Thursday, December 19, 2013

Membudayakan Membaca


Membudayakan Membaca

Era globalisasi menuntut tiap individu untuk bisa bersaing secara global. Individu yang terampil dan memiliki pengetahuan yang luaslah yang akan leading. Mereka yang tidak mampu akan tergilas oleh peradaban dan hanya akan menjadi pengikut penguasa peradaban. Tidak hanya mereka yang tidak terdidik secara akademis, mereka yang telah mengenyam pendidikan tinggi pun bisa bernasib serupa. Kaum terpelajar seperti halnya lulusan universitas hanya akan menjadi seorang buruh, tidak lebih, jika tidak memiliki jiwa pembelajar. Bahkan bisa bernasib buruk, menjadi pengangguran. Membaca adalah istrumen penting bagi seorang pembelajar.
 
Gerakan Indonesia Membaca bisa menjadi wacana kita
(doc. google.com)
Rendahnya Budaya Membaca Kita

Laporan Bank Dunia Nomor 16369-IND dan studi IEA (International Association for the Evaluation of Education Achicievement) di Asia Timur tahun 2011 menunjukan bahwa tingkat terendah membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand ( skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong  (skor 75,5).  Bukan itu saja, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan (UNDP) dalam Human Report 2000, bahwa angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat umumnya sudah mencapai 99,0 persen. Sementara Human Development Index (HDI) di tahun 2012 menempatkan Indonesia di peringkat 121 dengan 0.629 poin dari 186 negara yang disurvei. Sementara Malaysia dan Thailand masing-masing berada di peringkat 64 dan 103 dengan 0.769 dan 0.690 poin.

Fakta tersebut diperkuat dengan laporan Biro Pusat Statistik (BPS). BPS merilis indikator sosial budaya pada tahun 2012 menempatkan persentase penduduk Indonesia berumur 10 tahun keatas yang membaca surat kabar/majalah sebesar 17,66 persen, jauh dengan menonton televisi sebesar 91,68 persen.   


Membaca Sebagai Budaya

Negara yang memiliki budaya membaca tinggi seperti digambarkan data diatas, bisa kita amati keadaan negaranya. Banyak dari negara tersebut melahirkan para ilmuwan, teknolog, penulis, periset, olahragawan, peraih nobel dan juga pemimpin kelas dunia. Seperti halnya Amerika Serikat yang pada survei HDI 2012 menempati urutan ketiga dari 186 negara. Kita bisa lihat Amerika menjadi kekuatan adikuasa yang menghegemoni negara-negara dunia ketiga seperti halnya Indonesia. Hasil riset dari berbagai lembaga di atas seharusnya menjadi cerminan bagi pemerintah untuk mendukung program-program membaca di masyarakat seperti halnya pembukaan perpustakaan keliling dan juga subsidi buku.



Uruqul Nadhif Dzakiy

0 komentar: