Masa kelam
Jepang akibat kuasa kaum Shogun pun berakhir sejak tercetusnya proses
modernisasi yang dikenal dengan Restorasi Meiji. Jepang menjelma sebagai
perpanjangan tangan Barat di Asia. Jepang juga menjadi raksasa industri dunia
sampai sekarang.
Sejarah
Singkat
Jepang kuno dikendalikan oleh kekuatan Shogun (Tokugawa Period) . Kala itu Jepang
mengisolasi diri dari pengaruh luar. Feodalisme Jepang tumbuh berkembang.
Kekuatan Jepang didominasi para elite (Shogun) sementara rakyat biasa tidak
jauh dari sekedar hamba. Ketidakterbukaan Jepang membuat negara Barat gerah. Barat
mengancam dengan bedil dan lainnya pada orang Jepang agar mau bekerjasama.
Kejadian ini memunculkan gagasan bagi orang Jepang setidaknya mampu bertahan.
Lama-lama orang Jepang pun menghimpun gagasan untuk mempelajari ilmu dan budaya
dari Barat terutama science dan
teknologi. Puncaknya pasca kedatangan Komodor Perry dari Amerika Serikat yang
datang dengan kapal-kapal besar. Jepang pun terpengaruh dan menjadi semakin
kebarat-baratan. Akhirnya timbullah revolusi yang dikenal dengan Restorasi
Meiji pada 1912 yang dimulai dengan modernisasi pada 1868. Inti dari gerakan
revolusi ini adalah menempatkan Kaisar Jepang pada posisi sesungguhnya.
Kekuasan Jepang yang terkotak-kotak pada kuasa para Shogun beralih ke Kaisar.
Orang Jepang secara keseluruhan tunduk pada Kaisar. Pada masa ini Jepang
membuka diri dengan negara luar terutama Barat. Parlemen pun dibuat berdasarkan
konstitusi Barat. Anak-anak wajib mengikuti pendidikan. Para experts dari Jerman dan Perancis
didatangkan ke Jepang dan pemuda-pemuda brilian Jepang dikirim ke luar negeri
untuk belajar. Jepang lambat laun menyamai Barat dalam berbagai hal
sampai-sampai orang Jepang berambisi untuk menjadi negara industri nomor satu di
dunia.
Kemerdekaan Indonesia
Jika kita amati siklus perkembangan peradaban Jepang dan Indonesia
kita akan melihat perbedaan yang mencolok. Mulanya, Jepang berada pada masa
kegelapan (aristocratic age).
selanjutnya dikuasai periode Tokugawa selama 300-400 Tahun, dan baru kemudian
terjadi modernisasi dan restorasi meiji (1868-1912) dimana Jepang merasakan
kemerdekaan absolut. Indonesia justru sebaliknya. Indonesia mengalami proses
modernisasi dulu pada masa Johan van Olden Barneveld (?), baru kemudian masuk serikat
dagang Belanda (VOC) yang menebarkan pengaruhnya ke kaum priyayi pribumi. Merekalah
yang menumbuh suburkan pengaruh Belanda di Indonesia. Ini bisa disebut masa
aristrokasi. Selanjutnya, baru kemudian masa kemerdekaan. Masa terakhir ini dapat
disamakan dengan masa kaum elite yang berkuasa sampai sekarang. Jadi bisa kita
tarik kesimpulan bahwa Indonesia pasca kemerdekaan sama dengan masa Jepang
sebelum restorasi Meiji.
Periodisasi diatas semakin meneguhkan kita bahwa sejatinya kita
belum merdeka seutuhnya. Proses modernisasi di Indonesia belumlah terjadi
secara total. Reformasi 1998 tidak bisa dikatakan sebagai proses progresif
bangsa untuk meraih perubahan sejati menjadi bangsa yang kuat dan modern. Hal ini
dikarenakan perubahan yang diinginkan hanyalah mengubah pucuk kepemimpinan,
tidak lebih. Sementara itu para pejabat eselon satu dan lainnya yang memiliki
pengaruh kuat masih dihuni oleh orang-orang lama. Kebijakan negara pun tidak
jauh berbeda, yang hanya berpihak pada kaum berada. Modernisasi yang dicirikan
memajukan science dan teknologi untuk
kemandirian bangsa pun hanya sekedar angan-angan kosong yang implementasinya
kecil sekali. Akibatnya bangsa ini tidak lebih hanya sekedar bangsa konsumen
dan ekportir bahan mentah yang minim akan rekayasa teknologi. Bangsa ini masih
menjadi mangsa bangsa-bangsa besar seperti halnya negara yang mengalami
restorasi meiji yakni Jepang. Sejauh ini lebih dari 50 % utang Indonesia
berasal dari kantong negara Jepang.
Butuh Pemimpin Visioner
Indonesia memang berbeda sekali dengan Jepang yang tunduk pada
Kaisar sampai sekarang, Indonesia tidak memiliki raja yang dihormati bak Kaisar
di Jepang. Namun, kita dapat mencontoh kredibitas para pemimpin Jepang yang
sangat visioner dan bertanggung jawab. Indonesia belum memiliki itu. Para
pemimpin kita tidak lebih hanya sekedar penguasa yang didominasi kaum elite
yang hanya mementingkan individu dan golongannya. Dulu memang kita sempat
memiliki pemimpin yang sangat visioner seperti halnya Bung Karno dengan
trisakti (*)-nya. Jangan terlalu bernostaligia dengan masa lalu, mari kita
sambut masa depan !. Bangsa ini harus dapat menelurkan pemimpin yang mengabdi
utuh untuk bangsa yang gagasannya visioner dan benar-benar merombak sistem
perpolitikan Indonesia. Jika UUD 45 dipandang kurang valid dengan keadaan saat
ini, bisa disempurnakan. Atau mungkin reformasi jilid II bisa dilakukan.
(*) Trisakti Bung Karno ; Berdikari dalam ekonomi, Berdaulat dalam
politik, dan Berkebudayaan dalam budaya
0 komentar:
Post a Comment