Inilah negeri yang bernama Indonesia.
Negeri yang orang-orangnya secara umum haus akan kuasa. Berita sehari-hari tak
pernah luput dari liputan pertikaian politik yang menjemukan. Mulai dari
anggota DPR, para menteri, kejaksaan, kepolisian, semuanya. Entah apa yang
mendorong mereka untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Anda masih ingatkan
dengan pertikaian Polri dengan KPK sampai detik ini tidak habis-habis. Juga
dengan sikut-sikutan antar para petinggi partai untuk saling serang demi
mendapatkan kue dan kursi kekuasaan yang sifatnya sementara itu.
Para pemegang kuasa negeri ini secara
umum memiliki visi dangkal tentang negeri ini. Entah mudah puas dengan progres
yang telah dilakukan, puas akan pujian yang setiap saat mereka dapatkan saat
turun ke rakyat kecil, atau justru mereka sebenarnya manusia bodoh. Entahlah.
Banyak dari mereka berpendidikan magister bahkan doktor. Itu tidak dari kampus
abal-abal melainkan dari kampus top baik dari dalam maupun luar negeri. Tetapi
mengapa jangkauan mimpi mereka akan Indonesia hanya sedangkal itu ? Entahlah.
Dugaan saya karena mereka hanyalah manusia gila kuasa dan jabatan.
Kekuasaan telah membutakan mata mereka
untuk berfikir jernih akan masa depan. Di zaman yang mudah menduplikasi
kemajuan bangsa lain, para penguasa negeri ini sangat tahu akan rumusan menjadi
negara yang maju. Mereka saya yakin dan faham betul bahwa penguasaan sains dan
teknologi itu hal primer dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Biarpun
langkah ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun jika langkah ini
berhasil negara ini bisa akan mandiri dan mampu mensejahterakan warganya.
Namun, sekali lagi kuasa telah menutup mata dan mata hati para penguasa negeri
ini. Seorang pengembang mobil listrik, Dasep Akhmadi, akan segera dipidanakan
akibat proyek kerja sama pengembangan mobil listrik dengan beberapa BUMN.
Mobil listrik adalah sarana transportasi
pengganti mobil berbahan bakar fosil di masa depan. Banyak negara berlomba-lomba
untuk kembangkan mobil jenis ini. Namun apa yang terjadi di negeri yang bernama
Indonesia. Pengembangan yang baru (saja) dimulai sudah akan di-stop. Memang kita sama-sama sadar bahwa
infrastruktur pengembangan mobil listrik di negeri ini belum memadai seperti
halnya riset kontinu terkait onderdil mobil listrik, fasilitas pabrik, dan
sebagainya. Sangat jauh jika di bandingkan dengan negara semacam Jepang. Tapi,
dengan segenap kendala, sosok Dasep Akhmadi dengan pabriknya, PT Sarimas Ahmadi
Pratama, berusaha mencipta mobil listrik yang kelak dapat digunakan oleh
orang-orang Indonesia. Jangan samakan Dasep dengan anak-anak SMK yang membuat
Esemka. Dasep merupakan salah satu lulusan terbaik ITB dan juga salah satu
kampus top di Jerman. Dia tidak sekedar memasang bagian-bagian mobil lalu
merangkainya menjadi satu mobil utuh seperti bermain puzzle, melainkan ia
melakukan riset biarpun dengan kondisi yang serba terbatas.
Dasep tinggal menunggu waktu untuk
dipidanakan, pengembangan mobil listrik juga akan menunggu waktu untuk bubar.
Entah apa warisan yang ditinggalkan para penguasa negeri ini untuk anak-anak
muda yang akan memimpin Indonesia di masa depan. Keinginan Indonesia menjadi
anggota G20, G7 ? Menjadi negara dengan ekonomi kelima terbesar di dunia ?. Apa
pentingnya angka dan peringkat itu jika Indonesia sampai detik ini hanya
sekedar pelayan negara-negara lain ?. Indonesia yang katanya sumbur makmur
sentosa, mengapa air putih saja harus beli ? Ironi sekali. Tinggal menunggu
waktu seluruh Sumber Daya Alam kita akan dikuras habis dan gilanya bangsa ini
diam saja akibat diterlenakan dengan aneka hiburan televisi dan debat yang
tidak bermutu di jejaring sosial.
Denger kabar kalo pemerintah sedang
galakkan pembangunan infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi di beberapa
tahun kedepan. Tapi bukannya ketika jalan-jalan sudah mulus yang menikmati
bakalan perusahan-perusahaan gede punya asing yang kuasai berbagai sumber SDA
?. Kaum pribumi sangat sedikit yang punya perusahaan gede sekelas perusahaan
asing, apalagi punya perusahaan hilirisasi, bisa dihitung jari. Padahal jika
SDA dikelola oleh SDM-SDM kita bisa dijamin pengangguran akan bisa ditekan.
Rakyat akan dapat menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Indonesia akan bisa
beralih dari resource based economy
ke knowledge based economy.
Rumusannya tak lain bahwa pengembangan sains dan teknologi benar-benar
dilakukan secara optimal.
Disela ngobrol dengan teman abis ashar
kemarin di masjid Batan, dia ngutip ucapan dosen "Apa sih yang dibanggakan dari Indonesia selain tidak budaya dan kuliner
?", saya menimpali ".. tambah
satu lagi keindahan alamnya". Ya, lagi-lagi itu lagi. Entah sampai
kapan...
Kosan, 26/6/2015 0:42 WIB
0 komentar:
Post a Comment