Saya menyesal untuk menunda bertemu dengan beliau secara langsung dan kini beliau telah tiada. Karena beliau menulis, penyesalahan saya sedikit terobati karena dari tulisan-tulisannya saya lebih mengenal sosok beliau lebih dalam. Jasadnya memang telah berpulang, namun jiwanya akan tetap ada bagi mereka yang membaca karya-karyanya.
**
Tidak banyak bagi seorang birokrat yang tetap kritis di saat jabatan tak lagi diembannya. Satu dari sedikit ini yaitu Daoed Joesoef. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di era Orde Baru ini tetap tajam pada realitas dan juga kebijakan yang tengah dibuat Pemerintah. Ketajaman tulisannya terlihat pada pemilahan kata di setiap baris dengan tidak basa-basi (dan berlebihan) dalam mengadopsi konsep/teori tertentu namun eksplorasi realitasnya disajikan secara lengkap. Kalaupun mengadopsi konsepsi tertentu, Ia akan mengekstraknya sehingga sangat seirama dengan realitas yang coba disoroti. Jika kita lihat model tulisan beliau di KOMPAS, gaya tulisannya akan terlihat sangat filosofis. Jorga Ibrahim (dosen emiretus di Astronomi ITB yang juga sesama mantan mahasiswa di Sorbonne) dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa Daoed dikenal tajam dalam gagasannya, sejak kuliah di Sorbonne Perancis dulu.
Kalangan pendidikan khususnya Perguruan Tinggi mengenal gagasan Daoed saat menjabat Mendikbud dengan NKK/BKK-nya. Pro kontra banyak terjadi. Sebagai mantan aktivis mahasiswa, umumnya kami memandang negatif gagasan tersebut karena bagi kami akan menjadikan mahasiswa tidak faham realitas, menjadi menara gading. Namun, puluhan tahun pasca tak lagi menjadi birokrat di Pemerintahan, beliau menuliskan berbagai opini terkait pendidikan yang umumnya menyoroti realitas pendidikan hari ini dan menyodorkan konsepsi pendidikan holistik. Selain pendidikan, ada juga masalah pembangunan di mana beliau soroti pembangunan yang lebih fokus pada areal fisik, tidak menyentuh aspek jiwa/mental sebuah bangsa. Bahkan beliau juga dengan tegas menyoroti paradigma lama ilmu ekonomi yang baginya tidak sesuai dengan konteks ada di masa kini. Tak hanya opini, Ia juga menulis buku berjudul "Studi Strategi : Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional". Juga saya kira ada buku lain yang beliau tulis.
Ada dosen yang mengatakan bahwa kritisnya Daoed pasca tidak lagi menjadi birokrat adalah bukti "taubat"-nya sebagai mantan Menteri di zaman Orba yang menggulirkan kebijakan yang justru membelenggu kebebasan akademik di sebuah Perguruan Tinggi. Saya tidak akan menanggapi pendapat tersebut, namun satu hal yang jarang dimiliki oleh pemikir di Republik ini adalah konsistensi dalam mereproduksi gagasan melalui tulisan dan ini dimiliki oleh seorang Daoed. Di usia yang semakin senja, Ia tetap konsisten. Sebagai seorang yang terpaut puluhan tahun dengan beliau, saya seolah tertampar ketika melihat tulisan beliau di kolom opini salah satu media massa nasional. Dalam hati saya, betapa buruknya saya jika hanya meratapi nasib padahal jiwa dan raga saya masih muda sementara beliau yang sudah renta tetap memiliki spirit muda : kritis dan optimis untuk menyongsong perubahan yang lebih baik. Maka, di saat kondisi pikiran yang kalut kemudian membaca tulisan Daoed membuat spirit yang tenggelam menjadi muncul kembali.
**
Selamat jalan Pak Daoed, dedikasi intelektualmu pada bangsa ini moga mampu kami, anak-anak muda, teruskan. Sekali lagi selamat jalan, moga Tuhan yang maha Esa menerima amal baikmu.
*) gambar diambil dari www.pmbs.ac.id
0 komentar:
Post a Comment