Beberapa bulan yang lalu, civitas
akademika Institut Teknologi Bandung (ITB) baru saja memilih Kadarsah Suryadi
sebagai rektor baru periode 2014/2019 menggantikan Akhmaloka yang jabatannya
berakhir. Terpilihnya Kadarsah menarik untuk disimak terutama terkait dengan
visi-misi dan program kerja yang akan dilakukan dalam periode lima tahun
mendatang. Sebagai kampus teknik tertua di Indonesia, ITB melalui kepemimpinan
Kadarsah diharapkan mampu menjadi kampus penyelesai berbagai masalah Indonesia
khususnya di bidang sains, teknologi, dan seni.
Saat maju sebagai salah satu kandidat
rektor ITB, Kadarsah membawa visi mewujudukan entrepreneurial university di lingkungan kampus ITB. Menurut
Kadarsah entrepreneurial university
dapat diwujudkan melalu lima hal. Pertama,
peningkatan publikasi ilmiah pada jurnal dan forum ilmiah bereputasi. Kedua, peningkatan jumlah paten, prototype, dan karya kreatif serta
penerapannya. Ketiga, peningkatan pendanaan kegiatan penelitian Kelompok
Keahlian. Keempat, reorientasi fokus
penelitian yang berhubungan dengan sektor unggulan Sumber Daya Alam (SDA)
Indonesia seperti teknologi maritim/kelautan, biodiversity dan ring of fire,
serta yang berhubungan dengan sektor kehidupan yang mendesak diselesaikan dalam
jangka pendek seperti teknologi untuk pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan,
ketahanan air dan obat-obatan, teknologi kesehatan, energi baru dan terbarukan,
teknologi informasi dan komunikasi, terknologi transportasi, kewilayahan, infrastruktur,
material, produk budaya serta lingkungan.
Merujuk Inti Entrepreneurial University
Sepintas melihat rencana program kerja
Kadarsah di atas sangat mendukung dalam mewujudkan ITB sebagai entrepreneurial university. Namun,
sejatinya paparan program Kadarsah di atas hanyalah sebagian dari beberapa poin
penting terkait konsep entrepreneurial
university. Artinya konsep entrepreneurial
university ala Kadarsah kurang lengkap.
Merujuk buku yang dibuat oleh Direktur
Triple Helix Research Group di Newcastle University Business School UK, Henry
Etzkowitz, yang berjudul The Triple Helix,
disebutkan bahwa entrepreneurial university
adalah bentuk dari kapitalisasi pengetahuan (capitalization of knowledge). Ia menjadi kemudi (driver) dari konsep triple helix. Triple helix
sendiri merupakan interaksi yang sangat terkait antara universitas, industri
dan pemerintah. Lebih lanjut, Henry memaparkan lima norma entrepreneurial university. Pertama,
kapitalisasi. Kapitalisasi pengetahuan menjadi dasar untuk ekonomi dan
pembangunan yaitu sebagai upaya untuk memperbesar peran universitas dalam
masyarakat. Kedua,
Kesalingberhubungan (interdependence).
Entrepreneurial university
berinteraksi secara dekat dengan industri dan pemerintah dan tidak menjadi
menara gading bagi masyarakat. Ketiga,
mandiri. Entrepreneurial university
merupakan institusi yang secara relatif mandiri. Ia tidak bergantung dengan
lingkungan institusi lainnya. Keempat,
perkawinan silang (hybridization). Ketegangan
antara prinsip kesalingbergantungan (interdependence)
dan mandiri (independence) memunculkan
daya pendorong sebagai upaya mewujudkan format organisasi perkawinan silang (hybrid) untuk merealisasikan secara
serentak keduanya secara objektif. Kelima,
refleksivitas yaitu melanjutkan renovasi struktur internal dari universitas
sebagai relasinya terhadap perubahan industri dan pemerintah.
Norma di atas ditambah empat pilar entrepreneurial university berikut. Pertama, kepemimpinan akademik yang mampu memformulasikan dan
mengimplementasikan sebuah visi strategis. Kedua,
kontrol hukum (legal control)
pada sumber daya akademik, mencakup properti fisik seperti gedung universitas
dan intellectual property yang
memancar dari riset. Ketiga,
kapasitas organisasi untuk mentransfer teknologi melalui paten, lisensi, dan
inkubasi. Keempat, sebuah etos entrepreneurship di antara pengelola,
fakultas, dan mahasiswa.
Langkah ke Depan
Program kerja yang akan dilakukan
Kadarsah belum cukup untuk menjawab visi entrepreneurial
university. Penerapan hasil riset (paten, prototype, karya kreatif) sangatlah kurang dalam menjadikan ITB
sebagai entrepreneurial university.
Lebih lanjut dibutuhkan kepemimpinan dan etos kerja entrepreneurship di kalangan pimpinan kampus. Juga ditambah dengan
lima norma entrepreneurial university
yang telah penulis paparkan di muka. Dengan ini diharapkan ITB menjadi entrepreneurial university yang mampu
menjawab berbagai tantangan bangsa khususnya di bidang sains, teknologi, dan
seni.
Uruqul Nadhif Dzakiy
Mahasiswa Magister Studi
Pembangunan ITB
0 komentar:
Post a Comment