![]() |
doc. google.com |
Selang beberapa waktu, puisi-puisi
Thukul pun merambah ke media-media. Suatu ketika Thukul berkenalan dengan
alumni Filsafat UGM, murid dari WS. Rendra.
Mulai dari sini Thukul dibukakan jaringan ke banyak wilayah di Jawa.
Thukul pun keliling kota dan adakan pertunjukan.
Thukul akhirnya dirikan Jaringan
Kesenian Rakyat (Jaker). Jaringan ini
merambah ke berbagai daerah di Jawa. Puisi-puisi Thukul pun merambah ke masalah
sosial. Suatu ketika, Thukul dan buruh berdemonstrasi menentang kenaikan upah
perusahaan. ketika itu Thukul kena hantaman di muka yang akibatkan mata kirinya
lebam. Mata Thukul harus dioperasi dengan biaya 1.5 Juta yang dibantu oleh
rekan-rekan Thukul dari partai PRD. Biarpun pada akhirnya, dokter yang merawat
Thukul mengggratiskan biaya operasi.
Saat itu, Jaker yang dikepalai
Thukul menjadi sayap Partai rakyat Demokratik (PRD). PRD dicap pemerintah
Soeharto sebagai partai komunis dan pastinya terlarang. Thukul pun menjadi
salah satu pengurus partai. Puisi-puisi Thukul pun berbau politik. Puisi Thukul
sangat keras menentang kebiadaban pemerintah Soeharto. Puncaknya, pada
kerusuhan di kantor PDI, diduga aktor kerusuhan dari partai PRD salah satunya
adalah Thukul. Thukul pun akhirnya harus bersembunyi untuk menghindari penangkapan.
Pada 21 Mei 1998, reformasi
bergulir. Pemerintah Soeharto tumbang. Namun, saat itu justru Thukul tidak
diketahui keberadaannya. Banyak pihak meyakini bahwa Thukul diculik. Berdasakan
klarifikasi Tempo, Thukul sampai saat ini masih misterius keberadaannya. Tidak ada
fakta yang menunjukkan Thukul mati.
Sumber : Majalah Tempo
0 komentar:
Post a Comment