Thursday, March 20, 2014

Unit Sebagai Kekuatan Politik Baru

 Sebuah masukan untuk angkatan muda

Sekian lama unit hanya sekedar sebagai penonton pesta demokrasi mahasiswa. Padahal banyak sekali aktivis unit sebagai aktor pemanas Pemira bahkan hearing LPJ pejabat kampus. Suara mereka hanya sekedar kritik bahkan saran yang seringkali terabaikan begitu saja. Mereka terbuai dalam zona nyaman unit masing-masing. Namun, sejak Pemira 2014 harapan itu muncul. Unit sebagai kekuatan politik baru di kampus ITB dielu-elukan kehadirannya sebagai penyeimbang kekuatan yang ada saat ini.

Empat tahun terakhir, Pemilu Raya (Pemira) Presiden Keluarga Mahasiswa (KM) ITB cenderung dimonopoli oleh dua kekuatan besar : Gamais yang memiliki afiliasi dengan golongan tarbiyah (PKS) dan non-Gamais. Golongan kedua komposisinya dari berbagai kalangan seperti himpunan dan unit politik seperti PSIK ITB yang afiliasinya tidak jelas. Karena arus di golongan kedua tidak tersistematika dengan sempurna, Pemira di empat tahun terakhir tersebut dimenangkan oleh Gamais. Hanya di Pemira tahun 2013 lalu, Gamais kalah. Itupun setelah referendum diadakan pasca gagalnya Pemira akibat ulah oknum.

Namun, di Pemira 2014 muncul kekuatan politik baru dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) cabang mahasiswa yang tergabung dalam unit kajian Islam ideologis, Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI) ITB. Seperti halnya induknya, HATI mengusung tagline kampus islami yang muaranya mandiri bersama syariah dan khilafah. Munculnya pendatang baru tersebut, cukup membuat Pemira tahun ini lebih berwarna. Dua kekuatan politik lama sedikit banyak memiliki peluang untuk bergabung bersama kekuatan politik HATI ITB. Ada dua hal yang menjadikan arus politik HATI ITB menarik massa dari dua arus lama. Pertama,  HATI ITB cenderung tidak berkompromi terhadap aneka kebijakan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini yang menjadikan golongan Islam fundamentalis yang semula mendukung politik Gamais berubah berpihak ke HATI ITB. Kedua, secara geografis, letak sekretariat HATI ITB di Sunken Court dimana merupakan basis golongan belakang, lokasi kompetitor utama Gamais, PSIK ITB. Disamping itu, HATI ITB berpotensi didukung oleh kekuatan personal yang vokaldi berbagai forum massa seperti anggota Tiben maupun MG. Biarpun secara suara tidak signifikan sama sekali namun cukup bisa meramaikan ide kampus islami.

Sebelum puncak pemira 2014 yaitu prosesi voting, calon yang diusung oleh HATI ITB, Adit, terpaksa menelan pil pahit akibat didiskualifikasi dari pencalonan sebab tersisa 0 poin pelanggaran. Hal ini menegaskan bahwa strategi politik yang dijalankan oleh HATI ITB belum terstruktur dengan baik. Biarpun demikian, setidaknya benih-benih kekuatan HTI mulai tumbuh di pesta demokrasi mahasiswa ITB yang menjadikan perpolitikan di ITB semakin riuh.

Belajar dari HATI ITB

Kegagalan HATI ITB dalam perpolitikan kemahasiswaan ITB setidaknya memberikan kita pelajaran besar yaitu militansi dan ideologis. Aktivis HATI ITB yang jumlahnya terlampui sedikit dibandingkan kader Gamais memiliki militansi yang luar biasa besar. Mereka berani secara terang-terangan menyampaikan gagasan islam ideologisnya yang nyata dibandingkan dengan kandidat lain. Mereka juga berani membuka jaringan dengan golongan agama lain dan tanpa ragu menyampaikan gagasannya. Hal lainnya bahwa ide mereka tentang kampus islami telah mengakar. Tidak sepertii Ochen, kandidat dari Gamais ITB, gagasannya tidak jauh berbeda dengan kandidat non-Gamais. Atau dalam arti lain nilai ke-Gamais-annya tidak ketara bahkan cenderung redup.
 
Poster bentuk simpati angkatan tua atas sepinya Pemira ITB 2014
Militansi dan ideologis yang diusung HATI ITB bukanlah produk instan. Ia lahir dari pengkajian yang mendalam dan rutin terkait masalah-masalah sosial politik namun dalam platform Islam versi HTI : Syariah dan Khilafah. Biarpun solusi HATI ITB terhadap masalah sosial bila ditebak yakni Khilafah namun mereka mengkaji masalah-masalah sosial seperti energi, pangan, ekonomi, dan lainnya secara mendalam. Bahkan unit-unit seperti PSIK dan MG ITB secara kekontinuan dan sistematika kajian tertinggal jauh dengan HATI ITB.

Jam terbang yang rendah dalam perpolitikan kampus, membuat HATI ITB terlihat kurang lihai dalam Pemira pertama yang diikutinya biarpun secara materi mereka jauh lebih sempurna dibandingkan dua kandidat lain. Hal sepele, keterlambatan saat panel, membuat calon mereka harus rela didiskualifikasi dari Pemira tahun ini. Pupus sudah harapan mereka untuk mengislamikan kampus ITB.

Unit Sebagai Kekuatan Baru

Jumlah unit selain Gamais dan HATI ITB sekitar 80 buah. Jika diasumsikan tiap unit ada 30 anggota anggota maka total ada 2400 orang. Belum ditambah dengan massa dari himpunan yang simpati dengan kekuatan unit, bisa dipastikan lebih banyak lagi. Begitulah sekiranya gambaran kasar dari potensi suara dari unit. Saat ini suara tersebut sekedar swing voters. Jika suara tersebut diorganisasi dengan baik maka memenangi Pemira tidak sekedar wacana bagi unit. Kini tinggal dibutuhkan inisiator yang menjadi panglima dalam memobilisasi suara unit dan simpatisannya. Dibutuhkan unit-unit sebagai pengisi ring satu. Berdasarkan proporsi pengalaman dalam kancah perpolitikan kampus, unit PSIK ITB, MG ITB, Loedroek ITB, dan Stema ITB menjadi garda terdepan menginiasi gerakan satu unit. PSIK ITB berpengalaman dalam strategi memobilisasi massa untuk mendukung salah satu kandidat, MG ITB sebagai corong media propaganda, sedangkan Loedroek dan Stema ITB memberikan propaganda melalui pertunjukan seni yang diadakan secara rutin dan menarik massa banyak. Tidak menutup kemungkinan juga kekuatan dari unit-unit lain.

Sejarah menunjukkan bahwa pasca kebijakan NKK/BKK Orde Baru, unit-unit di berbagai kampus tidak lagi berbicara politik. Kini sudah memasuki orde demokrasi, tidak salah jika unit-unit berbicara kekuasaan, berbicara politik. Seringkali terdengar ketidakpuasan unit-unit terhadap kepemimpinan Presiden KM ITB pada periode tertentu. Ketidakpuasan tersebut harus dibayar lunas dengan merebut kekuasaan yang selama ini dimonopoli oleh dua kekuatan tersebut. Dengan demikian, unit tidak lagi sekedar sebagai kritikus dan pemberi saran yang bijak dalam hearing Pemira dan juga menjadi pendukung salah satu calon yang dilupakan begitu saja saat calon yang didukung tersebut menang, melainkan unit menjadi kekuatan baru dalam perpolitikan kampus. Unit mengusung presiden KM ITB dari murni aktivis yang membesarkan unit. Unit juga yang mendesain dari A-Z stategi pemenangan calon yang diusung unit. Sekali lagi, kekuasaan harus direbut, tidak sekedar diwakilkan atau sekedar menjadi penonton. Unit sebagai kekuatan baru dari perpolitikan mahasiswa adalah upaya untuk menyalurkan ketidakpuasaan unit akan kepemimpinan mahasiswa ITB saat ini. Hanya dengan cara ini suara unit tidak sekedar suara yang tertiup angin namun suara yang mengubah dan memberi bukti.

12 komentar:

Anonymous said...

Kenapa disebut tidak jelas? Kenapa tidak sebut saja PDIP sih.

Uruqul Nadhif Dzakiy said...

PDIP punya sayap mahasiwa GMNI namanya, apakah sayap tsb masuk ke ITB ? No. Kini hanya PKS yang dapat masuk ke ITB melalui Gamais.

Fikri said...

Mungkin yang "Baru" adalah jika setiap unit turut serta, atau minimal berkoalisi untuk nyapres ya... Jika sekadar salah satu unit yang ikut, Gamais dan PSIK kan unit juga...

Uruqul Nadhif Dzakiy said...

maksud ditulisanku semua unit berkoalisi kecuali HATI dan Gamais kubu tersendiri.

Anonymous said...

setahun buat nyiapin kayanya cukup bang, hehe. tapi masalahnya harus ada inisiator "muda" yang benar-benar mengerti ide ini dan kenapa harus ada gerakan seperti ini, soalnya sudah waktunya regenerasi kubu tradisional.

Uruqul Nadhif Dzakiy said...

kamulah inisiator muda itu. Kapabilitas bisa di-upgrade saat keberanian muncul. Angkatan2 tua yg masih sileweran di kampus bisa jadi semacem guru

Emzeth said...

wkwk... kader gamais itu banyak bro, bisa ngamuk kalo semuanya diklaim berafiliasi ke satu partai. hha..

Anonymous said...

bisa d validasi ga pernyataan bahwa GmnI itu underbow nya PDIP? karena setahu saya GmnI tidak d naungi parpol apapun

Uruqul Nadhif Dzakiy said...

Sudah menjadi rahasia umuum kalo Gamais ada keterikatan dg Tarbiyah (PKS), cek kader inti Gamais yg pegang konstitusi lembaga. Kalo kader biasa sih g tau menahu dia.

Uruqul Nadhif Dzakiy said...

Awalnya GMNI dibuat untuk mendukung politik Soekarno (PNI kala itu), seiring perkembangan, organ ini dikendalikan Taufik Kiemas (alm) dan menjadi underbow PDIP sampai kini. Udah menjadi rahasia umum ini.

Anonymous said...

Jangan salah, ketua alumni GMNI itu gubernur jatim, pakde Karwo, yg skrg jadi jurkam u/ Partai Demokrat. GMNI bukan underbouw sebenarnya, cuma saja kebanyakan alumninya yang terkenal di PDIP.

Uruqul Nadhif Dzakiy said...

mungkin kamu ada benarnya.