Saturday, April 07, 2018

Jika Saya Menpora RI

Tadi saya jogging di GOR Padjajaran dan tetiba saya kebayang ide ini. Maka setelah sarapan saya buka laptop, dengerin lagu reggae, dan segera menulis. Tulisan pertama saya kritik atas pejabat publik yang minim ide yang baru saja saya tulis di akun saya di medium.com. Tulisan kedua saya akan saya posting di blog ini. Isi tulisan seputar olahraga pastinya seperti judulnya. Sebagai pembukaan, saya suka olahraga khususnya jogging di mana saat ini adalah tahun kedua saya rutin melakukan cabang olahraga ini. Terlepas saya bukan pelari profesional, setidaknya saya cukup faham fenomena seorang pelari amatir seperti saya. Mungkin ini cenderung subjektif tapi biarlah. Pembaca sekalian bisa baca apakah ide ini cukup realistik atau mengawang.


Saya awali tulisan ini dengan kritik. Saya melihat Menpora RI saat ini gagal mewujudkan esensi dibalik dibuatnya Kementerian yang fokus menangani olahraga. Lantas apa esensinya ? Tak lain membuat rakyat Indonesia senang beolahraga sehingga memiliki tubuh yang sehat. Artinya prestasi nasional di berbagai cabang olahraga itu bukan tujuan akhir melainkan rakyat yang sehat-sehat itulah utamanya. Prestasi berbagai atlet kita itu menjadi duta bangsa untuk kampanye hidup sehat. Misalkan seorang anak malas main badminton, namun setelah melihat Marcus dan Kevin juara All-England, Ia jadi termotivasi untuk menjadi pemain badminton hebat. Jika ini menjadi gelombang besar, maka tidak ada ceritanya kita akan kekurangan atlet mental juara. Nah, saat ini Menpora umumnya cuma peduli pada turnamen-turnamen dengan embel-embel "mengharumkan nama bangsa". Ia terlupa bahwa itu tidak akan pernah terjadi jika anak-anak bangsa secara mayoritas tidak menyukai hidup sehat dengan berolahraga.

Lapangan di Berbagai Daerah

Jika dikatakan di Pemerintahan sekarang dibangun berbagai infrastruktur, kok infrastruktur olahraga tidak ? Ada sih, stadion sepak bola di berbagai daerah. Tapi itu kan khusus sepak bola (dan di cabang olahraga ini miskin prestasi) dan di kota-kota besar umumnya, kok tidak yang lain ? Jika satu stadion dibangun dengan habiskan dana 500 Milyar, alangkah lebih tepat duit itu dipakai untuk membangun/memperbaiki lapangan-lapangan di desa-desa/kecamatan-kecamatan karena di sana bibit-bibit atlet muncul. Jika 1 lapangan di desa habiskan dana 1 Milyar (ini cukup tidak hanya lapangan bola, melainkan juga volley, basket, dll), maka akan ada 500 lapangan baru berstandar dari berbagai desa di Indonesia. Masalah lapangan ini persoalan rill di desa-desa di mana saya rasakan betul ketika pulang kampung. Bertahun-tahun dusun saya tidak ada lapangan karena lapangan dipenuhi urugan tanah dari sungai. Akibatnya anak mudanya jika sekedar ingin main bola harus merogoh kocek yang lumayan di arena futsal komersil.

Jika dalam 5 tahun Menpora fokus saja bangun lapangan dengan anggarkan hanya 2,5 Triliun, maka akan terbangun 500 x 5 = 2500 lapangan baru di berbagai pelosok desa/kecamatan di Indonesia. Dari sana mulailah dibuat berbagai turnamen yang sifatnya kontinu. Kemenpora bisa menggandeng KONI daerah, bupati/walikota, dan Gubernur untuk menyelenggaran event ini. Dari sana seleksi atlet dari berbagai cabang olahraga akan bisa dilakukan. Yang terjadi sekarang kan jika seorang ingin jadi atlet harus ke kota dengan peralatan yang mahal, maka jangan harap atlet potensial dari berbagai daerah yang tidak punya duit bisa jadi atlet nasional. Saya sangat yakin jika Kemenpora fokus ini saja di satu periode, investasi ini tidak akan sia-sia.

Kembali ke judul, Jika saya Menpora RI,saya akan melakukan hal tersebut. "Itu tidak mudah mas", "Betul, tapi itu bukannya tidak bisa kan ?", kata saya dalam hati.

0 komentar: