepas panasnya perjalanan ini sekaligus lihat-lihat buku. Gerahku pun hilang perlahan-lahan. Alhamdulillah. Kucari buku kesenangan Iota Petisi 28 “SBY Mundur” tapi tidak ketemu. Justru aku nemuin buku karangan Dahlan Iskan, idolaku. Judulnya aku lupa. Buku ini masih terisolasi dengan balutan platik. Wajar buku baru. Salah seorang karyawan kuminta untuk membuka. Baru kubaca sedikit, Mukhlis SMS bahwa dia sudah menunggu depan Gramedia. Aku segera keluar dan segera mencari keberadaan dia. Setelah cukup lama mencari, kudapatkan dia di kantor polisi. Ternyata Ia baru kena tilang polisi. Kasihan sekali (santai aja Klis, Piis!).

Aku dibawa Mukhlis ke kosnya tak jauh dari UGM. Azan maghrib berkumandang, aku dan Mukhlis sholat berjamaan di masjid. Seperti saat-saat sebelumnya, kelakar canda tawa mewarnai pertemuan ini. Mukhlis adalah teman sekelas enam tahun di Mu’allimin selain Ghufron (HI UGM) dan Choy (Pend T.Mesin UNY). Abis sholat, bertemulah aku dengan temen Mu’allimin lain, Jaja (Komunikasi UGM). Ngobrol semakin menghangat dan cenderung sama dengan saat-saat di Mu’allimin. Ngobrol penuh canda, berdebat, bahkan saling mengejek satu sama lain.

Setelah Isya’, aku, Jaja dan Mukhlis makan malem bersama tak jauh dari kosan. Ngobrol ngalor-ngidul dilanjutkan kembali. Baru sekitar jam 21.00 WIB, aku ama Mukhlis berkeliling Jogja termasuk mengunjungi Mu’allimin dan kawasan malioboro. Jogja malem itu sangat padat manusia. Tidak seperti saat sebelumnya, angkringan Pak Suroso tidak aku kunjungi. Jadinya ngangkring di Jalan Cik Di Tiro depan bundaran UGM. Ngobrol ama Mukhlis dilanjutkan kembali. Tidak nikmat kalo ke angringan cuman makan atau minum tanpa ngobrol. Suasana yang seperti ini yang membuat aku kangen ama Jogja. Ngobrol sampai sekitar jam 23.00 WIB. Selanjutnya kembali ke kos Mukhlis dan bersiap-siap tuk tidur.

Besoknya (28 Desember 2011), aku bangun kesiangan, sekitar pukul setengah enam. Badanku penuh keringat. Kusegerakan tuk mandi dan sholat Subuh. Rencananya hari ini aku keliling Jogja tepatnya di kawasan nol kilometer. Sapto SMS kalo dia sudah menunggu di warung soto Pak Margo. Aku dan Mukhlis segera kesana. Sapto adalah temen Mu’allimin saat di IPA. Dia sekarang berkuliah di UMY fakultas pertanian. Warung Soto Pak Margo ini sangat legendaris bagi setiap siswa bahkan alumni Mu’allimin. Warung ini terletak tepat di belakang gedung sekolah. Biasanya anak Mu’allimin beli kesini selain dateng langsung juga lewat lubang atau menaiki gerbang belakang. Sungguh perjuangan sekali. Hehe.

Rasa Soto Pak Margo tak berbeda jauh dengan tempo dulu. Lumayan enak dan cukup mengganjal perut. Agenda selanjutnya, aku mengunjungi ke kos Sapto. Disini aku ketemu Dahlan, temen selama Tsanawiyah (3 tahun) di Mu’allimin dulu. Dia mahasiswa PAI di UMY. Dia memiliki suara emas yang jarang dimiliki siswa Mu’allimin pada umumnya. Aku bangga dulu pernah berduet ama dia saat soft opening pembangunan gedung utama Mu’allimin pasca Gempa Jogja 27 Mei 2006.

Sapto dan Dahlan akan kuliah pagi ini. Aku memilih tuk jalan-jalan keliling Jogja. Sapto mengantarku sampai shelter TransJogja depan SMANSA Wirobrajan. Waktu kemudian kuhabiskan tuk jalan-jalan sekitar nol kilometer. Kukunjungi Shoping centre di kawasan Taman Pintar. Siang itu, perutku keroncongan, aku ngangkring dekat Pasar Beringharjo beberapa saat. Selanjutnya, aku keliling malioboro. Aku tidak beli apapun. Maklum, budget lagi tipis. Saat itu musibah dateng. Energi HP aku abis. Aku mencari cara dengan mengunjungi ramai mal. Aku berlagak akan membeli charger. Niatku cuma satu bahwa energy HP aku harus terisi minimal tiga digit. Bidikanku cuma pedagang yang cewe. Aku segan kalo cowo. Akhirnya setelah berkunjung ke tiga tempat, baterai HP aku terisi dua. Lumayan lah.

Aku-Toni-Fajar berpose di depan masjid Gedhe
Waktu menunjukkan menjelang sholat ashar. Aku segerakan menuju masjid Gedhe Kauman. Disini aku sholat dan sempat tilawah beberapa ayat. Sembari menunggu kawan-kawanku, aku istirahat merebahkan badan sejenak sembari bales SMS Fajar. Dia akan kesini dan masih di perjalanan. Dia bingung sekali dengan rute ke masjid Gedhe mengingat banyak jalan yang ditutup. Malam ini akan ada pembukaan sekaten di alun-alun utara. Makanya sangat ramai. Toni juga akan bertemu aku, SMS dia menunjukkan demikian. Fajar sekarang sudah bekerja di kantor pertanahan di Jogja. Dia alumni STPN Jogja yang sebelumnya sempat diterima di Jurusan Teknik Sipil UGM tapi dilepas.

Setelah cukup lama menunggu, bertemulah aku dengan Fajar. Tampang dan lagaknya masih tetap sama, khas Bantul Jogja. Saat ngobrol, Toni dateng. Toni adalah mahasiswa T.Elektro UAD Jogja yang satu kelas sama aku (dua tahun) saat di Mu’allimin. Sangat inspiratif sore ini. Ngobrol penuh canda tawa tak bisa dibendung saat itu. Apalagi ketika Mukhlis dateng. Sebagai kenang-kenangan, aku dan mereka bertiga berfoto tepat di depan Masjid Gedhe Jogja setelah minum ronde traktiran Fajar. Nikmat sekali. Terima kasih Fajar. Pertemuan pertamaku dengan Fajar setelah 2.5 tahun berkesan sekali. Hehe.

Setelah kujama’ dengan sholat Isya’, aku pun berpisah dengan Fajar dan Muhlis setelah sebelum maghrib Toni sudah balik duluan. Selamat tinggal kawan. Selamat tinggal Jogja.

0 komentar: