Thursday, September 15, 2016

[OPINI] Perspektif Anak Muda

Semalam saya mendapatkan masukan yang sangat berarti dari Bu Teti Argo, dosen Teknik Planologi ITB. Pembahasan awalnya terkait Forum Group Discussion (FGD) yang akan kami adakan di jurusan, namun kemudian obrolan melebar. Bu Teti ceritakan pengalamanannya sebagai delegasi Indonesia di sustainable urbanization forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Beliau terkagum dengan delegasi Amerika yang sangat detail dan rinci dalam kasus tertentu yang dibahas. Forum ini memberikan pelajaran yang luar biasa besar pada Bu Teti khususnya perihal diplomasi. Aspek ini jelas sangat penting dalam upaya menjalin pergaulan internasional.


Ada satu hal yang sangat penting dalam obrolan semalam yaitu posisi anak muda dalam persoalan nasional. Seringkali anak muda dalam menanggapi persoalan tidak pada perspektifnya. Ada bahkan pendapatnya seolah mewakili golongan tua. Sebagai contoh kasus Arcandra Tahar. Jika persoalan ini ditengok dalam perspektif anak muda, maka hal yang perlu diangkat adalah ketidakkonsistenan penegakan hukum di Indonesia. Kasus Arcandra memperlihatkan hilangnya komitmen Pemerintah atas Undang-Undang yang menjadi landasan menggerakkan roda pemerintahan. Indonesia tidak mengenal status kewarganegaraan ganda. Penegakan hukum yang pilih-pilih ini dampaknya jangka panjang. Bayangkan jika generasi muda sekarang menempati posisi orang-orang tua sekarang, Undang-Undang dengan gampang disingkirkan dalam penegakan hukum. Lantas negara ini mau dibawa ke mana ?

Adil

Adil secara sederhana berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dalam menanggapi persoalan kebangsaan, suara anak muda mengarah ke perjuangan kepentingannya. Kepentingan anak muda jelas yang memiliki implikasi dalam proses hidupnya. Bisa dalam wujud ekonomi, sosial-budaya, keamanan, dan sebagainya. Jangan berlagak bijak dengan seolah tidak berpihak pada manapun. Nantinya anak muda akan dikorbankan. Jika demikian yang terjadi, pada masa dimana anak muda berusia sama dengan orang tua sekarang tidak bisa apa-apa, rapuh. Sistem sudah menjadi hancur, kemampuan untuk mengubah bagi anak muda tidak ada. Ini kan berabe.

Tulisan ini adalah pengingat bagi saya khususnya dan anak muda pada umumnya bahwa dalam menanggapi persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, perlu mengangkat kepentingan anak muda di dalamnya. Dengan begitu solusi yang ditawarkan akan jelas, tidak sensasional, dan tepat sasaran. Selamat bergagas anak muda ! 

*) gambar diambil di www.kompasiana.com

0 komentar: