Drone merupakan pesawat terbang yang secara unik didesain untuk berperasi tanpa seorang pilot dengan sistem platform atau sistem komputer jarak jauh. Drone bukanlah konsep yang sama sekali baru, karena drone telah menjadi tren dalam desain dan penggunaannya sejak Perang Dunia I. Sejak tahun 1930an, desain drone telah dikembangkan dalam bentuk, ukuran, dan dengan tujuan yang berbeda-beda. Meskipun drone utamanya dikembangkan untuk tujuan militer, perubahan tren teknologi, produk yang secara relatif tidak mahal, dan kemudahan lisensi, menjadikan penggunaan drone berkembang untuk masyarakat sipil.
Sejarah penggunaan drone
Di tahun 1935, pakar teknologi
kembangkan kendaraan yang dioperasikan secara jauh untuk pertama kalinya (RPV)
untuk merespon kehilangan populasi yang signifikan dan tingginya kerusakan yang
terjadi selama misi terpur di Perang Dunia I. RPV pertama menunjukkan potensi
yang besar dalam aplikasi militer yang sangat beragam. Kemudian para teknolog
pesawat militer kembali kembangkan RPV di Perang Dunia II. Untuk mencegah hilangnya
nyawa selama misi serangan terhadap musuh, RPV didesain dengan senjata
anti-pesawat. Setelah Perang Dunia II, perusahaan swasta mengambil alih
pengembangan teknologi drone dan menciptakan model pesawat yang dapat dikontrol
jauh. Meskipun model baru dari cukup tidak canggih, militer AS menggunkan
pesawat remote control ini dalam misi taktik dalam Perang Vietnam.
Di tahun 1959, tentara Amerika
merencanakan penerbangan tanpa awak pertama di wilayah musuh. Setelah beberapa
misi di Uni Soviet selama 1960an, program UAV yang sangat rahasia dikembangkan.
Kemudian Amerika secara rutin menyebarkan UAV untuk misi tempur selama perang
Vietnam. Sekitar 3434 misi UAV diterbangkan selama perang Vietnam. Sementara
mayoritas misi ini sukses, militer mengalami kehilangan terbesar dengan
rusaknya 554 UAV. Meskipun kehilangan UAV tersebut signifikan, pimpinan militer
manyatakan bahwa penggunaan drone ini positif karena dapat mencegah hilangnya korban
jiwa. Setelah dari Perang Vietnam ini, partisipasi Amerika dalam pengembangan
drone lambat. Sampai, selama tahun 1960an dan 1970an Amerika berpartisipasi
dalam sekitar 34.000 penerbangan pengawasan menggunakan AQM-34 Ryan Firebee.
Selain penggunannya di Vietnam, Amerika juga menggunakan UAV untuk misi di
China sepanjang 1970an.
Di tahun 1973, Israel dianggap berperan
utama dalam pengembangan teknologi drone dengan mengenalkan UAV modern pertama.
Israel mempelopori penggunanan UAV untuk pengawasan “real-time, perang dan
perangkap elektronik” dengan pengembangan tipe drone predator dan scout. Memperkerjakan
drone predator yang dikembangkan sekarang, Israel memusnahkan pertahanan udara
Syiria di perang Yom Kippur dan secara serentak mendorong kepentingan global
dalam pengembangan teknologi drone.
Selama tahun 1980an dan 1990an,
Amerika memperbarui kepentingannya dalam teknologi drone. Di waktu tersebut,
drone mulai matang, miniature, dan berkembang dalam berbagai aplikasi
potensial. Evolusi dari drone predator dan scout menuju aplikasi baru untuk
drone terkait kepentingan militer. Mengenali potensi teknologi drone yang
meluas, Departemen Pertahanan Amerika (DOD) menganggarkan lebih dari 3 juta
dollar untuk riset UAV selama 1990an. Dengan investasi ini, DOD mengharapkan
pembuatan drone untuk pengawasan yang efisien, imaging, dan serangan udara.
Selama konflik Kosovo di tahun 1999, penggunaan militer dengan UAV berkembang. Lebih
dari satu lusin drone tanpa henti digunakan untuk operasi pengawasan. Mengikuti
konflik Kosovo, penggunaan drone AS meningkat pesat. Sebagai bagian perang dan terror
Amerika, drone menjadi alat umum untuk pengintaian, serangan jarak jauh, dan
targeting di Iran, Afganistan, dan Pakistan.
Pengembangan Teknologi Drone
UAV saat ini secara luas dikenal
sebagai alat militer yang efisien dan terjangkau karena kesuksesannya di perang
Vietnam, Yom Kippur, dan perang atas terror. Dengan kesuksesannya dalam
militer, para pengembang teknologi drone fokus pada peluasan kemampuan drone
untuk digunkan dalam berbagai fungsi. Konsekuensinya, UAV sekarang digunakan
dalam berbagai ukuran, mulai dari sangat kecil nano drone sampai ukuran besar
yang masing-masingnya berarti untuk tujuan spesifik, seperti pengintaian atau
pengawasan. Teknologi drone berkembang dalam berbagai tujuan area yang berbeda
yang mencakup penginderaan jauh, pengawasan udara, transportasi, riset ilmiah,
persenjataan, dan search and rescue. Banyaknya kemampuan drone mendorong
ketertarikan dalam penggunaan drone secara domestik.
1. Penginderaan
jauh (remote sensing)
Penginderaan
jauh menjadi fokus utama dalam pengembangan teknologi drone karena digunakan
baik untuk kepentingan militer atau sipil. Sensor jauh dapat mendeteksi
faktor-faktor biologis, kimia, dan fisik tertentu dalam suatu wilayah spesifik
dari jarak yang sangat jauh. Tipe yang spesifik dari remote sensor ini mencakup
sensor spectrum elektromagnetik, sensor gamma ray, sensor biologis, dan sensor
kimia. Menggunakan satu dan beragai
metode dari deteksi penyensoran, drone penginderaan jauh dapat melihat
perubahan cahaya dalam spectrum visual, mengambil gambar menggunakan infrared
atau kamera dekat infrared, mengidentifikasi mikroorganisme terbang dan
faktor-faktor biologis, dan mendeteksi perubahan kimia atmosfer.
2. Pengawasan
Udara dan Transportasi
Pengawasa udara
merupakan fungsi penting dari drone baik untuk operasi militer maupun sipil.
Oleh karena itu, pengembangan teknologi pengawasan udara adalah fokus utama. Fitur
pengawasan drone mencakup teknologi seperti deteksi objek otomatis, GPS
surveillance. Kamera gigapixel, dan resolusi yang tingkatkan kualitas gambar.
Berkat keefektifan harga yang relatif, drone untuk pengawasan udara secara
cepat menjadi alat yang paling efisien untuk memantau pergerakan ternak,
pemetaan habitat hewan liar, menjaga kemanan properti, patrol jalan, dan
memberantas pembajakan, dan lainnya. Drone pengawasan udara juga secara umum
dapat mengantarkan objek. Konfigurasi dan ukuran drone ini menentukan ukuran
objek yang dapat diantar. Banyak model drone membolehkan transportasi
objek-objek menyertakan item dalam ruangan kecil di drone, membawa suatu objek
untuk kerangka, atau melewati suatu lampiran eksternal dari pod aerodinamik.
3. Senjata
Drone awal
mulanya mencakup untuk menyediakan alat militer yang murah yang mengizinkan
eliminasi yang mudah dari target militer tanpa menghilangkan nyawa. Pengembangan
persenjataan mampu menjangkau tujuan ini menjadi suatu fokus krusial. Drone
persenjataan militer yang paling dikenal adalah MQ-1 Predatpr. Drone ini
dilengkapi dengan missile baik untuk misi aerial atau ground-based. Membangun pada
aplikasi yang sukses dari penggunaan misil dengan model MQ-1 Predator, para pengembang
teknologi ini telah kembangkan senjata drone untuk pertempuran jarak dekat
sebagai senjata, sel pemegang gas air mata, peluru karet, dan laser. Drone
dilengkapi dengan senjata pertempuran jarak dekat mengizinkan pengendalian
massa, pencegahan kerusuhan, dan keamanan. Drone senjata merupakan alat militer
yang sidukai untuk operasi antar negara, karena banyak modifikasi persenjataan
yang dapat diperkerjakan. Dalam hanya sepuluh tahun, Pentagon menaikkan armada
kapal dari drone militer dari kurang dari 50 menjadi 7000.
4. Search and Rescue (SAR)
UAV saat ini
menjadi alat yang popular untuk operasi pencarian dan penyelamatan (SAR),
karena UAV dapat dilengkap dengan sensor optic, kamera infra merah, radar
bukaan sintetik, sensor cuaca, kamera, radar laser (LADAR), pembaca
piringan/pelat, dan perangkat GPS. UAV secara unik dapat mempenetrasi
wilayah-wilayah yang terlalu bahaya untuk pesawat berpilot atau dilewati orang.
Atas alasan ini, UAV ideal untuk operasi SAR seperti di lautan, badai yang
sangat ekstrim, dan di hutan
belatara/gurun.
Penggunanan Drone Domestik
Banyak utilitas dan biaya yang
rendah dari drone yang menyebabkan Pemerintah federal, negaram dan departemen
lokal menyatakan ketertarikannya dalam menggunakan drone lokal. Dalam enam
tahun lalu, DHS menghabiskan 250 juta dollar membeli 10 surveillance Predator
secara spesifik dilengkapi dengan kamera video, kamera infra merah, sensor, dan
radar. Drone ini akan dugunakan untuk operasi patrol di perbatasan Amerika dan
untuk untuk mencegah penyelundupan internasional.
Badan lain yang mengikuti DHS
yang membeli drone untuk operasi agensi. FBI, DOD, Immigrations and Customs
Enforcement (ICE) dan United States Secret Service, dan EPA semua mengenalkan
proposal untuk drone untuk diintegrasikan ke dalam operasi keagenan.
Banyak departemen negara dan kantor
penegakan hukum lokal juga membeli atau membiayai drone untuk berbagai
keperluan. Sebagai contoh, departemen negara bagian di Virginia dan Florida
menunjukkan ketertarikan dalam membeli drone kecil untuk misi pengawasan.
Sebagai tambahan, kantor penegakan hukum lokal di Montgomery, Texas, Seatlle,
Washington, dan Gadsden, Alabama, telah mengimplementasikan drone dalam berbagai
macam operasi. Meskipun mayoritas departemen kepolisian berniat untuk
menggunakan drone untuk misi pengawasan dan pengintaian saja, satu departemen
kepolisian di North Dakota telah menaikkan bar dengan menggunakan drone untuk membantu
penangkapan. Sebagai tambahan, beberapa departemen polisi menujukkan
ketertarikan untuk menggunakan drone untuk operasi SAR dan pemetaan kemacetan.
Drone pastinya opsi yang terjangkau untuk departemen ini karena drone lebih
murah, lebih mudah untuk dibeli dan mudah untuk dirawat dari ada helicopter
yang biasa digunakan.
Penggunaan drone domestik tidak
dibatasi untuk ruang publik semata. Banyak peusahaan swasta telah gunakan atau
menunjukkan ketertarikannya dalam menggunakan drone untuk keamanan, pencegahan
kerugian, dan tujuan lainnya. Sebagai contoh, Google akhir-akhir ini
menggunakan drone untuk mendapatkan data peta, membangun database GPS, dan
kembangkan peta jalan internet-based. Berbagai media juga mencoba menggunakan drone
untuk mengumpulkan informasi pribadi, gambar video, dan gambar untuk
selebritis. Lembaga detektif pribadi, lawyer, bail bondsman, perusahaan
asuransi, dan kelompok media seperti National Geographic, mengklaim turut
mengembangkan teknologi drone yang terjangkau. Ini berkat kapabilitas
peningkatan gambar, opsi pengawasan yang terjangkau, pelacakan GPS, dan
targeting drone, yang akkan mengikuti pengumpulan informasi yang bermanfaat
untuk perdagangan ini dalam suatu jalan yang relatif tidak menarik perhatian.
Namun saat ini, penggunaan drone domestik
dilihat tidak bertalian karena teknologi yang cukup tidak familiar dan tidak
biasa digunakan, penggunaan drone domestik diperkirakan secara drastic meningkat
di beberapa tahun mendatang. Industri drone merupakan industri 6 milyar dolar
dan diprediksi meningkat dua kali lipat di 10 tahun mendatang. Di februari
2012, Congress mengesahkan FAA Modernization and Reform Act, yang secara
spesifik memanggil untuk percepatan dan integrasi drone di ruang udara Amerika
pada 2015. Sebagai hasil inisiasi FAA dibawah Act dan dorongan utama dari
lembaga federal dan negate untuk menggunakan drone secara domestic, FAA
diprediksi mendekati 30.000 lisensi untuk operasi drone domestic pada 2020.
Sumber : Schlag, Chirs. The New Privacy Battle : How the Expanding Use of Drone Continues to
Erode Our Concept of Privacy and Privacy Rights, Journal of Technology Law
& Policy, Volume XIII-Spring 2013 (open-access)
0 komentar:
Post a Comment