Secara kebetulan dalam obrolan santai dengan teman2 MA09 di kawasan Sarinah tadi, kami membahas fenomena baru yang sekarang kita hadapi. Berawal dari ngobrol seputar valuasi market yg menjadi sebab top 3 apps di Indonesia : Gojek, Traveloka, Tokopedia mendapat gelontoran data sekian Trilyun dari investor asing. Juga obrolan terkait mengapa Pemerintah tidak investasi ke 3 perusahaan tersebut serta statement Ridwan Kamil terkait kendaraan online.
Biarpun terkesan random, obrolan ini jelas tidak sembarangan. Tadi juga diceritakan teman yang studi di bidang sekuriti terkait standardisasi ISO juga pelaku e-commerce terkait data. Kita saat ini berada di kondisi di mana ICT menjadi tumpuan ekonomi. Google dan Facebook menjadi perusahaan top dunia adalah bukti bahwa industri di bidang IT tidak main-main luar biasa besar pengaruhnya.
Regulasi dan Teknologi
Tadi ditanyakan teman, mengapa Pemerintah tidak turut campur dalam 'bisnis' di dunia IT ini. Umumnya Pemerintah sulit mengimbangi pertumbuhan teknologi yang luar biasa cepat. Regulasi yang dibuat bisa jadi tidak relevan dengan keadaan sehingga out of date. Sifat regulasi juga seringkali juga berimbas pada pembatasan Industri dalam negeri untuk tumbuh biarpun niatnya adalah sebaliknya. Apa peran negara terhadap semakin dinamisnya perkembangan teknologi informasi? Bukannya mekanisme pasar cukup ? Dunia cenderung menjadi one world karena teknologi informasi, betulkah? Itu adalah beberapa pertanyaan yang pada akhirnya muncul.
Indonesia potensi marketnya besar dimana itu tidak dibarengi dengan kemampuan produksi. Turut serta berperan dalam kontestasi perkembangan teknologi IT adalah pilihan. Tapi di zaman dengan dinamika yang amat cepat, dibutuhkan kolaborasi lintas disiplin dan pastinya stakeholders. Ini harus di-create tidak bisa diserahkan pada mekanisme pasar. Dengan menyadari hal ini mindset kita perlu diubah, dari semangat pengen menang sendiri menjadi berbagi. Makanya sering kita mendengar istilah seperti sharing economy.
0 komentar:
Post a Comment