Wednesday, December 07, 2016

Sehat Tidak Perlu Mahal

Beruntung saya mengekos di kawasan perkampungan warga tengah-tengah kota Bandung, tepatnya di Sekeloa Selatan. Tak jauh dari lokasi saya terdapat pasar pagi di beberapa titik. Di situ saya seringkali beli buah, kadang apel hijau, apel merah, salak, jeruk, dan anggur merah. Harganya bisa dikatakan lebih murah dibandingkan di toko semacam Ind*maret atau Alf*mart. Sebagai contoh tadi pagi saya beli apel merah washington setengah kilo hanya 10 ribu rupiah. Lumayan dapat empat butir. Salak pondoh malah lebih murah, senin lalu (5/12) beli setengah kilo hanya 2.5 ribu. Tak hanya itu, terkadang saya minta sama penjualnya untuk cicip sebutir anggur merah, beliau pun mengizinkan. 

Selain pasar, kosan saya dekat dengan tempat olahraga umum. Salah satunya taman fitness yang lokasi di Jalan Teuku Umar di belakang Unpad Dipatiukur. Hampir setiap hari saya ke sana untuk lari minimal 6 putaran dan tentunya mencoba alat-alat fitness. Hampir dua bulan saya melakukan olahraga rutin di sana, awalnya hanya lari terus ketagihan coba alat-alat fitness. Taman ini awalnya kurang terawat namun kini sudah direnovasi, biarpun ada 2 dari alat fitness yang entah ke mana sekarang. Saking seringnya ke sini, saya hafal siapa-siapa yang berolahraga rutin di sini. Saya juga kenal preman dan penjual nasi kuning di sini. Terkadang pas olahraga saya dapat bonus dengan melihat perempuan cantik yang berolahraga juga. Ini semacam punya daya magis tersendiri untuk berolahraga lebih lama (hehe). Tapi biarpun demikian tidak sekalipun saya berani berkenalan mereka.
Track Jogging di taman Fitness 
Selain makan buah dan olahraga rutin (yang keduanya murah), beruntung Ibu kosan saya membuka warung dengan masakan semi Jawa. Masakannya cocok dengan lidah saya dan murah. Sebagai contoh ayam goreng sayur nasi hanya 10 ribu. Tak hanya itu terkadang Ibu kos membuat soto dan gado-gado yang rasanya enak juga. Selain makan di Ibu kos, saya juga sering beli lotek di kawasan PKL Haur Pancuh, seporsi hanya 10 ribu. Saya sudah kenal lama dengan nenek penjual lotek ini dan juga cucunya yang masih berusia SD. Lucu sekali cucunya, dia panggil saya "Om", wah terlihat tua sekali saya. Pas malam, selain makan nasi goreng di Pak Kumis di belokan Jalan Haurmekar, juga makan di warung cenghar dekat kosan saya dengan menu favorit soto. Terkadang pula makan di warung Tegal (warteg) di pengkolan jalan menuju jalan Titimplik di sebelah timur Monumen Perjuangan. Di sana seporsi urap, tempe orek, telor bulat, dan pisang hanya 10 ribu, murah sekali.

Artinya saya beruntung kosan di kawasan sekeloa selatan jika ditinjau dari asupan untuk hidup sehat. Bahwa saya tidak harus pergi ke gym, beli buah di supermarket, atau makan di restoran yang jelas tidak akan dipenuhi budget saya. Pelajaran ini semua adalah bersyukur atas apa itu jauh lebih penting dari pada harus menyesal dan meratapi nasib. Bersyukur itu diwujudkan dengan menuntaskan segala kewajiban yang dipunya, tidak menunda. 

Sebagai info tambahan, dari kemarin saya menikmati lagu Padi dan Rhoma Irama. Biar tidak populer di kalangan anak muda sekarang, saya senang saja karena lagu-lagunya penuh pelajaran hidup. 

0 komentar: