Friday, August 18, 2017

Mubiar Purwasasmita : Landasan Entrepreneuring itu Memberi Manfaat

Saya mengenal beliau dari Dosen AE, Pak Djoko Sardjadi. Ketika itu saya sedang kumpulkan data untuk kepentingan revisi tesis. Saat itu Pak Djoko memberikan rekomendasi pada saya untuk mewawancarai Pak Mubiar terkait bagaimana proses LPM (kini LPPM) yang dipimpin beliau memberikan dukungan pada perkembangan rintisan industri Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) yang dijalani Pak Djoko. Pada 27 Januari 2017 saya bertemu Pak Mubiar di kantornya, Labtek Biru Gedung Teknik Kimia. Percakapan saya dengan beliau berlangsung selama 3 jam 33 menit 9 detik dengan  topik pembicaraan tidak terbatas pada tema tesis saya namun melebar ke berbagai hal.

Pengalaman sebagai Basis Keilmuan

Pak Mubiar adalah orang mampu belajar dari lapangan. Di saat ITB dipimpin oleh  Pak Wiranto Arismunandar, Pak Mubiar dipercaya menjadi pembantu Rektor di bidang Perencanaan dan Pengembangan. Di masa itu, beliau dengan pimpinan ITB lain memikirkan bagaimana ITB dapat memiliki gedung baru yang dapat menampung lebih banyak mahasiswa. Terlintaslah ide untuk mencari soft loan dari Jepang. Dibuatlah strategi untuk meyakinkan Jepang bahwa alumni-alumni ITB punya kekuatan yang besar di Pemerintahan  maupun industri. Bargain position ini berhasil membuat Jepang  investasi SDM Indonesia melalui ITB. Hasil dari negosiasi ini, dibangunlah 11 gedung di ITB termasuk lapangan Saraga dan 4 Labtek kembar. Dalam proses membangunnya, Pak Mubiar dan jajaran pimpinan ITB lainnya seperti Rektor Wiranto Arismunandar turun langsung menjadi “mandor” pembangunan gedung ini dengan “desentralisasi komando”-nya.

Di masa Rektor Lilik Hendrajaya, Pak Mubiar dipercaya memimpin Lembaga Pengabdian Masyarakat (kini LPPM) pada 1997-2000. Pada masa itu, para dosen dimudahkan untuk mendapatkan pinjaman dana dari LPPM untuk jalani projek. Lembaga ini seperti Bank dengan perputaran uang yang cukup dinamis. Perputaran uang di LPPM mencapai ratusan milyar di tahun kedua kepemimpinan beliau. Saat itu, LPPM menyalip PT LAPI sebagai sumber terbesar pendapatan ITB dari unit usaha yang dimilikinya. Kebijakan lain yang diterapkan LPPM pada masa Pak Mubiar adalah konsep asrama ITB mandiri dengan dukungan unit bisnis yang dimotori LPPM seperti sawah 4 hektar dengan kolam ikan di dalamnya dan juga peternakan sapi di Pangandaran. Unit bisnis ini dijalankan oleh para dosen dengan dibantu mahasiswa dan alumni. Dalam pengakuan Pak Mubiar, hasil usaha ini tak hanya dinikmati oleh para penghuni asrama namun kemanfaatannya juga dirasakan oleh civitas akademika lain seperti para dosen.

Ide lain selama menjabat ketua LPPM adalah konsep teknologi tepat guna. Pak Mubiar sebagai ketua LPM seringkali berbeda pendapat dengan Pemerintah, yang digawangi oleh BJ. Habibie, dalam hal teknologi seperti apa yang cocok dikembangkan di Indonesia. Seperti halnya ketika Pak Mubiar mendukung PTTA yang dikembangkan oleh dosen Penerbangan seperti Pak Djoko Sardjadi dengan turut serta promosi ke klien dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Jauh sebelum beliau menjabat sebagai ketua LPPM, ketika mahasiswa Pak Mubiar pernah berbeda pendapat dengan Pak Habibie dalam hal pendirian pabrik pupuk di atas kapal laut atas dasar hindari kelangkaan gas dengan menulis di buletin Himatek. Ide-ide pengembangan teknologi Pak Mubiar di LPPM bisa dikatakan sederhana, disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Sebagai contoh perahu cepat untuk para nelayan di Pangandaran.
 
Mubiar Purwasasmita (dok. @DpkltsIndonesia)
Pasca menjadi ketua LPPM, Pak Mubiar turut serta menekan pemberontakan masyarakat Jawa Barat selama masa krisis ekonomi Indonesia dengan mengomandoi pemanfaatan lahan projek-projek Propertis yang tidak jalan dengan bantuan Kodam setempat. Lahan-lahan nganggur dimanfaatkan untuk ditanami Palagung (Padi, Kedelai, Jagung) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Dalam proses maintenance-nya, disebarlah dosen-dosen ITB dengan diberi pangkat yang lebih tinggi dari peleton TNI yang bertugas sehingga koordinasi dapat dilakukan dengan lancar. Usaha ini berhasil dengan tiadanya pemberontakan yang berarti di bumi Jawa Barat.

Berdagang itu Memberi Manfaat

Spesialisasi keilmuan Pak Mubiar adalah transport fenomena perpindahan. Di sini Ia terlatih untuk berfikir mendasar atas objek yang ditelitinya. Beliau memfokuskan penelitiannya pada tanaman. Beliau sempat berujar tanaman tidak bergerak seperti halnya hewan, mengapa kebutuhan nutrisinya selalu terpenuhi ?. Berarti ada sesuatu yang istimewa dari tanaman .

“Nutrisi masuk tanaman pake air. Kuncinya bagaimana tanaman bisa memasukkan air sebanyak-banyaknya dalam pipa kapiler. Itu gak bisa tanaman direndam. Didorong oleh udara, oleh tegangan permukaaan. Di tanah itu harus ada udara dan air. Saya sudah mengatakan jangan hidroponik, karena tidak mungkin capai laju air paling besar. Tetap aja tani yang baik itu menggunakan kompos dan tanah. Kompos untuk simpen air, tanah untuk udara. Sesederhana itu. Jadi air itu hanya bisa disimpen di dalam  pipa kapiler. Tanah nggak nyimpen air. Tanaman itu butuh penting air tapi bukan jumlah air. Pertanian itu nggak butuh bendungan. Sekarang nomenklaturnya ilmiahnya itu micro irrigation. Bukan selokan itu tapi pipa kapiler. Ternyata air yang diperlukan itu tetesan saja”, ungkap Pak Mubiar.

Pertanyaan selanjutnya bagaimana unsur ini tersedia di tanaman yang kita tanam di berbagai medium seperti halnya pot. Ini jelas dibutuhkan pemahaman atas perilaku tanaman. Pak Mubiar memakai pemahaman dasar atas tanaman ini untuk pertanian padi organik. Ia adalah penggagas System of Rice Intensification (SRI) untuk penamanan padi organik di Indonesia.

Pemahaman beliau atas tanaman menjadi landasan filosofisnya memandang bagaimana sistem perekonomian bekerja. Sistem perekonomian yang baik memuat pandangan prinsipil sebuah tanaman yang tumbuh secara natural. Dua hal yang dicontohkan Pak Mubiar adalah terkait investasi dan perdagangan. Investasi seperti halnya tanaman tumbuh dan berkembang secara natural tanpa merusak tanaman itu sendiri sehingga kebermanfaatannya dirasakan dalam waktu panjang. Sedangkan berdagang tujuan utamaanya adalam memberi kebermanfaatan. Orang yang membeli dagangan kita berarti menerima manfaat dari barang atau jasa yang kita jual. Pemahamannya ini dipakai untuk turut serta membangun jurusan Ekonomi Islam di Universitas Airlangga Surabaya. Pak Mubiar lebih memilih nomenklatur Ekonomi Islam dibandingkan Ekonomi Syariah. Menurutnya yang syariah belum tentu Islami, yang islami adalah yang ikut Qur’an.

Selamat jalan Pak Mubiar, semoga pemikiran Bapak selalu melekat pada orang-orang yang pernah berinteraksi dengan Bapak baik langsung maupun tidak langsung …

0 komentar: