Friday, February 14, 2014

Belajar dari Restorasi Meiji


Masa kelam Jepang akibat kuasa kaum Shogun pun berakhir sejak tercetusnya proses modernisasi yang dikenal dengan Restorasi Meiji. Jepang menjelma sebagai perpanjangan tangan Barat di Asia. Jepang juga menjadi raksasa industri dunia sampai sekarang.


Sejarah Singkat

Jepang kuno dikendalikan oleh kekuatan Shogun (Tokugawa Period) . Kala itu Jepang mengisolasi diri dari pengaruh luar. Feodalisme Jepang tumbuh berkembang. Kekuatan Jepang didominasi para elite (Shogun) sementara rakyat biasa tidak jauh dari sekedar hamba. Ketidakterbukaan Jepang membuat negara Barat gerah. Barat mengancam dengan bedil dan lainnya pada orang Jepang agar mau bekerjasama. Kejadian ini memunculkan gagasan bagi orang Jepang setidaknya mampu bertahan. Lama-lama orang Jepang pun menghimpun gagasan untuk mempelajari ilmu dan budaya dari Barat terutama science dan teknologi. Puncaknya pasca kedatangan Komodor Perry dari Amerika Serikat yang datang dengan kapal-kapal besar. Jepang pun terpengaruh dan menjadi semakin kebarat-baratan. Akhirnya timbullah revolusi yang dikenal dengan Restorasi Meiji pada 1912 yang dimulai dengan modernisasi pada 1868. Inti dari gerakan revolusi ini adalah menempatkan Kaisar Jepang pada posisi sesungguhnya. Kekuasan Jepang yang terkotak-kotak pada kuasa para Shogun beralih ke Kaisar. Orang Jepang secara keseluruhan tunduk pada Kaisar. Pada masa ini Jepang membuka diri dengan negara luar terutama Barat. Parlemen pun dibuat berdasarkan konstitusi Barat. Anak-anak wajib mengikuti pendidikan. Para experts dari Jerman dan Perancis didatangkan ke Jepang dan pemuda-pemuda brilian Jepang dikirim ke luar negeri untuk belajar. Jepang lambat laun menyamai Barat dalam berbagai hal sampai-sampai orang Jepang berambisi untuk menjadi negara industri nomor satu di dunia.

Kemerdekaan Indonesia

Jika kita amati siklus perkembangan peradaban Jepang dan Indonesia kita akan melihat perbedaan yang mencolok. Mulanya, Jepang berada pada masa kegelapan (aristocratic age). selanjutnya dikuasai periode Tokugawa selama 300-400 Tahun, dan baru kemudian terjadi modernisasi dan restorasi meiji (1868-1912) dimana Jepang merasakan kemerdekaan absolut. Indonesia justru sebaliknya. Indonesia mengalami proses modernisasi dulu pada masa Johan van Olden Barneveld (?), baru kemudian masuk serikat dagang Belanda (VOC) yang menebarkan pengaruhnya ke kaum priyayi pribumi. Merekalah yang menumbuh suburkan pengaruh Belanda di Indonesia. Ini bisa disebut masa aristrokasi. Selanjutnya, baru kemudian masa kemerdekaan. Masa terakhir ini dapat disamakan dengan masa kaum elite yang berkuasa sampai sekarang. Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa Indonesia pasca kemerdekaan sama dengan masa Jepang sebelum restorasi Meiji.
 
Sumber : Presentasi MT. Zen
Periodisasi diatas semakin meneguhkan kita bahwa sejatinya kita belum merdeka seutuhnya. Proses modernisasi di Indonesia belumlah terjadi secara total. Reformasi 1998 tidak bisa dikatakan sebagai proses progresif bangsa untuk meraih perubahan sejati menjadi bangsa yang kuat dan modern. Hal ini dikarenakan perubahan yang diinginkan hanyalah mengubah pucuk kepemimpinan, tidak lebih. Sementara itu para pejabat eselon satu dan lainnya yang memiliki pengaruh kuat masih dihuni oleh orang-orang lama. Kebijakan negara pun tidak jauh berbeda, yang hanya berpihak pada kaum berada. Modernisasi yang dicirikan memajukan science dan teknologi untuk kemandirian bangsa pun hanya sekedar angan-angan kosong yang implementasinya kecil sekali. Akibatnya bangsa ini tidak lebih hanya sekedar bangsa konsumen dan ekportir bahan mentah yang minim akan rekayasa teknologi. Bangsa ini masih menjadi mangsa bangsa-bangsa besar seperti halnya negara yang mengalami restorasi meiji yakni Jepang. Sejauh ini lebih dari 50 % utang Indonesia berasal dari kantong negara Jepang.

Butuh Pemimpin Visioner

Indonesia memang berbeda sekali dengan Jepang yang tunduk pada Kaisar sampai sekarang, Indonesia tidak memiliki raja yang dihormati bak Kaisar di Jepang. Namun, kita dapat mencontoh kredibitas para pemimpin Jepang yang sangat visioner dan bertanggung jawab. Indonesia belum memiliki itu. Para pemimpin kita tidak lebih hanya sekedar penguasa yang didominasi kaum elite yang hanya mementingkan individu dan golongannya. Dulu memang kita sempat memiliki pemimpin yang sangat visioner seperti halnya Bung Karno dengan trisakti (*)-nya. Jangan terlalu bernostaligia dengan masa lalu, mari kita sambut masa depan !. Bangsa ini harus dapat menelurkan pemimpin yang mengabdi utuh untuk bangsa yang gagasannya visioner dan benar-benar merombak sistem perpolitikan Indonesia. Jika UUD 45 dipandang kurang valid dengan keadaan saat ini, bisa disempurnakan. Atau mungkin reformasi jilid II bisa dilakukan.


(*) Trisakti Bung Karno ; Berdikari dalam ekonomi, Berdaulat dalam politik, dan Berkebudayaan dalam budaya

0 komentar: