Ketika Sudah 23 Tahun
Hari ini tepat usia saya 23 Tahun. Bertambahnya umur memang tidak
terasa. Di usia yang tidak lagi remaja ini, saya masih berkuliah di jurusan
Matematika ITB. Saya termasuk mahasiswa tua atau bisa dibilang swasta. Lebih
dari enam puluh persen teman seangkatan di jurusan sudah lulus. Saya termasuk
entitas kecil yang belum lulus dan masih mengambil beberapa mata kuliah.
Seminar satu Tugas Akhir pun belum juga saya lewati. Tetapi inilah jalan hidup
saya yang mungkin sekali berbeda dengan Anda.
Setahun Lalu
Usia 22 Tahun bisa dikatakan massa puncak saya beraktivitas di
kemahasiswaan kampus. Memang, saya sudah pensiun menjadi ketua unit dua bulan
sebelum ulang tahun saya ke-22. Setelah itu secara struktural saya tidak
memiliki jabatan khusus biarpun nama saya tercatat sebagai staf bidang tertentu
di himpunan. Praktis kegiatan utama saya di kampus hanyalah kuliah. Tidak
lebih. Namun, karena seringnya saya menongkrong di bekas unit yang saya pimpin,
saya pun tergabung dengan gerakan yang diinisiasi oleh rekan unit tetangga.
Saya sempat ikuti jalannya gerakan mulai dari forum skala kecil sampai skala
massa. Bahkan sempat audiensi dengan pihak terkait (rektorat). Gerakan ini
munculkan kekecewaan tersendiri bagi saya karena memang sifatnya lebih kearahan
gerakan penyadaran yang minim dalam taktis. Biarpun demikian, gerakan ini
menjadi modal bagi saya untuk maju sebagai calon wakil mahasiswa di referendum
yang diselenggarakan oleh Kongres.
Referendum tidak berpihak ke saya. Tetapi setidaknya untuk pertama
kalinya saya diunjukdengarkan kepada massa kampus. Referendum ini digelar
karena gagalnya penyelenggaraan Pemira. Saya bukanlah pendukung salah satu
calon ketua kabinet biarpun sempat ditawari langsung oleh salah satu kandidat.
Saya sekedar menjadi pengamat tak bergigi yang tampil hanya disaat unjuk
dengar. Pasca referendum, saya bergabung dengan majalah rektorat dan juga
komunitas belajar budaya sunda di museum. Saya juga mulai mengoleksi buku dan
juga pernah diterima di konferensi Dubai namun gagal berangkat karena biaya.
Fakta lainnya, teman-teman saya seangkatan diwisuda di bulan Juli dan Oktober.
Memiliki Pengalaman Baru
Sepanjang tahun 2012, saya pernah mendaki dua gunung ; papandayan dan cikuray yang keduanya berada di Kabupaten Garut. Saya juga lebih
tertarik membaca buku-buku sosial dan novel dari pada belajar matematika.
Praktis ini membuat kalang kabut kuliah dan Tugas Akhir saya. Saya juga mulai
koleksi buku-buku lawas seperti Di Bawah Bendera Revolusi karangan Bung
Karno.
Kisah Cinta
Sangat garing jika Anda menanyakan hal ini ke saya. Di tahun 2012,
saya pernah menyukai seseorang, namun pupus karena memang dia sudah punya. Saya
bukanlah sosok romantis. Namun, saya pernah dicurhati oleh seorang mahasiswi
tingkat akhir ITB akan cintanya yang pupus juga. Dari sini, saya belajar
terkait perasaan perempuan. Perempuan yang menjelang usia 25 Tahun memiliki
ketakutan khusus akan jodoh. Ia khawatir akan tiadanya lelaki yang meminangnya
kelak.
0 komentar:
Post a Comment