Oktober ini saya nampaknya bakal 5 kali ke Jakarta. Yang sudah baru dua kali tepatnya tanggal 1 oktober pas nikahan Hakiki, teman SMA, dan 5 Oktober pas Forum Group Duscussion (FGD) IoT Mastel. Selasa besok (17 Oktober) saya kemungkinan akan ke Jakarta kembali untuk ikut serta seminar IoT perwakilan dari tim kajian Mastel, disusul dengan tanggal 23 Oktober untuk presentasi penelitian di IPTEKIN LIPI. Jadwal terakhir ke Jakarta kemungkinan di tanggal 28 Oktober dengan menghadiri nikahan Tomy, teman seangkatan Matematika. Di samping agenda ke Jakarta, agenda lain yang baru saja selesai 10-13 Oktober lalu saat presentasi hasil penelitian awal dengan tim SBM di Kuala Lumpur tepatnya di International Conference on Human Capital and Knowledge Management (IC-HCKM).
Selain agenda di beberapa tempat di luar Bandung, kegiatan di Bandung tetap begitu padat. Saya harus mempersiapkan banyak hal untuk agenda-agenda tadi juga agenda kerjaaan lain seperti halnya proses finishing sistem info publik ITB, pembuatan paper untuk publikasi jurnal internasional dengan tim SBM, buku hasil kajian Tim Mastel yang akan rilis awal Desember, dan juga proses pembuatan buku terkait startup yang sudah saya mulai beberapa bulan lalu. Praktis ini akan menyedot waktu sekali. Saya hampir tidak punya waktu yang benar-benar kosong. Namanya juga projek, proses kontrolnya ya di bagaimana selesainya, jadi saya harus bisa atur-atur waktu.
Novel
Pekerjaan yang padat itu sesekali munculkan kemalasan yang amat diakibatkan perasaan stres. Perasaaan ini muncul saat diri ingin segera selesaikan kerjaan tapi apa daya diri tidak bisa. Upaya pemaksaan diri untuk bekerja itulah yang munculkan perasaan stres. Wujudnya bisa macam-macam yang dalam pengalaman saya ini negatif. Saya tidak akan cerita di sini nanti jadi demotivasi. Keadaan stres ini jelas setiap orang ingin menjauhi, terkadang juga sulit. Jika saat stres melakukan tindakan negatif, tindakan ini akan terpikir di saat diri ingin melakukan lebih baik. Ada perasaan guilty feeling atau menyesal entah karena rugi materi atau moriil. Nah, ada satu teori yang mengatakan untuk tidak stres pergi ke kafe dan ngopi di sana. Teori ini tidak guna bagi saya, tetap saja stres ya stres. Hari ini saya dapatkan rumusan baru : Baca Novel !
Ini adalah kesenangan saya dulu biarpun novel-novel yang saya baca terkesan biasa saja, tapi saya nikmat dengan membaca. Imajinasi saya mengarah ke hal-hal idealisasi yang dibuat oleh penulis novel dan itu positif bagi kepedean saya, hi hi. Saya sedang memulai membaca novel "Golak Ganesha" yang menceritakan kondisi ITB pada 1970an ketika kampus sedang diduduki tentara. Moga novel ini bisa menemani masa-masa sibuk bulan Oktober.
0 komentar:
Post a Comment