![]() |
doc. google.com |
Masalah penindasan ini terjadi di
banyak hal dari lingkup kehidupan termasuk di dunia pendidikan. Sistem
pendidikan yang dipakai di berbagai negara adalah sistem yang dibuat oleh
manusia penindas. Pendidikan dipakai sebagai alat manusia penindas untuk
melanggengkan kegiatan penindasannya. Pendidikan diformalkan dan tidak
melibatkan peserta pendidikan untuk memformulasikan kegiatan pendidikan.
Akibatnya peserta pendidikan hanya sekedar menjadi objek. Mata pelajaran yang
diajarkan juga ditentukan. Peserta pendidikan diwajibkan untuk menjalani yang
sudah digariskan. Sikap kritis dipasung. Peserta pendidikan dipaksa menjadi
robot yang nantinya hanya sekedar menjadi pekerja dan buruh terdidik.
Pendidikan semacam ini dinamakan pendidikan gaya bank.
Lebih lanjut pendidikan gaya bank menganggap murid sebagai celengan kosong yang diisi pengetahuan sedikit demi sedikit oleh guru. Murid hanyalah seorang objek dan guru sebagai subjek. Kata-kata yang keluar dari murid guru dianggap mutlak benar. Murid tidak diperkenankan untuk menyangkal sedikitpun. Outputnya, kemampuan murid tidak mungkin bisa melampui guru.
Paulo Freire, melihat realitas ini melahirkan konsep pendidikan hadap-masalah. Pendidikan hadap-masalah bisa diartikan sebagai anti tesis dari pendidikan gaya bank. Guru dan murid berposisi sama menjadi subjek pendidikan. Murid belajar dari guru dan guru juga belajar dari murid. Istilahnya murid-yang-guru dan guru-yang-murid. Pendidkan hadap masalah bertujuan untuk menghilangkan penindasan yang terjadi di dunia pendidikan. Guru dan murid sama-sama berperan sebagai subjek pendidikan dimana belajar dari segala realitas yang ada di dunia. Disini penengahnya adalah dunia itu sendiri. Realitas dipelajari dengan langsung mengamati di lapangan.
Pendidikan hadap-masalah erat kaitannya dengan metode dialogis. Guru-yang-murid dan murid-yang-guru melakukan dialog untuk saling transfer pengetahuan. Berbeda halnya dengan metode gaya Bank yang anti-dialogis. Dalam dialog tidak ada yang berposisi sebagai senior dan junior. Semuanya sama sebagai pribadi pembelajar. Kebenaran yang didapatkan akan cenderung objektif dibanding dengan anti-dialogis yang sangat subjektif.
Dalam dunia politik skala negara, pendidikan yang membebaskan seperti ini hanya akan bisa terlaksana jika dipimpin oleh seorang pemimpin revolusioner. Pemimpin revolusioner adalah pemimpin yang melibatkan rakyat secara sadar untuk mengubah negara kearah kemakmuran dan kesejahteraan. Rakyat dilibatkan secara aktif untuk bergerak bersama memajukan negara. Rakyat tidak dipaksa untuk menjalankan visi dan misi yang dibuat oleh pemimpin. Rakyat tidak dibodohi, namun dirangsang kesadarannya untuk mensikapi permasalahan yang sedang berkembang. Pemimpin revolusioner yang terpilih adalah orang yang diberi kepercayaan lebih oleh rakyat, bukan orang yang datang tiba-tiba atau juga kaum elitis.
Kemerdekaan berfikir yang dijiwai dari turun langsung berinteraksi dengan realitas adalah output dari pendidikan hadap-masalah. Tidak ada yang membelenggu bagi indiviidu yang merasakan dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah lingkungan dimana pengetahuan itu liar dan murid ataupun guru bebas untuk berinovasi di dalamnya.
*Referensi : Pendidikan Kaum
Tertindas, Paulo Freire
0 komentar:
Post a Comment