Saturday, January 14, 2012

LA Mania dan Fair Play


Sore tadi (4 Januari 2012) sekitar jam 15.00 WIB, aku sendiri tanpa teman bergegas menuju stadion Surajaya Lamongan. Parkiran sangat penuh, untung ada parkiran dadakan depan Pengadilan Negeri Lamongan sehingga motorku aman. Cuaca sore ini basah dengan hujan rintik-rintik. Aku masuk stadion dengan memakai jas hujan merah. Sangat tidak seragam dengan seragam LA Mania, biru laut.

Aku sengaja beli tiket kelas ekonomi Rp. 20.000,00. Aku ingin sekali deket dengan para suporter yang bagi sebagian orang dibilang ngeri. Aku ingin ketribun paling atas. Setelah dapet tiket, aku pun cari pintu dan masuk tribun mayoritas suporter. Aku muter-muter cari tempat yang pas buat dokumentasi. Tribun demi tribun kujelajahi. Mulai dari tribun dekat pintu sampai tribun pojok batas dengan tribun kelas VIP. Kulihat suporter dengan penuh emosional meneriakkan yel-yel bersama-sama namun kurang kompak. Ada dua titik suporter. 
pemandu supporter

Pertama tepat di bawah papan skor dan kedua dibelakang gawang sebelah utara. Untuk yang pertama jauh lebih ramai dari yang kedua. Ini dipimpin oleh pemandu yel-yel yang terdiri dari dua pria dan satu wanita. Yang wanita sengaja dipilih yang cantik. Yang bodinya seksi, mulus dan berpakaian minim. Astaghfirullah. Ini mungkin strategi agar LA Mania beryel-yel dengan kompak. Para pemandu meneriakkan yel-yel dengan suara lantang sambil bergoyang. Bakalan pegel banget, yakin!. Hujan pun diterjang demi Persela menang. Hahaha

Aku menerobos banyak penonton yang memadati tribun. Tribun dan bawah tribun yang becek terpaksa kulalui. Aku masih diuntungkan dengan jas merah pinjeman dari Mbak Is. Karena ini aku gak terlalu basah. Penonton bersorak-sorak. “Jancok, wasit!”, “wasit kakean ngocok”, “…Boro Mania dibunuh saja”, “…Bonex mania dibunuh saja” adalah beberapa kalimat kotor yang diucapkan spontan oleh banyak penonton. Tak hanya yang dewasa, anak-anak bahkan mengucapkan hal demikian. Pemain persela jatuh sedikit, wasit sudah dibilang curang. 
basis supporter di bawah papan skor

Nggak tau aku pikiran para penonton ini. Saya kira mereka belum dewasa dalam menerima segala keputusan wasit. Namun Anda semestinya tau. LA Mania adalah suporter paling fair play di LSI tahun lalu. Lalu, bagaimana dengan suporter lainnya?. Pastinya jauh lebih anarkis.
Penonton demi penonton kuterobos, aku pun bisa meliput suasana stadion dengan cukup leluasa. Aku bisa sampai di bawah papan skor. Ku foto dengan jelas pemandu suporter yang cantik itu saat dia sedang berjoget. Selain itu, kepadatan penonton juga sempat aku videokan dan fotokan. Aku nggumon bahwa ternyata yang menempati wilayah strategis (kawasan papan skor) banyak didominasi anak-anak dan remaja. Emang, ini seharusnya menjadi target pembinaan semacam pengkaderan dan semisalnya.

Akhirnya, aku harus keluar stadion duluan berhubung ustadz saya bilang jama’ duhur ashar disebabkan karena menonton sepakbola itu tidak dibenarkan. Aku pun sholat ashar lagi di masjid stadion. Habis sholat, kembang api meluncur di atas stadion dengan bunyi yang cukup memekakkan telinga. Ini pertanda ada yang nggak beres dengan hasil pertandingan. Ternyata Persela harus bermain imbang dengan Sriwijaya FC 1-1. 

0 komentar: