Membudayakan Membaca
Era globalisasi menuntut tiap individu untuk bisa bersaing secara
global. Individu yang terampil dan memiliki pengetahuan yang luaslah yang akan leading. Mereka yang tidak mampu akan
tergilas oleh peradaban dan hanya akan menjadi pengikut penguasa peradaban. Tidak
hanya mereka yang tidak terdidik secara akademis, mereka yang telah mengenyam
pendidikan tinggi pun bisa bernasib serupa. Kaum terpelajar seperti halnya
lulusan universitas hanya akan menjadi seorang buruh, tidak lebih, jika tidak
memiliki jiwa pembelajar. Bahkan bisa bernasib buruk, menjadi pengangguran.
Membaca adalah istrumen penting bagi seorang pembelajar.
Rendahnya Budaya Membaca Kita
Laporan Bank Dunia Nomor 16369-IND
dan studi IEA (International Association for the Evaluation of Education
Achicievement) di Asia Timur tahun 2011 menunjukan bahwa tingkat terendah
membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina
(skor 52,6), Thailand ( skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong
(skor 75,5). Bukan itu saja, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai
bahan bacaan juga rendah, hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan (UNDP)
dalam Human Report 2000, bahwa angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya
65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara
maju seperti Jepang, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat umumnya sudah
mencapai 99,0 persen. Sementara Human Development Index (HDI) di tahun 2012 menempatkan Indonesia
di peringkat 121 dengan 0.629 poin dari 186 negara yang disurvei. Sementara
Malaysia dan Thailand masing-masing berada di peringkat 64 dan 103 dengan 0.769
dan 0.690 poin.
Fakta tersebut diperkuat dengan laporan Biro Pusat Statistik (BPS).
BPS merilis indikator sosial budaya pada tahun 2012 menempatkan persentase
penduduk Indonesia berumur 10 tahun keatas yang membaca surat kabar/majalah
sebesar 17,66 persen, jauh dengan menonton televisi sebesar 91,68 persen.
Membaca Sebagai Budaya
Negara yang memiliki budaya membaca tinggi seperti digambarkan
data diatas, bisa kita amati keadaan negaranya. Banyak dari negara tersebut melahirkan
para ilmuwan, teknolog, penulis, periset, olahragawan, peraih nobel dan juga
pemimpin kelas dunia. Seperti halnya Amerika Serikat yang pada survei HDI 2012 menempati
urutan ketiga dari 186 negara. Kita bisa lihat Amerika menjadi kekuatan
adikuasa yang menghegemoni negara-negara dunia ketiga seperti halnya Indonesia.
Hasil riset dari berbagai lembaga di atas seharusnya menjadi cerminan bagi
pemerintah untuk mendukung program-program membaca di masyarakat seperti halnya
pembukaan perpustakaan keliling dan juga subsidi buku.
Uruqul Nadhif Dzakiy
0 komentar:
Post a Comment