Komersialisasi riset bukan hal baru di ITB. Banyak civitas yang tak hanya dengar istilah ini namun juga sebagai pelaku. Jika kita membuka lembaran sejarah kampus ini, kita akan tahu bahwa 30an tahun yang lalu ITB dengan para ahlinya mencoba menghilirkan risetnya untuk menciptakan sesuatu untuk masyarakat. Sebagai contoh Filino Harahap dan beberapa dosen senior ITB waktu itu kembangkan Pusat Pengembangan Teknologi (PPT) dan kemudian Development Technology Centre (DTC) dengan teknologi tepat gunanya. Semaun Samandikun dan Iskandar Alisjahbana kembangkan semikonduktor dan alat radar penunjang satelit palapa (?).
Di masa menjelang reformasi ada Mubiar Purwasasmita dengan LPPM mampu mendorong dosen ITB untuk melakukan projek-projek yang menghasilkan pundi-pundi dana tambahan bagi ITB. Di masa euforia reformasi ada Kusmayanto Kadiman dengan ketua LAPI dan LPPM, Noorsalam, terapkan kebijakan "merit system" yakni memberikan 'penghargaan' pada dosen ITB berdasarkan kinerja yang tengah ditekuninya seperti halnya projek, riset, dan mengajar. Saat itu ITB seperti sebuah perusahaan (ITB Corp) dengan Rektor seperti seorang CEO.
Entrepreneurial ITB
Gelora Entrepreneurial kembali diangkat oleh Kadarsah Suryadi yang naik sebagai Rektor ITB pada 2014. Di masanya, ITB coba diarahkan ke Entrepreneurial University (EU) setelah di periode sebelumnya diangkat semangat Research University (RU). Nyatanya di lapangan, para dosen memiliki interpretasi yang bermacam-macam terkait maksud dari visi tersebut. Sebagian informan menilai visi Pak Rektor sebagai jargon semata, sebagian yang lain menilai ada dukungan entrepreneuring di ITB seperti riset hilir dan kemudahan berwirausaha yang tengah dikerjakan LPIK.
Biarpun demikian, visi Pak Rektor masih banyak catatannya karena pada dasarnya kegiatan entrepreneuring melibatkan berbagai aktivitas yang saling terkoordinasi. Beberapa dosen yang fokus pada hal ini umumnya besar karena ketelatenan dosen tersebut, peran institusi ITB sangat minimal.
Menuju ITB Mandiri
Saya kira perlu ditujukan dorongan untuk entrepreneuring di ITB semata-mata untuk ITB sendiri. Bagaimana ITB dengan aktivitas ini mampu menjadikan sebagai pundi-pundi utama penghasilan kampus. Tidak menutup kemungkinan bahkan mahasiswa yang sekolah di ITB dibebaskan dari membayar biaya kuliah dg catatan dilibatkan dalam kegiatan entrepreneuring.
Untuk menuju ke sana, pertama yang perlu dilakukan adalah pemetaan kapabilitas komersialisasi riset ITB misalkan menelusuri dosen, mahasiswa, atau alumni yang sedang bergelut di sini. Selanjutnya didengarkan kendala-kendala yang dihadapi mereka dan bagaimana mereka dapat keluar dari situ. Di samping itu perlu juga dilihat bagaimana pelaku organisasi ITB seperti satuan kerja (satker) bekerja, jangan-jangan sistem/manajemennya masih buruk. Semangatnya dari sini kita tahu kondisi ITB saat ini (existing condition) sehingga dari sini kita akan dapatkan alternatif-alternatif solusi untuk mencapai visi tadi.
Sumber data :
1. Buku Aura Biru 1 Bab Filino Harahap
2. Hasil wawancara dengan berbagai dosen secara random untuk riset
3. Hasil obrolan dengan dosen terkait dan dosen yang dekat dengan dosen terkait
2 komentar:
Apakah ada lowongan part time researcher? Saya tertarik dengan tema ini. Trims.
Ada, tapi punten saya tidak berwenang untuk merekrut karena saya belum sbg dosen/pejabat yg berwenang di kampus. Mungkin mas/mbak bisa kontak ke LPPM untuk informasi lebih lanjut. Jika tertarik riset untuk tema ini mungkin bisa dibicarakan dg saya terkait spesifikasi keterkaitan riset shg bisa jadi suatu saat bisa kolaborasi dg saya. Terima kasih
Post a Comment