Friday, June 26, 2015

Pengembang Mobil Listik Dipidanakan, Entah Kemana Masa Depan Bangsa Ini

Inilah negeri yang bernama Indonesia. Negeri yang orang-orangnya secara umum haus akan kuasa. Berita sehari-hari tak pernah luput dari liputan pertikaian politik yang menjemukan. Mulai dari anggota DPR, para menteri, kejaksaan, kepolisian, semuanya. Entah apa yang mendorong mereka untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Anda masih ingatkan dengan pertikaian Polri dengan KPK sampai detik ini tidak habis-habis. Juga dengan sikut-sikutan antar para petinggi partai untuk saling serang demi mendapatkan kue dan kursi kekuasaan yang sifatnya sementara itu.

Para pemegang kuasa negeri ini secara umum memiliki visi dangkal tentang negeri ini. Entah mudah puas dengan progres yang telah dilakukan, puas akan pujian yang setiap saat mereka dapatkan saat turun ke rakyat kecil, atau justru mereka sebenarnya manusia bodoh. Entahlah. Banyak dari mereka berpendidikan magister bahkan doktor. Itu tidak dari kampus abal-abal melainkan dari kampus top baik dari dalam maupun luar negeri. Tetapi mengapa jangkauan mimpi mereka akan Indonesia hanya sedangkal itu ? Entahlah. Dugaan saya karena mereka hanyalah manusia gila kuasa dan jabatan.

Kekuasaan telah membutakan mata mereka untuk berfikir jernih akan masa depan. Di zaman yang mudah menduplikasi kemajuan bangsa lain, para penguasa negeri ini sangat tahu akan rumusan menjadi negara yang maju. Mereka saya yakin dan faham betul bahwa penguasaan sains dan teknologi itu hal primer dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Biarpun langkah ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun jika langkah ini berhasil negara ini bisa akan mandiri dan mampu mensejahterakan warganya. Namun, sekali lagi kuasa telah menutup mata dan mata hati para penguasa negeri ini. Seorang pengembang mobil listrik, Dasep Akhmadi, akan segera dipidanakan akibat proyek kerja sama pengembangan mobil listrik dengan beberapa BUMN.
 
Dasep Ahmadi dan mobil listrik ciptaannya (dok finance.detik.com)
Mobil listrik adalah sarana transportasi pengganti mobil berbahan bakar fosil di masa depan. Banyak negara berlomba-lomba untuk kembangkan mobil jenis ini. Namun apa yang terjadi di negeri yang bernama Indonesia. Pengembangan yang baru (saja) dimulai sudah akan di-stop. Memang kita sama-sama sadar bahwa infrastruktur pengembangan mobil listrik di negeri ini belum memadai seperti halnya riset kontinu terkait onderdil mobil listrik, fasilitas pabrik, dan sebagainya. Sangat jauh jika di bandingkan dengan negara semacam Jepang. Tapi, dengan segenap kendala, sosok Dasep Akhmadi dengan pabriknya, PT Sarimas Ahmadi Pratama, berusaha mencipta mobil listrik yang kelak dapat digunakan oleh orang-orang Indonesia. Jangan samakan Dasep dengan anak-anak SMK yang membuat Esemka. Dasep merupakan salah satu lulusan terbaik ITB dan juga salah satu kampus top di Jerman. Dia tidak sekedar memasang bagian-bagian mobil lalu merangkainya menjadi satu mobil utuh seperti bermain puzzle, melainkan ia melakukan riset biarpun dengan kondisi yang serba terbatas.

Dasep tinggal menunggu waktu untuk dipidanakan, pengembangan mobil listrik juga akan menunggu waktu untuk bubar. Entah apa warisan yang ditinggalkan para penguasa negeri ini untuk anak-anak muda yang akan memimpin Indonesia di masa depan. Keinginan Indonesia menjadi anggota G20, G7 ? Menjadi negara dengan ekonomi kelima terbesar di dunia ?. Apa pentingnya angka dan peringkat itu jika Indonesia sampai detik ini hanya sekedar pelayan negara-negara lain ?. Indonesia yang katanya sumbur makmur sentosa, mengapa air putih saja harus beli ? Ironi sekali. Tinggal menunggu waktu seluruh Sumber Daya Alam kita akan dikuras habis dan gilanya bangsa ini diam saja akibat diterlenakan dengan aneka hiburan televisi dan debat yang tidak bermutu di jejaring sosial.

Denger kabar kalo pemerintah sedang galakkan pembangunan infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi di beberapa tahun kedepan. Tapi bukannya ketika jalan-jalan sudah mulus yang menikmati bakalan perusahan-perusahaan gede punya asing yang kuasai berbagai sumber SDA ?. Kaum pribumi sangat sedikit yang punya perusahaan gede sekelas perusahaan asing, apalagi punya perusahaan hilirisasi, bisa dihitung jari. Padahal jika SDA dikelola oleh SDM-SDM kita bisa dijamin pengangguran akan bisa ditekan. Rakyat akan dapat menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Indonesia akan bisa beralih dari resource based economy ke knowledge based economy. Rumusannya tak lain bahwa pengembangan sains dan teknologi benar-benar dilakukan secara optimal.

Disela ngobrol dengan teman abis ashar kemarin di masjid Batan, dia ngutip ucapan dosen "Apa sih yang dibanggakan dari Indonesia selain tidak budaya dan kuliner ?", saya menimpali ".. tambah satu lagi keindahan alamnya". Ya, lagi-lagi itu lagi. Entah sampai kapan...

Kosan, 26/6/2015 0:42 WIB

0 komentar: