Habis shubuh berjamaah,
aku mengikuti siraman rohani sekitar setengah jam dari seorang ustadz UMS. Kudengarkan tausiyah beliau
dengan antusias. Saat itu, bukan baju koko yang tak pake tapi setelan batik dan
celana jeans biru lusung bekas perjalanan panjangku kemaren. Tepat jam 5 pagi
aku mandi. Setengah jam setelah itu, aku
dianter Zaim ke halte batik TransSolo. Menunggu sekitar setengah jam, angkutan
kebanggaan masyarakat Solo ini tidak muncul-muncul. Aku terpaksa naik angkot biasa
dan jam 06.20 WIB sampai balaikota Solo.
Kondisi balaikota masih
sepi, Satpol PP bilang kalo kantor Pak Wali buka sekitar jam delapan. Untuk
mengisi kekosongan, aku makan di angkringan depan balaikota ama banyak
bapak-bapak berseragam militer dan kemudian dilanjutkan dengan jalan-jalan
mengitari kawasan Pasar Gedhe.
Sekitar jam 07.00 WIB aku
menuju balaikota lagi tepatnya di masjid balaikota. Aku menyaksikan para PNS
berdatangan. Selanjutnya aku sholat dhuha dua rakaat dan berharap semoga nanti
dipertemukan dengan Pak Wali. Ternyata para PNS ini sedang melakukan apel.
Kutunggu sampe usai. Selanjutnya aku langsung menuju kantor Pak Wali. Kantor
Pak wali sangat luas dan gagah. Sembari menunggu, aku ngobrol ngalor ngidul ama
satpol PP yang menjaga ruangan ini.
aku-Pak Jokowi-Amri |
Beberapa menit kemudian,
Amri dateng dengan batik, celana bahan dan pantoefel persis kaya pejabat.
Sementara aku pake batik Klewer,
jeans biru lusung dan sapatu tenis tua. Saat asyik ngobrol, datanglah Pak Wakil
walikota, Pak Rudy namanya. Aku sempat berjabat tangan dengan beliau. Cukup
lama setelah itu, Pak Jokowi dateng dengan memakai seragam bupati dibalut
dengan jas hitam. Beliau dateng dengan ajudannya. Saat dateng, aku langsung
samperin dan bilang “Pak Jokowi, saya mahasiswa dari Bandung, boleh ngobrol ama
Bapak kan?” (kurang lebih ini kata-kata saya). Pak Jokowi menjawab “Silahkan!”.
Aku segera masuk ruangan dan duduk di kursi empuk dekat wartawan dari TA TV, TV
lokal Solo. Aku merancang strategi dengan Amri. Saat itu ada beberapa orang yang
akan bertemu dengan Pak wali diantaranya pengusaha, PNS senior dan karyawan
balaikota. Tanpa surat (sebelumnya disuruh buat surat ama sekretaris pribadi
Pak Wali tapi aku tidak mau), aku diperbolehkan masuk ama sekbri Pak Wali
bersama dengan wartawan dengan TA TV setelah menunggu cukup lama. Pak Wali
menyambut dengan hangat aku dan crew.
Ruangan Pak Wali cukup luas. Pak Wali duduk di kursi tengah sementara aku dan crew duduk di sampingnya. Pak wali
menjawab dengan antusias namun santai
setiap pertanyaanku dan crew.
Pertanyaan detail dari crew TA TV, pertanyaanku cuman cemen-cemen aja. Hehe. “Bapak kan dicalonin berbagai pihak tuk
jadi RI-1, bagaimana kesiapan Bapak?”, tanyaku. Pak Jokowi menjawab, “Saya kan
pemimpin kelas RT, biarin aja lah”. Pertanyaan demi pertanyaan aku dan crew lontarkan kepada beliau sekitar 35
menit. Selanjutnya, aku, Amri dan bendera MG berfoto bersama Pak Jokowi. Saat
itu aku membuktikan sekali pemberitaan media saat ini. Pak Jokowi memang sosok
yang sederhana, visioner, merakyat, rocker
(suka ama Metallica, hehe) dan
santun.
aku dan Pak Jokowi |
Hari itu aku merasa sangat
bahagia. Visi bepergian ke Solo tidak sia-sia. Pemimpin inspiratif dari Solo
berhasil kutemui. Aku segera update FB dan bilang kepada rekan dekatku.
Agenda selanjutnya yaitu ke
toko buku tradisional Solo, Busri
(kepanjangan dari Buri Sriwerdani). Disini sampe jam 13.00 WIB saja. Di tempat
ini, aku mendapatkan ilmu baru yaitu tentang sejarah Solo kuno tapi tidak akan
kuceritakan. Selanjutnya dengan angkot, aku menuju stasion Purwosari tuk
melanjutkan perjalanan ke Jogja dengan Pramex.
To be continue…
0 komentar:
Post a Comment