Hari ini aku dipenuhi banyak masalah. Masalah yang sangat
kompleks. Mulai dari konten majalah yang tak kunjung kelar, surat pengantar
proposal, nyiapin dialog interaktif, website unit yang masih acak-acakan, kru
unit yang kabur-kabur, tugas asrama dan masih banyak lagi. Sangat kompleks
sekali. Aku sangat susah mendiskripsikannya.
Aku mencoba melupakan masalah tersebut dengan bermain tenis
meja di himpunan. Aku main habis maghrib sampe Isya’. Ini cukup membuatku fresh
sejenak. Habis sholat Isya, aku kembali ke meja kerja “Sekre SC-E04” untuk
menyelesaikan amanah-amanah yang terabaikan. Beberapa SMS aku abaikan dengan
sengaja. Aku lagi malas membalas.
Tapi sinyal untuk kemajuan sekre aku semakin besar.
Biarpun aku sampai saat ini masih single fighter, aku tetap yakin bahwa usahaku
tiap hari tidaklah sia-sia. Dibalik kerjaku saat ini, aku menciptakan harapan
besar, cita-cita besar. Bukan saat ini, melainkan sesaat aku dewasa nanti.
Berkarya sewaktu menjadi mahasiswa adalah catatan emas ketika tuaku nanti.
Keinginanku satu “menginspirasi orang-orang disekitarku”. Itu saja.
Masalah tidaklah bisa diselesaikan hanya sehari dua hari. Ini
butuh proses apalagi hidup di tengah mahasiswa ITB yang cukup enjoy dengan
dunianya sendiri-sendiri. Aku harus bekerja keras menelurkan ide-ide dan harapan baru. Biarpun sendiri tapi kalau diniati dengan tulus, hasilnya pasti akan menggembirakan.
Saat ini aku hanya butuh seorang yang bisa bekerja kompak. Ia
bisa memahami keadaanku dan mau bergerak. Ia bisa membuat aku g kesepian di
sekre. Dia selalu memotivasi dan mengkritik untuk membangun sesuai dengan visi
dan misi organisasi. Tuntutan dia g banyak. Dia bekerja tidak untuk pamrih. Dia
bekerja pure untuk mencapai visi mulia “menjadikan mahasiswa ITB sadar akan
kondisi bangsa yang carut-marut ini”. Itulah namanya sahabat bukan teman.
Sahabat bukanlah seseorang yang melulu ingin dipahami tapi ia juga memahami
keadaanku. Intinya keterikatan emosional sudah terbentuk seperti satu keluarga,
satu saudara.
Tapi biarpun seperti ini keadaan sekarang, aku sangat senang
sekali karena aku masih bisa berhubungan dengan beraneka aktivis kampus ITB
maupun Lingkar Studi Bulak Sumur UGM yang aku anggap sebagai teman dekat. Aku yakin perjuangan berat ini akan
sangat bermakna karena aku menjalaninya dengan senyuman. Ya, senyuman yang
menginspirasi karena pada hakekatnya diri ini lemah. Hanya Tuhan yang dapat aku
andalkan. Tiada seorang pun yang bisa menandinginya.
0 komentar:
Post a Comment