Tuesday, June 24, 2014

Tak Boleh Lelah dan Kalah !

Sebuah resensi dari Uruqul Nadhif Dzakiy

"Siapa lagi yang diharapkan membangun bangsa Indonesia menjadi masyarakat makmur, adil, sejahtera, dan tenteram jikalau bukan anak bangsa ?" - B.J. Habibie

Prolog

Begitulah petikan pesan Bacharuddin Jusuf Habibie yang dikutip dari buku ini. Pesan persuasif sejenis lain pun menghiasi di sampul depan dan belakang buku ini, juga beberapa statement penting dari Habibie dengan font besar dan memakai warna yang variatif. Lembaran pertama buku ini berbunyi "Sebuah Persembahan Spesial untuk Generasi Muda Indonesia" yang membuat pembaca merinding dibuatnya.

Habibie adalah sosok unik yang kiprah dan pemikirannya terus dikaji oleh banyak pihak. Banyak buku yang telah membahas sosok mantan presiden ketiga ini. Bahkan belum lama ini kisah hidup termasuk didalamnya pikiran-pikirannya terkait teknologi dan politik difilmkan dalam nuansa cinta berjudul "Habibie & Ainun". Film tersebut masuk jajaran film yang paling laris sepanjang sejarah perfilman Indonesia dengan lebih dari 3 Juta penonton.

Seolah tak habis orang membicarakan Sosok Habibie. Buku karya Fachmy Casofa pun tak mau ketinggalan mengupas pemikiran beliau. Kali ini Fachmy mengambil segmen berbeda dari sosok Habibie yang luput dari pembahasan buku-buku tentang Habibie lainnya. Buku ini sengaja disajikan dengan bahasa ringan guna menyasar kaum muda yang haus akan motivasi. Foto-foto Habibie dan keluarga ditampilkan secara berulang dalam beberapa halaman yang menjadikan pembaca seolah-olah menyelami langsung kehidupan Habibie. Selain itu, buku ini juga menampilkan 50 gagasan brilian beliau yang dimuat lebih dari 2/3 isi buku. Kurang dari 1/3 lainnya membahas tentang kehidupan Habibie yang sengaja disajikan penulis di awal buku dengan judul besar "Menerbangkan Indonesia".

Menerbangkan Indonesia

10 Agustus 1995 tak akan pernah dilupakan oleh anak bangsa dan dunia. Bagaimana tidak, pesawat N250 yang murni dibuat anak bangsa mampu terbang dengan mulus mengelilingi langit kota Bandung. Semua anak bangsa yang menyaksikan langsung di bandar udara Husein Sastranegara maupun dari layar televisi harap-harap cemas, namun pada akhirnya terobati saat pesawat yang dinamai Gatotkoco tersebut berhasil landing dengan sempurna di landasan pacu bandara. Semua anak bangsa bersyukur haru bahkan banyak diantara mereka yang sampai meneteskan air mata kebahagiaan.


Terciptanya pesawat yang menerapkan teknologi terkini saat itu, fly-by-ware, tersebut tak dapat dilepaskan dari kiprah Habibie. Beliau bisa dikatakan sebagai king maker ide pembuatan pesawat tersebut. Kapabilitas Habibie dalam pembuatan pesawat terbang tidak diragukan lagi. Sebelum dipanggil Presiden Soeharto untuk mengurusi Kemenristek, Habibie merupakan pimpinan suatu perusahaan pesawat terkemuka di Jerman. Banyak dari penemuannya terkait ilmu rancang-bangun pesawat terbang dipatenkan yang membuatnya salah seorang yang berpengaruh di dunia kedirgantaraan. Namun, berkat kecintaannya akan tanah air, Habibie rela meninggalkan kehidupan yang serba cukup di Jerman untuk memilih memajukan science dan teknologi di Indonesia. Pesawat N-250 adalah buah dari kerja kerasnya selama lebih dari 20 tahun mengabdi. Bukti kecintaan Habibie akan tanah air tersirat dari puisi yang dibuatnya berjudul Sumpahku.

Harapan Habibie dengan sukses terbangnya N-250 di langit Indonesia adalah munculnya semangat bangsa secara kolektif untuk memajukan science dan teknologi di Indonesia. 10 Agustus 1995 adalah momentum yang selanjutnya diperingati sebagai Hari kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas). Namun pada 1998, Indonesia terkena krisis moneter yang dahsyat yang membuat IPTN (kini PT. Dirgantara Indonesia) terpaksa ditutup Pemerintah. Hal ini membuat Habibie marah luar biasa apalagi Ia tidak dilibatkan saat membahas rencana penutupan perusahaan yang dibesarkannya tersebut.

Gagasan Brilian

Selain bercerita tentang kiprah Habibie dalam pengembangan teknologi khususnya dunia kedirgantaraan di Indonesia dan juga seluk-beluk kehidupannya, buku ini memuat 50 pesan Habibie kepada kaum muda. Pesan-pesan tersebut adalah buah wawancara penulis buku terhadap Habibie  yang ditulis per-poin dan disajikan secara menarik dengan disisipi foto-foto koleksi The Habibie Center. Sebagai contoh pesan beliau kedua berbunyi "Utamakan kerja nyata bukan citra".

Pesan-pesan tersebut adalah hasil dari segala pengalaman Habibie selama ini. Namun sangat disayangkan pesan-pesan tersebut sangat tidak mendalam. Berbeda halnya dengan cerita panjang lebar terkait sepak terjang ide pembuatan pesawat dan upaya memajukan science dan teknologi yang dimuat dalam buku Habibie & Ainun. Juga berbagai ide cemerlang Habibie dalam menghadapi krisis ekonomi dan kepercayaan pada 1998, yang dimuat di buku Detik-Detik yang Menentukan. Dari kedua buku tersebut, pembaca dapat menangkap ide besar pemikiran seorang Habibie.

Epilog

Genre buku ini lebih ke arah buku motivasi. Praktis bahasan dalam buku tidak mendalam. Pasca membaca buku ini, akan timbul banyak pertanyaan dari pembaca terkait pemikiran-pemikiran Habibie terutama terkait teknologi dan politik. Pembaca disarankan membaca dua buku buah tangan Habibie sendiri yakni Detik-Detik yang Menentukan dan Habibie & Ainun. Kedua buku tersebut menjelaskan cukup detail terkait sepak terjang dan pemikiran Habibie selama beliau aktif berkarya di pemerintahan. Namun, biarpun demikian buku ini memiliki pembeda dari buku-buku lain yang mengupas sosok Habibie. Buku ini memuat foto-foto pribadi beliau yang menjadikan pembaca seolah-olah berinteraksi langsung dengan Habibie. Sebagai penutup, penulis kutip salah satu pesan dari Habibie "Kita adalah keturunan bangsa pejuang, yang tidak mengenal lelah dan kalah !".  

Judul Buku      : Tak Boleh Lelah dan Kalah !
Penulis             : Fachmy Casofa
Penerbit           : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Tahun Terbit    : 2014
Tebal buku      : 236 halaman

Referensi lain :
Habibie, B.J. (2006). Detik-Detik yang Menentukan. Jakarta : THC Mandiri.
Habibie, B.J. (2010). Habibie & Ainun. Jakarta : THC Mandiri.  

0 komentar: