Pesawat Terbang Tanpa Awak (UAV), lebih dikenal dengan drone – digunakan secara komersial sejak awal 1980an. Saat ini, penggunaan drone secara praktis berkembang lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya dalam berbagai industri. Menyikapi perkembangan teknologi yang cepat, perusahaan membuat bisnis baru dan mengoperasikan model untuk UAV.
Nilai total dari solusi yang
didukung oleh drone dalam industri signifikan – lebih dari 127 milyar dollar,
berdasarkan analisis PwC saat ini. Di antara yang paling menjanjikan adalah
pertanian. Dengan populasi dunia yang diproyeksikan mencapai 9 milyar orang
pada 2050, para ahli memprediksi konsumsi pertanian meningkat hingga sekitar 70
persen pada periode waktu yang sama. Sebagai tambahan, cuaca ekstrem sedang
naik, menciptakan hambatan tambahan untuk produktivitas.
Para produsen sektor pertanian
harus mengadopsi strategi-strategi revolusioner untuk memproduksi makanan,
meningkatan produktivitas, dan membuat keberlanjutan suatu prioritas. Drone
adalah bagian dari solusi, bersama dengan kolaborasi yang dekat antara
pemerintah, pemimpin teknologi, dan industri.
Enam Opsi Drone untuk Pertanian
Teknologi drone akan memberikan
industri pertanian suatu perubahan radikal dengan teknologi tinggi, melalui
perencanaan dan strategi yang didasarkan pada pengumpulan dan pemrosesan data
secara real-time. PwC mengestimasi
market untuk solusi berdasarkan drone mencapai 32.4 milyar dollar. Berikut adalah
enam cara drone (aerial dan ground-based) digunakan dalam tanaman :
1. Analisis
tanah dan sawah. Drone dapat menjadi instrumen permulaan siklus tanaman. Drone dapat
hasilkan peta presisi 3-D untuk analisis tanah awal, berguna dalam merencanakan
pola penanaman bibit. Setelah menanam, analisis tanah dari drone menyediakan
data untuk irigasi dan manajemen tingkat nitrogen.
2. Penanaman.
Startup telah membuat sistem penanaman dengan drone yang mencapai tingkat
serapan 75 persen dan menurunkan biaya tanam hingga 85 persen. Melalui sistem
ini, bibit dan nutrisi tanaman dapat dengan mudah diberikan ke dalam tanah,
menyediakan tanaman semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup.
3. Penyemprotan
tanaman. Peralatan yang mengukur jarak – dengan metode gema ultrasonic dan laser
seperti yang digunakan dalam deteksi cahaya dan pengukuran jarak, atau LiDAR –
memungkinkan suatu drone menyesuaikan ketinggian sebagai perbedaan topografi
dan geografi, dan kemudian mencegah tabrakan. Konsekuensinya, drone dapat men-scan tanah dan menyemprotkan cairan yang
tepat, mengatur jarak dari tanah dan menyemprotkan secara real time. Hasilnya, efisiensi ditingkatkan dengan suatu reduksi dari
sejumlah penetrasi kimia ke dalam air tanah. Sebagai fakta, para ahli
mengestimasi bahwa penyemprotan udara lima kali lebih cepat dilakukan dengan
drone dari pada mesin tradisional.
4. Monitoring
tanaman. Lahan yang luas dan efisiensi yang rendah dalam monitoring tanaman
mencipatakan masalah terbesar dalam pertanian. Tantangan monitoring diperparah
oleh meningkatnya kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi, mendorong risiko
dan biaya pengawasan lahan. Sebelumnya, citra satelit menawarkan bentuk paling
canggih untuk monitoring. Namun terdapat kekurangan-kekurangan. Citra harus diorder
terlebih dahulu dan dapat diambil hanya sekali dalam sehari, dan tidak presisi.
Lebih jauh lagi, jasa ini sangat mahal dan kualitas gambar secara khusus
didapatkan pada hari-hari tertentu saja. Sekarang, animasi time-series dapat menunjukkan pengembangan yang presisi dari suatu
tanaman dan ketidakefisienan produksi, menjadikan manajemen tanaman yang lebih
baik.
5. Irigasi.
drone dengan sensor hyperspectral, multispectral, atau termal dapat
mengidentifikasi bagian-bagian dari suatu lahan basah atau membutuhkan
perbaikan. Sebagai tambahan, ketika tanaman tumbuh, drone mengikuti kalkulasi
dari indeks vegetasi, yang menggambarkan densitas relatif dan kesehatan
tanaman, dan menggambarkan tanda panas, jumlah energi atau panas tanaman
mengeluarkan emisi.
6. Penilaian
kesehatan tanaman. Penting untuk menilai kesehatan tanaman dan menempatkan
bakteri atau infeksi jamur pada tanaman. Dengan men-scan tanaman menggunakan baik cahaya biasa maupun inframerah, drone
dapat mengidentifikasi bagian tanaman mana yang menunjukkan jumlah yang berbeda
dari cahaya hijau dan cahaya NIR. Informasi ini dapat memproduksi gambar multispectral
yang melacak perubahan dalam tanaman dan mengidikasikan kesehatannya. Respon
yang cepat dapat menghemat seluruh kebun. Lebih lanjut, segera setelah penyakit
ditemukan, para petani dapat menjalankan dan memonitor pengobatan lebih
presisi. Dua kemungkinan ini meningkatkan kemampuan tanaman untuk mencegah
penyakit. Dan di kasus kegagalan tanaman ini, petani akan mampu
mendokumentasikan kerugian lebih efisien untuk klaim asuransi.
Kedepan, UAV
mungkin akan mencakup iring-iringan, atau gerombolan dari drone otonom yang
dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan secara kolektif, maupun aktor-aktor
drone aerial-ground yang dapat
mengumpulkan data dan melakukan berbagai variasi dari pekerjaan.
Sitasi : Mazur, Michal. (2016). Six Ways Drones Are
Revolutionizing Agriculture, PWC July 20, 2016 https://www.technologyreview.com/s/601935/six-ways-drones-are-revolutionizing-agriculture/
0 komentar:
Post a Comment