Sembilan tiket Bandung-Kutoarjo sudah dipesan, namun dua orang men-cancel. Aku dan Tarjo mengisi kekosongan tiket ini. Aku pun ke Jogja. Selain aku dan Tarjo, yang ikut rombongan waisakan di Borobudur yaitu Asep, Karin, Laode, Gilang, Dana, Choirul, dan Haris.
Waisakan ini adalah pengalamanku yang pertama. Terakhir SD aku berkunjung ke Borobudur. Acara ini dilaksanakan tanggal 25 Mei 2013. Namun, tanggal 24 aku sudah sampai Jogja. Sepanjang hari tersebut, aku dan kawan-kawan habiskan untuk memborong buku di Shopping Centre. Kala itu aku memborong tetralogi Buru, Pramoedya Ananta Toer. Juga, berkunjung ke Taman Pintar, Alun-Alun Utara, Masjid Gedhe, Ngangkring depan Kraton, dan ngopi joss di Jl. Mangkubumi, belakang stasiun Tugu. Yang terakhir ini yang menarik.
Kopi Joss adalah kopi dicampur bara panas. Joss tenaan !. Kalo menilik dari rasanya, tidak terlalu berbeda dengan kopi tubruk, namun kalo melihat dari sisi suasana. Ini benar-benar Jogja. Langit cerah, semakin malam semakin ramai. Ngobrol pun tak terbendung lagi. Mulai dari diskusi ilmiah tentang filsafat sampai tentang kegalauan "cinta". Semua campur aduk disini. Aku rasa inti dari Jogja ya ini. Malam dipenuhi angkringan.
Esok hari, dengan gunakan TransJogja dan angkot Jombor-Borobudur, aku dan rombongan menuju lokasi waisakan. Kawasan Borobudur dipenuhi ribuan manusia, mulai dari pejalan kaki sampai pengendara mobil. dari terminal menuju Candi, berjalan kaki adalah solusinya. Masuk lokasi harus pake strategi tipu-tipu. Asep yang taon lalu turut serta di waisakan menjadi pemandu. Peserta Walubi masuk gerbang, kami pun memaksa masuk dan berhasil !. Kami tidak usah mengeluarkan 30 ribu.
Waisakan Tanpa Lampion !
Saat itu, para biksu sedang membaca mantra dan memimpin doa-doa. Juga meditasi. Aku cuma mengamati. Sekali-kali ambil foto. Peserta doa bersama jauh lebih sedikit dari pada mereka yang sekedar melancong. Kawasan candi ramai dikunjungi aneka manusia. Aku harus rela mengantri sampai puncak candi.
Semakin sore, semakin mendung. Gerimis. Aku dah bosen ambil foto. Kameraku kuserahkan ke Haris. Aku penasaran dengan pelepasan lampion ke udara. Ini yang membuat aku tidak ikut gank Tarjo, Haris, dan Choirul yang meninggalkan lokasi candi. Hujan semakin lama semakin deras. Penggunaan payung tidak menangkis hujan. Hujan tetap membasahi bajuku. Malam itu, aku basah biarpun tidak kuyup.
Pidato menteri Agama RI, Gubernur Jawa Tengah, dan Biksu senior pun berlalu. Biksu-biksu thowaf mengelilingi candi 3 kali. Sekadar diketahui, diprediksi pengunjung waisakan kali ini lebih banyak. Aku tidak tau data. Tapi menurutku, rasional. Jam menujukkan pukul 21.30 WIB. Dijadwalkan lampion diterbangkan. Hujan tak kunjung berhenti. Panitia memberi waktu setengah jam untuk mentoleransi hujan. Hujan tetap bersikukuh. Lampion tidak jadi diterbangkan.
Aku rasa banyak peserta yang kecewa. Termasuk aku dan juga pasangan muda-mudi yang tidak punya sense spiritual waisakan. Hujan tetap relatif deras. Aku pun meninggalkan lokasi dengan memutar bersama Asep dan Dana.
Tapi overall, perjalanan ini menyenangkan. Perjalanan penuh tawa dan main pokeran. Juga coletehan percintaan galau menjadi hal yang tidak bisa terlupa.
Tahun depan, aku belum merencanakan akan ikut waisakan. Selamat malam !
0 komentar:
Post a Comment