Sunday, April 22, 2018

Drone Merambah untuk Keperluan Domestik


Drone merupakan pesawat terbang  yang secara unik didesain untuk berperasi tanpa seorang pilot dengan sistem platform atau sistem komputer jarak jauh. Drone bukanlah konsep yang sama sekali baru, karena drone telah menjadi tren dalam desain dan penggunaannya sejak Perang Dunia I. Sejak tahun 1930an, desain drone telah dikembangkan dalam bentuk, ukuran, dan dengan tujuan yang berbeda-beda. Meskipun drone utamanya dikembangkan untuk tujuan militer, perubahan tren teknologi, produk yang secara relatif tidak mahal, dan kemudahan lisensi, menjadikan penggunaan drone berkembang untuk masyarakat sipil.

Sejarah penggunaan drone

Di tahun 1935, pakar teknologi kembangkan kendaraan yang dioperasikan secara jauh untuk pertama kalinya (RPV) untuk merespon kehilangan populasi yang signifikan dan tingginya kerusakan yang terjadi selama misi terpur di Perang Dunia I. RPV pertama menunjukkan potensi yang besar dalam aplikasi militer yang sangat beragam. Kemudian para teknolog pesawat militer kembali kembangkan RPV di Perang Dunia II. Untuk mencegah hilangnya nyawa selama misi serangan terhadap musuh, RPV didesain dengan senjata anti-pesawat. Setelah Perang Dunia II, perusahaan swasta mengambil alih pengembangan teknologi drone dan menciptakan model pesawat yang dapat dikontrol jauh. Meskipun model baru dari cukup tidak canggih, militer AS menggunkan pesawat remote control ini dalam misi taktik dalam Perang Vietnam. 

Di tahun 1959, tentara Amerika merencanakan penerbangan tanpa awak pertama di wilayah musuh. Setelah beberapa misi di Uni Soviet selama 1960an, program UAV yang sangat rahasia dikembangkan. Kemudian Amerika secara rutin menyebarkan UAV untuk misi tempur selama perang Vietnam. Sekitar 3434 misi UAV diterbangkan selama perang Vietnam. Sementara mayoritas misi ini sukses, militer mengalami kehilangan terbesar dengan rusaknya 554 UAV. Meskipun kehilangan UAV tersebut signifikan, pimpinan militer manyatakan bahwa penggunaan drone ini positif karena dapat mencegah hilangnya korban jiwa. Setelah dari Perang Vietnam ini, partisipasi Amerika dalam pengembangan drone lambat. Sampai, selama tahun 1960an dan 1970an Amerika berpartisipasi dalam sekitar 34.000 penerbangan pengawasan menggunakan AQM-34 Ryan Firebee. Selain penggunannya di Vietnam, Amerika juga menggunakan UAV untuk misi di China sepanjang 1970an.
Di tahun 1973, Israel dianggap berperan utama dalam pengembangan teknologi drone dengan mengenalkan UAV modern pertama. Israel mempelopori penggunanan UAV untuk pengawasan “real-time, perang dan perangkap elektronik” dengan pengembangan tipe drone predator dan scout. Memperkerjakan drone predator yang dikembangkan sekarang, Israel memusnahkan pertahanan udara Syiria di perang Yom Kippur dan secara serentak mendorong kepentingan global dalam pengembangan teknologi drone.

Selama tahun 1980an dan 1990an, Amerika memperbarui kepentingannya dalam teknologi drone. Di waktu tersebut, drone mulai matang, miniature, dan berkembang dalam berbagai aplikasi potensial. Evolusi dari drone predator dan scout menuju aplikasi baru untuk drone terkait kepentingan militer. Mengenali potensi teknologi drone yang meluas, Departemen Pertahanan Amerika (DOD) menganggarkan lebih dari 3 juta dollar untuk riset UAV selama 1990an. Dengan investasi ini, DOD mengharapkan pembuatan drone untuk pengawasan yang efisien, imaging, dan serangan udara. Selama konflik Kosovo di tahun 1999, penggunaan militer dengan UAV berkembang. Lebih dari satu lusin drone tanpa henti digunakan untuk operasi pengawasan. Mengikuti konflik Kosovo, penggunaan drone AS meningkat pesat. Sebagai bagian perang dan terror Amerika, drone menjadi alat umum untuk pengintaian, serangan jarak jauh, dan targeting di Iran, Afganistan, dan Pakistan.

Pengembangan Teknologi Drone

UAV saat ini secara luas dikenal sebagai alat militer yang efisien dan terjangkau karena kesuksesannya di perang Vietnam, Yom Kippur, dan perang atas terror. Dengan kesuksesannya dalam militer, para pengembang teknologi drone fokus pada peluasan kemampuan drone untuk digunkan dalam berbagai fungsi. Konsekuensinya, UAV sekarang digunakan dalam berbagai ukuran, mulai dari sangat kecil nano drone sampai ukuran besar yang masing-masingnya berarti untuk tujuan spesifik, seperti pengintaian atau pengawasan. Teknologi drone berkembang dalam berbagai tujuan area yang berbeda yang mencakup penginderaan jauh, pengawasan udara, transportasi, riset ilmiah, persenjataan, dan search and rescue. Banyaknya kemampuan drone mendorong ketertarikan dalam penggunaan drone secara domestik.

1.       Penginderaan jauh (remote sensing)

Penginderaan jauh menjadi fokus utama dalam pengembangan teknologi drone karena digunakan baik untuk kepentingan militer atau sipil. Sensor jauh dapat mendeteksi faktor-faktor biologis, kimia, dan fisik tertentu dalam suatu wilayah spesifik dari jarak yang sangat jauh. Tipe yang spesifik dari remote sensor ini mencakup sensor spectrum elektromagnetik, sensor gamma ray, sensor biologis, dan sensor kimia. Menggunakan satu dan beragai  metode dari deteksi penyensoran, drone penginderaan jauh dapat melihat perubahan cahaya dalam spectrum visual, mengambil gambar menggunakan infrared atau kamera dekat infrared, mengidentifikasi mikroorganisme terbang dan faktor-faktor biologis, dan mendeteksi perubahan kimia atmosfer.

2.       Pengawasan Udara dan Transportasi
Pengawasa udara merupakan fungsi penting dari drone baik untuk operasi militer maupun sipil. Oleh karena itu, pengembangan teknologi pengawasan udara adalah fokus utama. Fitur pengawasan drone mencakup teknologi seperti deteksi objek otomatis, GPS surveillance. Kamera gigapixel, dan resolusi yang tingkatkan kualitas gambar. Berkat keefektifan harga yang relatif, drone untuk pengawasan udara secara cepat menjadi alat yang paling efisien untuk memantau pergerakan ternak, pemetaan habitat hewan liar, menjaga kemanan properti, patrol jalan, dan memberantas pembajakan, dan lainnya. Drone pengawasan udara juga secara umum dapat mengantarkan objek. Konfigurasi dan ukuran drone ini menentukan ukuran objek yang dapat diantar. Banyak model drone membolehkan transportasi objek-objek menyertakan item dalam ruangan kecil di drone, membawa suatu objek untuk kerangka, atau melewati suatu lampiran eksternal dari pod aerodinamik.

3.       Senjata
Drone awal mulanya mencakup untuk menyediakan alat militer yang murah yang mengizinkan eliminasi yang mudah dari target militer tanpa menghilangkan nyawa. Pengembangan persenjataan mampu menjangkau tujuan ini menjadi suatu fokus krusial. Drone persenjataan militer yang paling dikenal adalah MQ-1 Predatpr. Drone ini dilengkapi dengan missile baik untuk misi aerial atau ground-based. Membangun pada aplikasi yang sukses dari penggunaan misil dengan model MQ-1 Predator, para pengembang teknologi ini telah kembangkan senjata drone untuk pertempuran jarak dekat sebagai senjata, sel pemegang gas air mata, peluru karet, dan laser. Drone dilengkapi dengan senjata pertempuran jarak dekat mengizinkan pengendalian massa, pencegahan kerusuhan, dan keamanan. Drone senjata merupakan alat militer yang sidukai untuk operasi antar negara, karena banyak modifikasi persenjataan yang dapat diperkerjakan. Dalam hanya sepuluh tahun, Pentagon menaikkan armada kapal dari drone militer dari kurang dari 50 menjadi 7000.

4.       Search and Rescue (SAR)
UAV saat ini menjadi alat yang popular untuk operasi pencarian dan penyelamatan (SAR), karena UAV dapat dilengkap dengan sensor optic, kamera infra merah, radar bukaan sintetik, sensor cuaca, kamera, radar laser (LADAR), pembaca piringan/pelat, dan perangkat GPS. UAV secara unik dapat mempenetrasi wilayah-wilayah yang terlalu bahaya untuk pesawat berpilot atau dilewati orang. Atas alasan ini, UAV ideal untuk operasi SAR seperti di lautan, badai yang sangat ekstrim, dan  di hutan belatara/gurun.

Penggunanan Drone Domestik

Banyak utilitas dan biaya yang rendah dari drone yang menyebabkan Pemerintah federal, negaram dan departemen lokal menyatakan ketertarikannya dalam menggunakan drone lokal. Dalam enam tahun lalu, DHS menghabiskan 250 juta dollar membeli 10 surveillance Predator secara spesifik dilengkapi dengan kamera video, kamera infra merah, sensor, dan radar. Drone ini akan dugunakan untuk operasi patrol di perbatasan Amerika dan untuk untuk mencegah penyelundupan internasional.
Badan lain yang mengikuti DHS yang membeli drone untuk operasi agensi. FBI, DOD, Immigrations and Customs Enforcement (ICE) dan United States Secret Service, dan EPA semua mengenalkan proposal untuk drone untuk diintegrasikan ke dalam operasi keagenan.

Banyak departemen negara dan kantor penegakan hukum lokal juga membeli atau membiayai drone untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh, departemen negara bagian di Virginia dan Florida menunjukkan ketertarikan dalam membeli drone kecil untuk misi pengawasan. Sebagai tambahan, kantor penegakan hukum lokal di Montgomery, Texas, Seatlle, Washington, dan Gadsden, Alabama, telah mengimplementasikan drone dalam berbagai macam operasi. Meskipun mayoritas departemen kepolisian berniat untuk menggunakan drone untuk misi pengawasan dan pengintaian saja, satu departemen kepolisian di North Dakota telah menaikkan bar dengan menggunakan drone untuk membantu penangkapan. Sebagai tambahan, beberapa departemen polisi menujukkan ketertarikan untuk menggunakan drone untuk operasi SAR dan pemetaan kemacetan. Drone pastinya opsi yang terjangkau untuk departemen ini karena drone lebih murah, lebih mudah untuk dibeli dan mudah untuk dirawat dari ada helicopter yang biasa digunakan.

Penggunaan drone domestik tidak dibatasi untuk ruang publik semata. Banyak peusahaan swasta telah gunakan atau menunjukkan ketertarikannya dalam menggunakan drone untuk keamanan, pencegahan kerugian, dan tujuan lainnya. Sebagai contoh, Google akhir-akhir ini menggunakan drone untuk mendapatkan data peta, membangun database GPS, dan kembangkan peta jalan internet-based. Berbagai media juga mencoba menggunakan drone untuk mengumpulkan informasi pribadi, gambar video, dan gambar untuk selebritis. Lembaga detektif pribadi, lawyer, bail bondsman, perusahaan asuransi, dan kelompok media seperti National Geographic, mengklaim turut mengembangkan teknologi drone yang terjangkau. Ini berkat kapabilitas peningkatan gambar, opsi pengawasan yang terjangkau, pelacakan GPS, dan targeting drone, yang akkan mengikuti pengumpulan informasi yang bermanfaat untuk perdagangan ini dalam suatu jalan yang relatif tidak menarik perhatian.

Namun saat ini, penggunaan drone domestik dilihat tidak bertalian karena teknologi yang cukup tidak familiar dan tidak biasa digunakan, penggunaan drone domestik diperkirakan secara drastic meningkat di beberapa tahun mendatang. Industri drone merupakan industri 6 milyar dolar dan diprediksi meningkat dua kali lipat di 10 tahun mendatang. Di februari 2012, Congress mengesahkan FAA Modernization and Reform Act, yang secara spesifik memanggil untuk percepatan dan integrasi drone di ruang udara Amerika pada 2015. Sebagai hasil inisiasi FAA dibawah Act dan dorongan utama dari lembaga federal dan negate untuk menggunakan drone secara domestic, FAA diprediksi mendekati 30.000 lisensi untuk operasi drone domestic pada 2020.    

Sumber : Schlag, Chirs. The New Privacy Battle : How the Expanding Use of Drone Continues to Erode Our Concept of Privacy and Privacy Rights, Journal of Technology Law & Policy, Volume XIII-Spring 2013 (open-access)

0 komentar: