Baru kali ini saya sakit cukup lama (dua
hari) di Bandung, biasanya cuman pilek aja, atau batuk saja. Namun kali ini,
tiga penyakit sekaligus; pilek, batuk dan panas badan. Ini tak lain akibat
badan saya kurang bisa beradaptasi dengan kondisi cuaca di Bandung. Seminggu
lebih aku bermukim di Jawa Timur untuk liburan dimana cuaca disana cukup
berbeda dengan disini.
Hampir seluruh hari, Bandung gelap dengan
cuman mendung, gerimis atau hujan deras. Kalo di rumah, biasanya pagi sampai
siang panas baru kemudian sore hujan lebat. Biarpun begini, nggak dingin-dingin
amat kayak di Bandung.
Sejak kamis sore (12 Januari 2012) badanku g
enak. Aku tidur aja sampai pagi tanpa obat sedikitpun. Aku kasih makan enak “sate
ayam”, minum air putih dan meneguk madu pemberian Ibu dari rumah. Paginya agak
mendingan tapi masih belum fit. Karena
hari ini hari jum’at, aku paksakan mandi. Selanjutnya aku ke asrama dan
menunaikan ibadah jum’at. Saat
beribadah, badanku g enak banget, panas kambuh, dan badan ini lemes banget.
Namun, biarpun begitu, aku lakukan sampai selesai.
Setelah ibadah jum’at, aku ke kampus tuk
perwalian di Prodi Matematika. Saat perwalian, ingusku keluar terus. Untungnya
aku bawa tissue beli dari Istek Salman tadi. Saat sholat ashar di Salman juga
ingusku keluar terus. Terpaksa aku lap ingusku dengan jahim kebanggaan. Dari
pada netes ke lantai terus, aku lakukan cara ini.
Pulangnya, langit Bandung menunjukkan
gerimis. Aku dengan sepeda butut plat AB menuju asrama di Tubagus Ismail VIII.
Di asrama ini lagi ramai anak-anak RT atas, aku pamit tuk tidak menemani
mereka. Aku butuh istirahat karena kesehatanku masih belum pulih. Saat aku lagi
berinternet di kamar Rivani dan berniat tuk tidur, temanku SMS. Dia nanyain aku
mengapa aku galau. Aku pun menjawab, aku lagi sakit. Dia dengan segera
menanyakan dimana aku berada dan berusaha mencarinya. Dia sebelumnya belum
pernah ke asramaku dan mungkin asing dengan namanya Tubis VIII. Dia adalah
temen cewe unit sekaligus jurusan aku. Dia asli Denpasar dan beragama Hindu.
Setelah lama mencari, akhirnya dia sampai di
kompleks Mifkho. Karena aku khawatir dia kesasar, aku samperin dia. Dia kesini
dengan pacarnya anak Kimia 2006. Dia membawakan obat decolgen dan amoxilin
sekaligus nasi pecel lele. Tidak lama aku interaksi ama keduanya, mereka berdua
langsung cabut. Aku baru pertama kalinya diperhatiin temen kayak gini. Dia
sangat baik.
Dilain sisi, mungkin sangat susah meyakinkan
pihak asrama bahwa aku sakit. Mungkin kalo aku ngamar di Rumah Sakit baru
percaya. Tidak ada satupun temen asrama yang menawari aku tuk dibelikan makan.
Aku akhirnya berkesimpulan kecil “ Asrama Ini Bukan Tempat Orang-Orang Sakit,
Kalo Kamu Sakit Minta Orang Lain Saja Urusi Kamu”. Mungkin, itu perasaanku saat
ini. Perasaan serupa mungkin dialami oleh temen-temen lain dari daerah jauh.
Semoga autokritik ini bisa menggugah
keindividualisan kita. Salam perubahan !
0 komentar:
Post a Comment