Wilayah Indonesia 2/3-nya adalah laut, namun mindset pembangunan masih terkonsentrasi pada daratan. Deklarasi
Djuanda telah dilakukan, diikuti dengan aneka perundingan di PBB atau
forum-forum setingkat, dan juga tentunya pembuatan Undang-Undang tentang
kelautan, namun biarpun demikian laut masih belum mendapat perhatian lebih.
Masyarakat pesisir merupakan entitas termelarat setelah petani, di sisi lain
beberapa wilayah di kawasan pulau eksotis negeri ini dikapling oleh asing.
Manajemen kelautan tak pernah sukses. Badan pemerintah dibentuk,
namun tetap saja. Bappenas merencanakan pembangunan laut secara komprehensif katanya
namun dalam teknis pelaksanaannya kacau
bahkan tak jalan. Masalah investasi dikatakan pemerintah sebagai kendala utama
pembangunan kelautan disamping infrastruktur. Padahal, selain itu Sumber Daya
Manusia (human capital) yang
berkecimpung di dunia pembangunan kelautan bisa dibilang sangat kecil. Hitung
saja berapa banyak jurusan yang berkaitan dengan kelautan di
universitas-universitas tanah air, jumlahnya jelas sangat kecil dibandingkan
dengan jurusan mainstream seperti
manajemen, ekonomi, hukum, Teknik Informatika, dan sebagainya. Tak hanya jurusan
di kampus, SMK kelautan jumlahnya sangat kecil juga, kalah dengan SMK bidang
otomotif. Saya tidak habis fikir pemerintah memiliki visi luar bisa terhadap pembangunan kelautan
namun sektor SDM tidak digarap dengan serius. Ini namanya mimpi kosong.
Membangun Institut Kelautan Indonesia (IKI)
Saya membaca di majalah GATRA tahun 2006 bahwa Intititut Kelautan
Indonesia (IKI) sudah berdiri. Saya belum mengecek lebih jauh terkait sekolah
tersebut. Pengelolaan kelautan yang masih berantakan menurut saya akan dapat
diselesaikan dengan pendirian pusat ilmu pengetahuan yang fokus pada
pembangunan kelautan. Saya menamainya Institut Kelautan indonesia (IKI).
Universitas ini fokus pada pembangunan kelautan. Pembangunan jelas melibatkan
multidisiplin ilmu yang menjadi fokus dan perhatian institut tersebut yaitu
meliputi aneka disiplin ilmu yang berkaitan dengan pembangunan kelautan.
Beberapa disiplin ilmu mencakup unsur-unsur ilmu dasar, teknik (engineering), sains, ekonomi, dan humaniora.
Dalam bayangan saya, institut ini mencakup berbagai jurusan yang
meliputi (1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang
mencakup matematika, fisika, kimia, dan biologi, (2) Fakultas Teknik (FT) yang
mencakup Teknik Kelautan, Teknik Perkapalan, Teknik Perminyakan, Teknik
Geologi, Teknik Pertambangan, Teknik Material, Teknik Industri, dan Teknik
Metalurgi, (3) Fakultas Ilmu kelautan (FIK) yang mencakup Ilmu kelautan, Ilmu
Pembangunan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan Oseanografi, (4) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang mencakup Ilmu Ekonomi dan Ilmu Manajemen, (5) Fakultas
Humaniora (FHum) yang mencakup Ilmu antroplogi, Ilmu Budaya Laut, Ilmu
Sosiologi, Ilmu Politik, Ilmu Hukum, dan Ilmu Kemasyarakatan. Fakultas-fakultas
tersebut dibingkai dalam konsep pembangunan kelautan. Dalam kegiatan belajar,
pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan aplikasi ilmu dalam konteks
pembangunan kelautan. Oleh karenanya, keunggulan komparatif kampus ini adalah
fokus pada pengembangan kelautan yang mencakup pembangunan ekonomi kelautan,
pembangunan masyarakat pesisir, dan pengembangan budaya bahari.
Saya menginginkan kampus ini terletak di kota Batam, Kepulauan
Riau. Selain karena lokasinya sebagai kota kepulauan, kota ini dulunya pernah
di-setting untuk menjadi kota
percontohan Indonesaia namun gagal, dan juga berdekatan dengan Singapura dan
Malaysia. Pendirian kampus ini juga untuk mengimbangi kemajuan yang terpusat di
pulau Jawa. Dengan lokasi di kawasan kepulauan, akselerasi pengembangan dan
aplikasi ilmu lebih cepat karena berdekatan dengan objek materinya langsung yakni
laut. Lokasi ini dipilih agar terjadi pemerataan perputaran ekonomi yang kini lebih
tersentral di Pulau Jawa. Diharapkan Batam menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi
di daerah-daerah disekitarnya.
Hadirnya kampus ini diharapkan mampu menebarkan virus kecintaan
akan laut sehingga pembangunan kelautan dapat terlaksana dengan maksimal. Paradigma laut sebagai halaman belakang rumah
dapat diubah sebagai teras rumah yang senantiasa
dirawat dan dimanfaatkan secara bijak. Keluarannya kontribusi kelautan terhadap
PDB nasional lebih dari 40 persen, masyarakat pesisir tersejahterakan, kebudayaan
laut masuk dalam ranah kehidupan masyarakat secara luas, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi terkait laut berkembang. Laut tidak lagi dipersepsikan sebagai
pemisah, namun sebagai pemersatu antarpulau. Indonesia merupakan lautan yang
ditaburi dengan pulau-pulau di atasnya.
1 komentar:
I've heard good things about this institut esthederm product! Going on my wish ♥ list now.
Post a Comment