Mendung sore ini sangat pas untuk nongkrong. Dan Los Tjihapit adalah tempat yang cocok untuk itu. Kedai ini letaknya di dalam pasar Cihapit. Ada yang tidak biasa dari kedai ini karena tak hanya kopi dan teh tubruk yang dapat kita nikmati di sini melainkan juga obrolan orang-orang dengan latar belakang yang berbeda dan juga petikan gitar klasik. Juga pemandangan orang bermain catur dan tentu juga orang-orang berjualan di pasar.
Saya yang mungkin cenderung introvert memandang suasana sore ini jelas sangat berbeda. Mulut saya coba turut menyaut di irama petikan gitar yang dimainkan Bapak yang mungkin usianya lebih dari setengah abad. Beberapa lagu yang dimainkan saya kenal tapi kebanyakan tidak. Ini mungkin karena kamus musik saya tidak banyak. Sementara itu, tepat di sisi kanan saya duduk, teman sedang kerjakan tugas yang deadline-nya besok. Ada satu Bapak sambil aktif bermain hape menghisap rokok yang nampaknya tidak juga berhenti dari tadi.
Kedai sebagai komunitas
Sifat kedai ini sangat kekeluargaan. Saya kenal kedai ini setelah diajak temen kemudian dimasukkan dalam grup WhatsApp. Ternyata di grup tersebut banyak pegiat budaya, film, musik, buku, kota, dan sebagainya. Kedai ini semacam hub bagi orang-orang dengan latar belakang kesukaan berkumpul. Makanya di kedai ini seringkali diadakan diskusi atau nonton film bareng. Satu diskusi yang pernah saya ikuti di sini yakni terkait hoax di medsos yang dibawakan Dina Sulaiman.
Bagi orang yang terlalu sibuk dengan kerjaan dan cukup ansos seperti saya mungkin sekali-kali bisa berkunjung di kedai ini. Mungkin diawali dengan menyeruput kopi/teh dulu baru kemudian merasakan sisi komunitas dari kedai ini. Hari semakin sore menjelang maghrib dan gitar tetap berlanjut dipetik, saya coba sudahi tulisan ini sembari fokus nikmati alunan petikan gitar.
0 komentar:
Post a Comment