Mindset Bapak saya mungkin berbeda dengan kebanyakan orang tua
lain. Bapak saya udah berjanji bersama Ibu untuk menyekolahkan anak-anaknya
sampai Strata-2 (magister/master). Anak-anaknya ada tiga orang termasuk saya.
Di kala banyak orang tua yang "hanya" menyekolahkan anak-anaknya
sampai jenjang S-1 (sarjana), orang tua saya selangkah lebih maju. Bapak saya
berpendidikan S-2 dari sebuah universitas swasta (tidak terkenal) di Jakarta dan
Malang. Terpampang dua gelar di belakang nama beliau ; MPd. dan MM. Kedua gelar
ini didapatkan sebagai syarat naik golongan. Wajar, Bapak saya seorang PNS
sejak tahun 80-an. Anak-anaknya sekarang (hampir) memasuki jenjang kuliah
semua. Adik saya sedang berjibaku masuk PTN, saya adalah mahasiswa tingkat 4 di
ITB, dan kakak saya baru saja diterima S-2 di Keperawatan Unpad.
Orang tua saya bukanlah orang
kaya. Bapak saya hanyalah seorang PNS golongan IV A. Profesi beliau sekarang
sebagai seorang pengawas disambing membuka usaha toko pertanian dimana usianya
baru 1 tahun 6 bulan. hampir setiap pulang, beliau dan juga Ibu selalu bilang
begini "Usaha (bisnis) ini tidak lain hanyalah untuk kamu,
anak-anakku". Bisa dipastikan, Bapak dan Ibu saya tidaklah memikirkan hal
materi seperti memperbarui mobil, membeli gadget, berekreasi, atau lainnya. Di
mata orang tuaku, materi itu untuk pendidikan dan juga rohani. Untuk rohani, orang
tuaku sudah merencakan untuk umroh bareng satu keluarga biarpun kepastiannya
tidak tahu kapan.
Bapakku memang lihai dalam
manajemen keuangan. Dulu, saat saya kelas 1-2 SMA, di rumah tidak ada motor.
Jadi, saat liburan sekolah (sekolahku dulu di Jogja), aku harus pinjem motor
saudara/tetangga untuk sekedar bepergian. Setelah beberapa tahun kemudian aku
tahu alasan Bapakku tidak beli motor. Pertama,
motor bakalan jarang dipakai berhubung Bapak kemana-mana bawa mobil (bukan
merupakan hal urgent). Kedua, kredit motor kan lama dan mahal,
Bapak ingin beli kontan. Bapak saya harus menabung dulu.
Mungkin ini adalah seklumit
cerita tentang Bapakku. Seorang Bapak yang selalu berfikiran maju. Sungguh
luhur cita-cita Bapak.
0 komentar:
Post a Comment