Tuesday, December 19, 2017

Tanpa Ucapan Selamat Ulang Tahun

Tanpa ucapan selamat ulang tahun, tanpa tiupan lilin, atau lainnya, saya memulai hari di hari ulang tahun dengan bangun lebih pagi dari sebelumnya tapi sudah terlewat azan subuh. Betapa sulitnya bangun subuh bagi saya. Saat itu kondisi saya tidak sedang fit, ada sesuatu yang menganggu tenggorokan dan rongga hidung saya. Habis sholat, saya kembali tidur sampai saya dibangunkan oleh gerimis dan sinar matahari. Pecel pical Padang sebagai sarapan saya pagi itu kemudian dilanjutkan dengan menyeduh teh manis hangat di warung Medan tak jauh dari lokasi sarapan. Kindle hitam mengiringi seruputan teh pagi itu, aku membuka buku Technological State in Indonesia buatan senior yang bekerja di Singapura.

**

Aku tetap melakukan langkah yang tolol di selang usia 26 tahun. Aku bahkan melogiskan hal yang tidak logis dan sering kali berfikir mengawang di atas langit. Hal itu membuat kegalauan seringkali muncul tanpa diundang, di mana diri terhanyut ke dalamnya. Kompleksitas hidup membuat diri sukar mencari benang merah dan kemudian meragukan pegangan. Usia 26 adalah pertarungan antara prinsip dan realitas, antara pegangan dan hasrat.

Aku merindukan sosok dan suasana yang bisa diajak berdialog dan berkontempelasi namun itu tak kunjung tiba karena diri sungkan untuk menjemput takdir. Kesendirian yang menjadi pilihan seorang periset seringkali dijadikan kambing hitam untuk mengatakan bahwa itu bukan dunia yang ideal. Hidup di alam pemikiran merasuk dalam pola hubungan dengan sesama manusia, akibatnya diri terlalu sering fokus pada persoalan, bukan pada solusi.

**

Tertulis di candela kamar tepat di depan meja kerjaku di kosan target-target fisikal di tahun 2018, di usiaku ke-27. Saya kira itu tidaklah menarik jika ditulis di sini. Kunci dari semua targetku yaitu satu “Percaya Diri” sebagai seorang lelaki. Membangun kepercayaan diri aku kira tidak mudah, butuh alasan mendasar “Mengapa aku harus Percaya Diri ?”. Jawabannya adalah masalah prinsip dan prinsip itu sifatnya adalah non-fisikal. Semakin tua, aku harus mampu menjadi pribadi yang percaya bahwa aku adalah seorang manusia hidup yang diberi pikiran dan hati. Aku harus membuang jauh rasa takut ditolak, dikacangin, atau bahkan disingkirkan selama aku berpijak pada kebenaran dan cita-cita.

**

Terima kasih Allah SWT yang masih memberi kesempatan pada saya untuk hidup. Aku berniat di usia yang baru ini untuk memperkuat pegangan sehingga tidak terombang-ambing oleh gebyarnya dunia.

Bandung, 19 Desember 2017

0 komentar: