Saturday, June 22, 2013

Wiji Thukul, Sastra, dan Perlawanan

doc. google.com
Wiji Thukul adalah seorang seniman biasa. Ia tak tamat SMK. Berbekal ijazah SMP, ia pun masuk pendidikan tinggi seni di Solo. Ia pun ambil seni tari. Ia ternyata bukanlah sesosok yang jago tari. Tariannya sering tidak pas. Guru Thukul tahu betul bahwa bakat Thukul adalah membaca puisi. Thukul sangat produktif dalam mencetak puisi-puisi. Puisi awal Thukul adalah tentang cinta.

Selang beberapa waktu, puisi-puisi Thukul pun merambah ke media-media. Suatu ketika Thukul berkenalan dengan alumni Filsafat UGM, murid dari WS. Rendra.  Mulai dari sini Thukul dibukakan jaringan ke banyak wilayah di Jawa. Thukul pun keliling kota dan adakan pertunjukan.

Thukul akhirnya dirikan Jaringan Kesenian Rakyat (Jaker).  Jaringan ini merambah ke berbagai daerah di Jawa. Puisi-puisi Thukul pun merambah ke masalah sosial. Suatu ketika, Thukul dan buruh berdemonstrasi menentang kenaikan upah perusahaan. ketika itu Thukul kena hantaman di muka yang akibatkan mata kirinya lebam. Mata Thukul harus dioperasi dengan biaya 1.5 Juta yang dibantu oleh rekan-rekan Thukul dari partai PRD. Biarpun pada akhirnya, dokter yang merawat Thukul mengggratiskan biaya operasi.

Saat itu, Jaker yang dikepalai Thukul menjadi sayap Partai rakyat Demokratik (PRD). PRD dicap pemerintah Soeharto sebagai partai komunis dan pastinya terlarang. Thukul pun menjadi salah satu pengurus partai. Puisi-puisi Thukul pun berbau politik. Puisi Thukul sangat keras menentang kebiadaban pemerintah Soeharto. Puncaknya, pada kerusuhan di kantor PDI, diduga aktor kerusuhan dari partai PRD salah satunya adalah Thukul. Thukul pun akhirnya harus bersembunyi untuk menghindari penangkapan.

Pada 21 Mei 1998, reformasi bergulir. Pemerintah Soeharto tumbang. Namun, saat itu justru Thukul tidak diketahui keberadaannya. Banyak pihak meyakini bahwa Thukul diculik. Berdasakan klarifikasi Tempo, Thukul sampai saat ini masih misterius keberadaannya. Tidak ada fakta yang menunjukkan Thukul mati. 

Sumber : Majalah Tempo

0 komentar: