Sebuah resensi dari Uruqul Nadhif Dzakiy
"Siapa lagi yang diharapkan membangun bangsa
Indonesia menjadi masyarakat makmur, adil, sejahtera, dan tenteram jikalau
bukan anak bangsa ?" - B.J. Habibie
Prolog
Begitulah
petikan pesan Bacharuddin Jusuf Habibie yang dikutip dari buku ini. Pesan
persuasif sejenis lain pun menghiasi di sampul depan dan belakang buku ini,
juga beberapa statement penting dari
Habibie dengan font besar dan memakai
warna yang variatif. Lembaran pertama buku ini berbunyi "Sebuah
Persembahan Spesial untuk Generasi Muda Indonesia" yang membuat pembaca
merinding dibuatnya.
Habibie adalah sosok unik
yang kiprah dan pemikirannya terus dikaji oleh banyak pihak. Banyak buku yang
telah membahas sosok mantan presiden ketiga ini. Bahkan belum lama ini kisah hidup
termasuk didalamnya pikiran-pikirannya terkait teknologi dan politik
difilmkan dalam nuansa cinta berjudul "Habibie & Ainun". Film tersebut masuk
jajaran film yang paling laris sepanjang sejarah perfilman Indonesia dengan
lebih dari 3 Juta penonton.
Seolah tak habis orang
membicarakan Sosok Habibie. Buku karya Fachmy Casofa pun tak mau ketinggalan
mengupas pemikiran beliau. Kali ini Fachmy mengambil segmen berbeda dari sosok Habibie yang luput dari
pembahasan buku-buku tentang Habibie lainnya. Buku ini sengaja disajikan
dengan bahasa ringan guna menyasar kaum muda yang haus akan motivasi. Foto-foto
Habibie dan keluarga ditampilkan secara berulang dalam beberapa halaman yang
menjadikan pembaca seolah-olah menyelami langsung kehidupan Habibie. Selain
itu, buku ini juga menampilkan 50 gagasan brilian beliau yang dimuat lebih dari 2/3 isi buku. Kurang dari 1/3 lainnya
membahas tentang kehidupan Habibie yang sengaja disajikan penulis di awal buku
dengan judul besar "Menerbangkan Indonesia".
Menerbangkan
Indonesia
10 Agustus 1995
tak akan pernah dilupakan oleh anak bangsa dan dunia. Bagaimana tidak, pesawat
N250 yang murni dibuat anak bangsa mampu terbang dengan mulus mengelilingi
langit kota Bandung. Semua anak bangsa yang menyaksikan langsung di bandar udara
Husein Sastranegara maupun dari layar televisi harap-harap cemas, namun pada akhirnya
terobati saat pesawat yang dinamai Gatotkoco
tersebut berhasil landing dengan
sempurna di landasan pacu bandara. Semua anak bangsa bersyukur haru bahkan
banyak diantara mereka yang sampai meneteskan air mata kebahagiaan.
Terciptanya pesawat yang menerapkan teknologi
terkini saat itu, fly-by-ware,
tersebut tak dapat dilepaskan dari kiprah Habibie. Beliau bisa dikatakan
sebagai king maker ide pembuatan
pesawat tersebut. Kapabilitas Habibie dalam pembuatan pesawat terbang tidak
diragukan lagi. Sebelum dipanggil Presiden Soeharto untuk mengurusi Kemenristek,
Habibie merupakan pimpinan suatu perusahaan pesawat terkemuka di Jerman. Banyak
dari penemuannya terkait ilmu rancang-bangun pesawat terbang dipatenkan yang
membuatnya salah seorang yang berpengaruh di dunia kedirgantaraan. Namun, berkat
kecintaannya akan tanah air, Habibie rela meninggalkan kehidupan yang serba
cukup di Jerman untuk memilih memajukan science
dan teknologi di Indonesia. Pesawat N-250 adalah buah dari kerja kerasnya
selama lebih dari 20 tahun mengabdi. Bukti kecintaan Habibie akan tanah air
tersirat dari puisi yang dibuatnya berjudul Sumpahku.
Harapan Habibie
dengan sukses terbangnya N-250 di langit Indonesia adalah munculnya semangat
bangsa secara kolektif untuk memajukan science
dan teknologi di Indonesia. 10 Agustus 1995 adalah momentum yang selanjutnya
diperingati sebagai Hari kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas). Namun pada
1998, Indonesia terkena krisis moneter yang dahsyat yang membuat IPTN (kini PT.
Dirgantara Indonesia) terpaksa ditutup Pemerintah. Hal ini membuat Habibie
marah luar biasa apalagi Ia tidak dilibatkan saat membahas rencana penutupan
perusahaan yang dibesarkannya tersebut.
Gagasan Brilian
Selain bercerita
tentang kiprah Habibie dalam pengembangan teknologi khususnya dunia
kedirgantaraan di Indonesia dan juga seluk-beluk kehidupannya, buku ini memuat
50 pesan Habibie kepada kaum muda. Pesan-pesan tersebut adalah buah wawancara
penulis buku terhadap Habibie yang
ditulis per-poin dan disajikan secara menarik dengan disisipi foto-foto koleksi The Habibie Center. Sebagai contoh
pesan beliau kedua berbunyi "Utamakan
kerja nyata bukan citra".
Pesan-pesan
tersebut adalah hasil dari segala pengalaman Habibie selama ini. Namun sangat
disayangkan pesan-pesan tersebut sangat tidak mendalam. Berbeda halnya dengan
cerita panjang lebar terkait sepak terjang ide pembuatan pesawat dan upaya
memajukan science dan teknologi yang
dimuat dalam buku Habibie & Ainun.
Juga berbagai ide cemerlang Habibie dalam menghadapi krisis ekonomi dan
kepercayaan pada 1998, yang dimuat di buku Detik-Detik
yang Menentukan. Dari kedua buku tersebut, pembaca dapat menangkap ide
besar pemikiran seorang Habibie.
Epilog
Genre buku ini lebih ke arah buku motivasi. Praktis
bahasan dalam buku tidak mendalam. Pasca membaca buku ini, akan timbul banyak
pertanyaan dari pembaca terkait pemikiran-pemikiran Habibie terutama terkait
teknologi dan politik. Pembaca disarankan membaca dua buku buah tangan Habibie
sendiri yakni Detik-Detik yang Menentukan
dan Habibie & Ainun. Kedua buku
tersebut menjelaskan cukup detail terkait sepak terjang dan pemikiran Habibie
selama beliau aktif berkarya di pemerintahan. Namun, biarpun demikian buku ini
memiliki pembeda dari buku-buku lain yang mengupas sosok Habibie. Buku ini
memuat foto-foto pribadi beliau yang menjadikan pembaca seolah-olah
berinteraksi langsung dengan Habibie. Sebagai penutup, penulis kutip salah satu
pesan dari Habibie "Kita adalah keturunan
bangsa pejuang, yang tidak mengenal lelah dan kalah !".
Judul Buku : Tak Boleh Lelah dan Kalah !
Penulis : Fachmy Casofa
Penerbit : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Tahun Terbit : 2014
Tebal buku : 236 halaman
Referensi lain :
Habibie, B.J.
(2006). Detik-Detik yang Menentukan. Jakarta
: THC Mandiri.
Habibie, B.J.
(2010). Habibie & Ainun. Jakarta
: THC Mandiri.
0 komentar:
Post a Comment