Sebuah masukan untuk angkatan muda
Sekian lama unit hanya sekedar
sebagai penonton pesta demokrasi mahasiswa. Padahal banyak sekali aktivis unit
sebagai aktor pemanas Pemira bahkan hearing LPJ pejabat kampus. Suara mereka
hanya sekedar kritik bahkan saran yang seringkali terabaikan begitu saja. Mereka
terbuai dalam zona nyaman unit masing-masing. Namun, sejak Pemira 2014 harapan itu
muncul. Unit sebagai kekuatan politik baru di kampus ITB dielu-elukan
kehadirannya sebagai penyeimbang kekuatan yang ada saat ini.
Empat
tahun terakhir, Pemilu Raya (Pemira) Presiden Keluarga Mahasiswa (KM) ITB
cenderung dimonopoli oleh dua kekuatan besar : Gamais yang memiliki afiliasi dengan golongan tarbiyah (PKS) dan non-Gamais. Golongan
kedua komposisinya dari berbagai kalangan seperti himpunan dan unit politik
seperti PSIK ITB yang afiliasinya tidak jelas. Karena arus di golongan kedua tidak tersistematika dengan
sempurna, Pemira di empat tahun terakhir tersebut dimenangkan oleh Gamais.
Hanya di Pemira tahun 2013 lalu, Gamais kalah. Itupun setelah referendum
diadakan pasca gagalnya Pemira akibat ulah oknum.
Namun,
di Pemira 2014 muncul kekuatan politik baru dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) cabang
mahasiswa yang tergabung dalam unit kajian Islam ideologis, Harmoni Amal Titian
Ilmu (HATI) ITB. Seperti halnya induknya, HATI mengusung tagline kampus islami yang muaranya mandiri bersama syariah dan
khilafah. Munculnya pendatang baru tersebut, cukup membuat Pemira tahun ini
lebih berwarna. Dua kekuatan politik lama sedikit banyak memiliki peluang untuk
bergabung bersama kekuatan politik HATI ITB. Ada dua hal yang menjadikan arus
politik HATI ITB menarik massa dari dua arus lama. Pertama, HATI ITB cenderung
tidak berkompromi terhadap aneka kebijakan yang bertentangan dengan ajaran
Islam. Hal ini yang menjadikan golongan Islam fundamentalis yang semula
mendukung politik Gamais berubah berpihak ke HATI ITB. Kedua, secara geografis, letak sekretariat HATI ITB di Sunken Court
dimana merupakan basis golongan belakang, lokasi kompetitor utama Gamais, PSIK
ITB. Disamping itu, HATI ITB berpotensi didukung oleh kekuatan personal yang
vokaldi berbagai forum massa seperti anggota Tiben maupun MG. Biarpun secara suara
tidak signifikan sama sekali namun cukup bisa meramaikan ide kampus islami.
Sebelum
puncak pemira 2014 yaitu prosesi voting,
calon yang diusung oleh HATI ITB, Adit, terpaksa menelan pil pahit akibat
didiskualifikasi dari pencalonan sebab tersisa 0 poin pelanggaran. Hal ini
menegaskan bahwa strategi politik yang dijalankan oleh HATI ITB belum
terstruktur dengan baik. Biarpun demikian, setidaknya benih-benih kekuatan HTI
mulai tumbuh di pesta demokrasi mahasiswa ITB yang menjadikan perpolitikan di
ITB semakin riuh.
Belajar
dari HATI ITB
Kegagalan
HATI ITB dalam perpolitikan kemahasiswaan ITB setidaknya memberikan kita
pelajaran besar yaitu militansi dan ideologis. Aktivis HATI ITB yang jumlahnya
terlampui sedikit dibandingkan kader Gamais memiliki militansi yang luar biasa
besar. Mereka berani secara terang-terangan menyampaikan gagasan islam
ideologisnya yang nyata dibandingkan dengan kandidat lain. Mereka juga berani
membuka jaringan dengan golongan agama lain dan tanpa ragu menyampaikan
gagasannya. Hal lainnya bahwa ide mereka tentang kampus islami telah mengakar.
Tidak sepertii Ochen, kandidat dari Gamais ITB, gagasannya tidak jauh berbeda
dengan kandidat non-Gamais. Atau dalam arti lain nilai ke-Gamais-annya tidak
ketara bahkan cenderung redup.
Militansi
dan ideologis yang diusung HATI ITB bukanlah produk instan. Ia lahir dari
pengkajian yang mendalam dan rutin terkait masalah-masalah sosial politik namun
dalam platform Islam versi HTI : Syariah dan Khilafah. Biarpun solusi HATI ITB
terhadap masalah sosial bila ditebak yakni Khilafah namun mereka mengkaji
masalah-masalah sosial seperti energi, pangan, ekonomi, dan lainnya secara
mendalam. Bahkan unit-unit seperti PSIK dan MG ITB secara kekontinuan dan
sistematika kajian tertinggal jauh dengan HATI ITB.
Jam
terbang yang rendah dalam perpolitikan kampus, membuat HATI ITB terlihat kurang
lihai dalam Pemira pertama yang diikutinya biarpun secara materi mereka jauh lebih
sempurna dibandingkan dua kandidat lain. Hal sepele, keterlambatan saat panel,
membuat calon mereka harus rela didiskualifikasi dari Pemira tahun ini. Pupus
sudah harapan mereka untuk mengislamikan kampus ITB.
Unit
Sebagai Kekuatan Baru
Jumlah
unit selain Gamais dan HATI ITB sekitar 80 buah. Jika diasumsikan tiap unit ada
30 anggota anggota maka total ada 2400 orang. Belum ditambah dengan massa dari
himpunan yang simpati dengan kekuatan unit, bisa dipastikan lebih banyak lagi. Begitulah
sekiranya gambaran kasar dari potensi suara dari unit. Saat ini suara tersebut
sekedar swing voters. Jika suara
tersebut diorganisasi dengan baik maka memenangi Pemira tidak sekedar wacana
bagi unit. Kini tinggal dibutuhkan inisiator yang menjadi panglima dalam
memobilisasi suara unit dan simpatisannya. Dibutuhkan unit-unit sebagai pengisi
ring satu. Berdasarkan proporsi pengalaman dalam kancah perpolitikan kampus,
unit PSIK ITB, MG ITB, Loedroek ITB, dan Stema ITB menjadi garda terdepan
menginiasi gerakan satu unit. PSIK ITB berpengalaman dalam strategi
memobilisasi massa untuk mendukung salah satu kandidat, MG ITB sebagai corong
media propaganda, sedangkan Loedroek dan Stema ITB memberikan propaganda
melalui pertunjukan seni yang diadakan secara rutin dan menarik massa banyak.
Tidak menutup kemungkinan juga kekuatan dari unit-unit lain.
Sejarah
menunjukkan bahwa pasca kebijakan NKK/BKK Orde Baru, unit-unit di berbagai
kampus tidak lagi berbicara politik. Kini sudah memasuki orde demokrasi, tidak
salah jika unit-unit berbicara kekuasaan, berbicara politik. Seringkali
terdengar ketidakpuasan unit-unit terhadap kepemimpinan Presiden KM ITB pada
periode tertentu. Ketidakpuasan tersebut harus dibayar lunas dengan merebut
kekuasaan yang selama ini dimonopoli oleh dua kekuatan tersebut. Dengan
demikian, unit tidak lagi sekedar sebagai kritikus dan pemberi saran yang
bijak dalam hearing Pemira dan juga menjadi pendukung salah satu calon yang dilupakan begitu saja saat calon yang didukung tersebut menang, melainkan unit menjadi kekuatan baru dalam perpolitikan
kampus. Unit mengusung presiden KM ITB dari murni aktivis yang membesarkan
unit. Unit juga yang mendesain dari A-Z stategi pemenangan calon yang diusung
unit. Sekali lagi, kekuasaan harus direbut, tidak sekedar diwakilkan atau
sekedar menjadi penonton. Unit sebagai kekuatan baru dari perpolitikan
mahasiswa adalah upaya untuk menyalurkan ketidakpuasaan unit akan kepemimpinan
mahasiswa ITB saat ini. Hanya dengan cara ini suara unit tidak sekedar suara
yang tertiup angin namun suara yang mengubah dan memberi bukti.
12 komentar:
Kenapa disebut tidak jelas? Kenapa tidak sebut saja PDIP sih.
PDIP punya sayap mahasiwa GMNI namanya, apakah sayap tsb masuk ke ITB ? No. Kini hanya PKS yang dapat masuk ke ITB melalui Gamais.
Mungkin yang "Baru" adalah jika setiap unit turut serta, atau minimal berkoalisi untuk nyapres ya... Jika sekadar salah satu unit yang ikut, Gamais dan PSIK kan unit juga...
maksud ditulisanku semua unit berkoalisi kecuali HATI dan Gamais kubu tersendiri.
setahun buat nyiapin kayanya cukup bang, hehe. tapi masalahnya harus ada inisiator "muda" yang benar-benar mengerti ide ini dan kenapa harus ada gerakan seperti ini, soalnya sudah waktunya regenerasi kubu tradisional.
kamulah inisiator muda itu. Kapabilitas bisa di-upgrade saat keberanian muncul. Angkatan2 tua yg masih sileweran di kampus bisa jadi semacem guru
wkwk... kader gamais itu banyak bro, bisa ngamuk kalo semuanya diklaim berafiliasi ke satu partai. hha..
bisa d validasi ga pernyataan bahwa GmnI itu underbow nya PDIP? karena setahu saya GmnI tidak d naungi parpol apapun
Sudah menjadi rahasia umuum kalo Gamais ada keterikatan dg Tarbiyah (PKS), cek kader inti Gamais yg pegang konstitusi lembaga. Kalo kader biasa sih g tau menahu dia.
Awalnya GMNI dibuat untuk mendukung politik Soekarno (PNI kala itu), seiring perkembangan, organ ini dikendalikan Taufik Kiemas (alm) dan menjadi underbow PDIP sampai kini. Udah menjadi rahasia umum ini.
Jangan salah, ketua alumni GMNI itu gubernur jatim, pakde Karwo, yg skrg jadi jurkam u/ Partai Demokrat. GMNI bukan underbouw sebenarnya, cuma saja kebanyakan alumninya yang terkenal di PDIP.
mungkin kamu ada benarnya.
Post a Comment