Wednesday, August 17, 2016

[OPINI] Merdeka dan Berdaulat di Ranah Iptek ?

Hari ini tepat 71 tahun yang lalu Indonesia resmi sebagai negara yang merdeka. Ini artinya sejak 17 Agustus 1945, negara ini memiliki hak penuh untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan kepentingannya. Mulai sejak itu, para pejuang kemerdekaan yang masih hidup bisa bernafas lega karena pemikiran mereka dapat diaktualisasikan dalam tindakan nyata. Bung Karno tak lama setelah proklamasi kemerdekaan, didaulat sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Banyak kebijakan pembangunan yang dicetuskan Bung Karno, salah satunya adalah melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Berdirinya Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1949, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1959, dan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 1963 adalah bukti keseriusan Bung Karno kembangkan Iptek.

Di tahap awal membangun ini, pengembangan Iptek berjalan kurang begitu mulus karena ketidakstabilan politik Indonesia saat itu. Biarpun demikian, pada masa Bung Karno kita dapati banyak sekali ilmuwan dan teknolog yang memiliki dedikasi tinggi untuk pengembangan Iptek. Sebut saja contohnya Semaun Samandikun yang gigih kembangkan semikonduktor pasca studi dari Stanford University. Kiprah dan semangat Semaun kini dilanjutkan oleh murid-muridnya di ITB Bandung. Panggung politik yang membesarkan nama Bung Karno juga ternyata melengserkannya di kemudian hari. Bung Karno digantikan oleh Jenderal Soeharto dan di masa itu dikenal new order (orde Baru).

Pada masa kepemimpinan Jenderal Soeharto, orientasi kebijakan nasional di arahkan ke pembangunan ekonomi. Di masa ini, iptek seolah tidak bergairah. Jika ada intelektual yang dikenal public umumnya mereka berlatar belakang ilmu ekonomi dan humaniora yang terjun menjadi birokrat. Sebagai contoh Sumitro Djojohadikusumo. Beliau dikenal luas sebagai Begawan ekonomi Indonesia di masa Orde Baru. Berbagai posisi penting di Kabinet pernah direngkuhnya seperti Menteri Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan bahkan Menteri Negara Riset. Baru pada Pembangunan Lima Tahun (Pelita) VI (1994-1999), Iptek mulai diseriusi oleh Presiden Soeharto dimana diharapkan Indonesia masuk tahap lepas landas. Iptek digarap secara serius dengan menempatkan BJ. Habibie sebagai orang kepercayaan. Pada masa ini, berbagai industri strategis telah berdiri seperti IPTN, PT Inti, PT Pindad, PT PAL, dan masih banyak yang lainnya. Momen sebagai penanda keseriusan Orde Baru kembangkan teknologi pada masa ini adalah terbangnya pesawat buatan anak negeri, N250 Gatot Kaca, pada 10 Agustus 1995. Tanggal itu akhirnya ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas).

Orde baru runtuh pada 1998 dan di saat itu pula Iptek juga turut mundur. Beberapa industri strategis seperti IPTN (PT Dirgantara Indonesia) harus gulung tikar. Indonesia memasuki babak baru pembangunan. Terpilihnya BJ Habibie di masa reformasi tidak mampu mengangkat Iptek sebagai spirit kemajuan bangsa. Karena Indonesia ditempa krisis yang mahahebat, beliau memilih untuk memulihkannya. Stabilitas politik dan ekonomi menjadi kefokusan di periode sekitar dua tahun menjabat. Setelah itu berturut-turut kepala negara dijabat oleh Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan kini Joko Widodo. Di masa itu, Iptek tetap tidak disentuh secara serius. Pembangunan hanya difokuskan pada tataran ekonomi, sama dengan Orde Baru di masa-masa awal. Pada masa sekarang memang kita dapati banyak sekali anak negeri yang ahli di bidang tertentu. Reputasinya bahkan diakui secara internasional, namun ternyata di Indonesia mereka tidak terpakai. Sementara itu, kampus-kampus milik Pemerintah seolah kehilangan orientasi. Petinggi Lembaga Pendidikan ini umumnya hanya disibukkan dengan sesuatu yang sifatnya administratif saja. Jika ada civitas akademika yang memiliki dedikasi tinggi akan ilmu pengetahuan, tak ada panggung dan pentas tambahan melainkan hanya ucapan “Terima Kasih” yang didapat.
 
Pesawat N250 simbol kebangkitan Iptek nasional (dok. finance.detik.com)
Dunia bergerak sangat dinamis, termasuk pula perkembangan Iptek. Namun, itu tidak disikapi serius oleh Pemerintah dengan penyiapan sumber daya manusia yang berkeahlian spesifik. Di saat sekarang memang digelontorkan kemudahan akses pendidikan dengan aneka beasiswa bahkan sampai S3, namun itu belum mampu mendongkrak pemanfaatan Iptek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak sekali anak bangsa yang merantau ke Luar Negeri belajar aneka ilmu pengetahuan, namun setelah pulang ke Indonesia tak ada tempat yang mampu menampung mereka. Jikapun ada, mereka harus berkorban karena justru di sini yang diurusi umumnya masalah administratif yang justru kontraproduktif. Ini adalah pertanda bahwa Iptek sampai saat ini dipersepsikan tidak sebagai pilar utama dari pembangunan. Akhirnya, semoga dengan turutnya kita memperingati kemerdekaan Republik ke-71 pada hari ini, kita bisa merenungkan itu semua.  

0 komentar: