Friday, December 30, 2011

Tak Merugi Aku Beli Batik


Habis shubuh berjamaah, aku mengikuti siraman rohani sekitar setengah jam dari seorang ustadz UMS. Kudengarkan tausiyah beliau dengan antusias. Saat itu, bukan baju koko yang tak pake tapi setelan batik dan celana jeans biru lusung bekas perjalanan panjangku kemaren. Tepat jam 5 pagi aku mandi.  Setengah jam setelah itu, aku dianter Zaim ke halte batik TransSolo. Menunggu sekitar setengah jam, angkutan kebanggaan masyarakat Solo ini tidak muncul-muncul. Aku terpaksa naik angkot biasa dan jam 06.20 WIB sampai balaikota Solo.

Kondisi balaikota masih sepi, Satpol PP bilang kalo kantor Pak Wali buka sekitar jam delapan. Untuk mengisi kekosongan, aku makan di angkringan depan balaikota ama banyak bapak-bapak berseragam militer dan kemudian dilanjutkan dengan jalan-jalan mengitari kawasan Pasar Gedhe.

Sekitar jam 07.00 WIB aku menuju balaikota lagi tepatnya di masjid balaikota. Aku menyaksikan para PNS berdatangan. Selanjutnya aku sholat dhuha dua rakaat dan berharap semoga nanti dipertemukan dengan Pak Wali. Ternyata para PNS ini sedang melakukan apel. Kutunggu sampe usai. Selanjutnya aku langsung menuju kantor Pak Wali. Kantor Pak wali sangat luas dan gagah. Sembari menunggu, aku ngobrol ngalor ngidul ama satpol PP yang menjaga ruangan ini.

aku-Pak Jokowi-Amri 
Beberapa menit kemudian, Amri dateng dengan batik, celana bahan dan pantoefel persis kaya pejabat. Sementara aku pake batik Klewer, jeans biru lusung dan sapatu tenis tua. Saat asyik ngobrol, datanglah Pak Wakil walikota, Pak Rudy namanya. Aku sempat berjabat tangan dengan beliau. Cukup lama setelah itu, Pak Jokowi dateng dengan memakai seragam bupati dibalut dengan jas hitam. Beliau dateng dengan ajudannya. Saat dateng, aku langsung samperin dan bilang “Pak Jokowi, saya mahasiswa dari Bandung, boleh ngobrol ama Bapak kan?” (kurang lebih ini kata-kata saya). Pak Jokowi menjawab “Silahkan!”. Aku segera masuk ruangan dan duduk di kursi empuk dekat wartawan dari TA TV, TV lokal Solo. Aku merancang strategi dengan Amri. Saat itu ada beberapa orang yang akan bertemu dengan Pak wali diantaranya pengusaha, PNS senior dan karyawan balaikota. Tanpa surat (sebelumnya disuruh buat surat ama sekretaris pribadi Pak Wali tapi aku tidak mau), aku diperbolehkan masuk ama sekbri Pak Wali bersama dengan wartawan dengan TA TV setelah menunggu cukup lama. Pak Wali menyambut dengan hangat aku dan crew. Ruangan Pak Wali cukup luas. Pak Wali duduk di kursi tengah sementara aku dan crew duduk di sampingnya. Pak wali menjawab dengan antusias  namun santai setiap pertanyaanku dan crew. Pertanyaan detail dari crew TA TV, pertanyaanku cuman cemen-cemen aja. Hehe. “Bapak kan dicalonin berbagai pihak tuk jadi RI-1, bagaimana kesiapan Bapak?”, tanyaku. Pak Jokowi menjawab, “Saya kan pemimpin kelas RT, biarin aja lah”. Pertanyaan demi pertanyaan aku dan crew lontarkan kepada beliau sekitar 35 menit. Selanjutnya, aku, Amri dan bendera MG berfoto bersama Pak Jokowi. Saat itu aku membuktikan sekali pemberitaan media saat ini. Pak Jokowi memang sosok yang sederhana, visioner, merakyat, rocker (suka ama Metallica, hehe)  dan santun.

aku dan Pak Jokowi
Hari itu aku merasa sangat bahagia. Visi bepergian ke Solo tidak sia-sia. Pemimpin inspiratif dari Solo berhasil kutemui. Aku segera update FB dan bilang kepada rekan dekatku.

Agenda selanjutnya yaitu ke toko buku tradisional Solo, Busri (kepanjangan dari Buri Sriwerdani). Disini sampe jam 13.00 WIB saja. Di tempat ini, aku mendapatkan ilmu baru yaitu tentang sejarah Solo kuno tapi tidak akan kuceritakan. Selanjutnya dengan angkot, aku menuju stasion Purwosari tuk melanjutkan perjalanan ke Jogja dengan Pramex.

To be continue…

0 komentar: