Wednesday, June 26, 2013

Sungguh Luhur Cita-Cita Bapak

Mindset Bapak saya mungkin berbeda dengan kebanyakan orang tua lain. Bapak saya udah berjanji bersama Ibu untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai Strata-2 (magister/master). Anak-anaknya ada tiga orang termasuk saya. Di kala banyak orang tua yang "hanya" menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang S-1 (sarjana), orang tua saya selangkah lebih maju. Bapak saya berpendidikan S-2 dari sebuah universitas swasta (tidak terkenal) di Jakarta dan Malang. Terpampang dua gelar di belakang nama beliau ; MPd. dan MM. Kedua gelar ini didapatkan sebagai syarat naik golongan. Wajar, Bapak saya seorang PNS sejak tahun 80-an. Anak-anaknya sekarang (hampir) memasuki jenjang kuliah semua. Adik saya sedang berjibaku masuk PTN, saya adalah mahasiswa tingkat 4 di ITB, dan kakak saya baru saja diterima S-2 di Keperawatan Unpad.

Orang tua saya bukanlah orang kaya. Bapak saya hanyalah seorang PNS golongan IV A. Profesi beliau sekarang sebagai seorang pengawas disambing membuka usaha toko pertanian dimana usianya baru 1 tahun 6 bulan. hampir setiap pulang, beliau dan juga Ibu selalu bilang begini "Usaha (bisnis) ini tidak lain hanyalah untuk kamu, anak-anakku". Bisa dipastikan, Bapak dan Ibu saya tidaklah memikirkan hal materi seperti memperbarui mobil, membeli gadget, berekreasi, atau lainnya. Di mata orang tuaku, materi itu untuk pendidikan dan juga rohani. Untuk rohani, orang tuaku sudah merencakan untuk umroh bareng satu keluarga biarpun kepastiannya tidak tahu kapan.

Bapakku memang lihai dalam manajemen keuangan. Dulu, saat saya kelas 1-2 SMA, di rumah tidak ada motor. Jadi, saat liburan sekolah (sekolahku dulu di Jogja), aku harus pinjem motor saudara/tetangga untuk sekedar bepergian. Setelah beberapa tahun kemudian aku tahu alasan Bapakku tidak beli motor. Pertama, motor bakalan jarang dipakai berhubung Bapak kemana-mana bawa mobil (bukan merupakan hal urgent). Kedua, kredit motor kan lama dan mahal, Bapak ingin beli kontan. Bapak saya harus menabung dulu.

Mungkin ini adalah seklumit cerita tentang Bapakku. Seorang Bapak yang selalu berfikiran maju. Sungguh luhur cita-cita Bapak.

0 komentar: