Saya mengenal beliau dari Dosen AE, Pak
Djoko Sardjadi. Ketika itu saya sedang kumpulkan data untuk kepentingan revisi
tesis. Saat itu Pak Djoko memberikan rekomendasi pada saya untuk mewawancarai
Pak Mubiar terkait bagaimana proses LPM (kini LPPM) yang dipimpin beliau
memberikan dukungan pada perkembangan rintisan industri Pesawat Terbang Tanpa
Awak (PTTA) yang dijalani Pak Djoko. Pada 27 Januari 2017 saya bertemu Pak
Mubiar di kantornya, Labtek Biru Gedung Teknik Kimia. Percakapan saya dengan
beliau berlangsung selama 3 jam 33 menit 9 detik dengan topik pembicaraan tidak terbatas pada tema
tesis saya namun melebar ke berbagai hal.
Pengalaman sebagai Basis Keilmuan
Pak Mubiar adalah orang mampu belajar
dari lapangan. Di saat ITB dipimpin oleh
Pak Wiranto Arismunandar, Pak Mubiar dipercaya menjadi pembantu Rektor
di bidang Perencanaan dan Pengembangan. Di masa itu, beliau dengan pimpinan ITB
lain memikirkan bagaimana ITB dapat memiliki gedung baru yang dapat menampung
lebih banyak mahasiswa. Terlintaslah ide untuk mencari soft loan dari Jepang. Dibuatlah strategi untuk meyakinkan Jepang
bahwa alumni-alumni ITB punya kekuatan yang besar di Pemerintahan maupun industri. Bargain position ini berhasil membuat Jepang investasi SDM Indonesia melalui ITB. Hasil
dari negosiasi ini, dibangunlah 11 gedung di ITB termasuk lapangan Saraga dan 4
Labtek kembar. Dalam proses membangunnya, Pak Mubiar dan jajaran pimpinan ITB
lainnya seperti Rektor Wiranto Arismunandar turun langsung menjadi “mandor”
pembangunan gedung ini dengan “desentralisasi komando”-nya.
Di masa Rektor Lilik Hendrajaya, Pak
Mubiar dipercaya memimpin Lembaga Pengabdian Masyarakat (kini LPPM) pada 1997-2000.
Pada masa itu, para dosen dimudahkan untuk mendapatkan pinjaman dana dari LPPM
untuk jalani projek. Lembaga ini seperti Bank dengan perputaran uang yang cukup
dinamis. Perputaran uang di LPPM mencapai ratusan milyar di tahun kedua kepemimpinan
beliau. Saat itu, LPPM menyalip PT LAPI sebagai sumber terbesar pendapatan ITB
dari unit usaha yang dimilikinya. Kebijakan lain yang diterapkan LPPM pada masa
Pak Mubiar adalah konsep asrama ITB mandiri dengan dukungan unit bisnis yang
dimotori LPPM seperti sawah 4 hektar dengan kolam ikan di dalamnya dan juga
peternakan sapi di Pangandaran. Unit bisnis ini dijalankan oleh para dosen dengan
dibantu mahasiswa dan alumni. Dalam pengakuan Pak Mubiar, hasil usaha ini tak
hanya dinikmati oleh para penghuni asrama namun kemanfaatannya juga dirasakan
oleh civitas akademika lain seperti para dosen.
Ide lain selama menjabat ketua LPPM
adalah konsep teknologi tepat guna. Pak Mubiar sebagai ketua LPM seringkali
berbeda pendapat dengan Pemerintah, yang digawangi oleh BJ. Habibie, dalam hal
teknologi seperti apa yang cocok dikembangkan di Indonesia. Seperti halnya
ketika Pak Mubiar mendukung PTTA yang dikembangkan oleh dosen Penerbangan
seperti Pak Djoko Sardjadi dengan turut serta promosi ke klien dari Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Jauh sebelum beliau menjabat sebagai ketua LPPM, ketika
mahasiswa Pak Mubiar pernah berbeda pendapat dengan Pak Habibie dalam hal
pendirian pabrik pupuk di atas kapal laut atas dasar hindari kelangkaan gas
dengan menulis di buletin Himatek. Ide-ide pengembangan teknologi Pak Mubiar di
LPPM bisa dikatakan sederhana, disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.
Sebagai contoh perahu cepat untuk para nelayan di Pangandaran.
Pasca menjadi ketua LPPM, Pak Mubiar
turut serta menekan pemberontakan masyarakat Jawa Barat selama masa krisis
ekonomi Indonesia dengan mengomandoi pemanfaatan lahan projek-projek Propertis
yang tidak jalan dengan bantuan Kodam setempat. Lahan-lahan nganggur
dimanfaatkan untuk ditanami Palagung
(Padi, Kedelai, Jagung) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Dalam
proses maintenance-nya, disebarlah
dosen-dosen ITB dengan diberi pangkat yang lebih tinggi dari peleton TNI yang
bertugas sehingga koordinasi dapat dilakukan dengan lancar. Usaha ini berhasil
dengan tiadanya pemberontakan yang berarti di bumi Jawa Barat.
Berdagang itu Memberi Manfaat
Spesialisasi keilmuan Pak Mubiar adalah transport
fenomena perpindahan. Di sini Ia terlatih untuk berfikir mendasar atas objek
yang ditelitinya. Beliau memfokuskan penelitiannya pada tanaman. Beliau sempat
berujar tanaman tidak bergerak seperti halnya hewan, mengapa kebutuhan
nutrisinya selalu terpenuhi ?. Berarti ada sesuatu yang istimewa dari tanaman .
“Nutrisi masuk tanaman
pake air. Kuncinya bagaimana tanaman bisa memasukkan air sebanyak-banyaknya
dalam pipa kapiler. Itu gak bisa tanaman direndam. Didorong oleh udara, oleh
tegangan permukaaan. Di tanah itu harus ada udara dan air. Saya sudah
mengatakan jangan hidroponik, karena tidak mungkin capai laju air paling besar.
Tetap aja tani yang baik itu menggunakan kompos dan tanah. Kompos untuk simpen air,
tanah untuk udara. Sesederhana itu. Jadi air itu hanya bisa disimpen di dalam pipa kapiler. Tanah nggak nyimpen air. Tanaman
itu butuh penting air tapi bukan jumlah air. Pertanian itu nggak butuh
bendungan. Sekarang nomenklaturnya ilmiahnya itu micro irrigation. Bukan selokan itu tapi pipa kapiler. Ternyata air
yang diperlukan itu tetesan saja”, ungkap Pak Mubiar.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana unsur
ini tersedia di tanaman yang kita tanam di berbagai medium seperti halnya pot.
Ini jelas dibutuhkan pemahaman atas perilaku tanaman. Pak Mubiar memakai
pemahaman dasar atas tanaman ini untuk pertanian padi organik. Ia adalah
penggagas System of Rice Intensification (SRI)
untuk penamanan padi organik di Indonesia.
Pemahaman beliau atas tanaman menjadi landasan
filosofisnya memandang bagaimana sistem perekonomian bekerja. Sistem
perekonomian yang baik memuat pandangan prinsipil sebuah tanaman yang tumbuh
secara natural. Dua hal yang dicontohkan Pak Mubiar adalah terkait investasi
dan perdagangan. Investasi seperti halnya tanaman tumbuh dan berkembang secara
natural tanpa merusak tanaman itu sendiri sehingga kebermanfaatannya dirasakan
dalam waktu panjang. Sedangkan berdagang tujuan utamaanya adalam memberi
kebermanfaatan. Orang yang membeli dagangan kita berarti menerima manfaat dari barang
atau jasa yang kita jual. Pemahamannya ini dipakai untuk turut serta membangun
jurusan Ekonomi Islam di Universitas Airlangga Surabaya. Pak Mubiar lebih
memilih nomenklatur Ekonomi Islam dibandingkan Ekonomi Syariah. Menurutnya yang
syariah belum tentu Islami, yang islami adalah yang ikut Qur’an.
Selamat jalan Pak Mubiar, semoga
pemikiran Bapak selalu melekat pada orang-orang yang pernah berinteraksi dengan
Bapak baik langsung maupun tidak langsung …
0 komentar:
Post a Comment