Keinginan manusia untuk terbang
telah dilakukan sejak waktu yang lama (Dedak dan Icar), baru kemudian untuk
projek sains fundamental (Leonardo da Vinsi 1452-1519, Montgolfier 1783). Impian
terbang tidak berhenti di sini, namun berlanjut dengan mesin ringan yang dapat
terbang lebih ringan dibandingkan dengan udara (Santos-Dumont 1899, Zeppelin
1900-1909), kemudian mesin yang lebih berat (Otto Lilienthal, 1890-1896), baru
kemudian berlanjut di Perang Dunia I dan Peran Dunia II.
Evolusi mesin tak berawak sama
dengan sesuatu di bawah komando manusia,
dan konflik militer membuktikan yang paling efisien untuk mendorong terciptanya
inovasi di bidang ini. Teknologi dan evolusi desain mempengaruhi pengembangan
mesin tak berawak, kemudian menjangkau suatu desain yang kompleks selama
bertahun-tahun.
Sistem pesawat tak bepilot
dikenal dengan banyak nama dan akronim seperti halnya : drone, RPV (Remotely Piloted vehicle) UAV (Unmanned Aerial Vehicle), UCAV (Uninhabited Combat Aerial Vehicle), FVO
(Organic Aerial Vehicle), UCAV/S (Unhibited Combat Aircraft Vehicle/System),
RPA (Remotely Piloted Aircraft), RPH
(Remotely Piloted Helicopter), Aerial
Robotics, MAV (Micro Aerial Vehicle),
dan yang lain.
Dalam sejarahnya, UAVmengalami
evolusi khususnya dalam sistemnya. Dalam projek pertama, kontribusi utamanya pada
penemuan mekanisme otonom yang terjadi selama Phytagoras dan dikaitkan dengan
Archytas dari Tarantas (Italia Selatan). Dalam UAV ini, diimplementasikan satu
bagian dari konsep geometri kemudian baru diciptakan di tahun 425 BC yang disebut
sebagai UAV pertama. Sebagai burung mekanis yang dapat terbang dengan mekanisme
yang diletakkan dalam perut.
Di tahun 400 BC China
mendokumentasikan ide dari suatu perangkat yang menjangkau penerbangan
vertikal. Leonardo Da Vinci di tahun 1483, mendesain suatu pesawat yang dapat
naik vertikal, didasarkan atas penemuan ahli terdahulu (ancestor) terkait helicopter. Juga di tahun 1508 Da Vinci mendesain
suatu burung mekanik yang berisi mekanisme engkol ganda yang turun bersama
sebuah kabel.
Kemudian di tahun 1754, Mikhail
Lomonosov mendesain impeller aksial dan di tahun 1783 Bienvenue Launoy mendesain
sebuah propeller model kontra (counter-model),
yang didasarkan pada ide orang Cina. George Cayley mendesain sebuah carriage convertiplane yang masi pada
tahap ide terkait besarnya sistem propulsi yang pada waktu itu satu-satunya
yang dapat untuk lokomotif uap.
Di tahun 1840, Horatio Philips
mendesain suatu mesin yang dapat terbang secara vertikal. Teknologi ini berisi
suatu ketel miniatur untuk menggerakkan uap dan di tahun 1860, Ponton d’Amecourt
menerbangkan model helicopter yang digerakkan oleh uap.
Pertama kalinya Penggunaan Mesin Drone
Di tahun 1849 pertama kalinya
digunakan suatu kendaraan udara tempur yang tidak berawak ketika orang Austria
menyerang kota Venice Italia dengan 200 balon tak berawak yang dibebani bom dipasang
dengan perangkat waktu. Di tahun 1900 Nikola Tesla (1856-1943) menyajikan
konsep kontrol wireless balon dan di tahun 1915 digambarkan sebuah armada dari
kendaan udara tak berawak dalam pertempuran udara.
Dalam Perang Dunia I, di tahun
1916, terjadi uji coba pertama menggunakan kendaraan udara tak berawak yang
disebut “target udara” oleh Archibald Montgomery Low (1888-1956), pesawat
target dikontrol dari darat secara otomatis, Hewitt-Sperry menyebutnya “bom
terbang” yang diintergrasikan dalam kontrol sebuah giroskop (1917). Di tahun
1917 November, pesawat Kettering Bug yang disebut “torpedo udara”, terbang dalam mode otomatis untuk perwakilan militer
Amerika, meskipun tidak siap untuk terbang di perang.
Di tahun 1935 dikembangkan suatu
seri RPV. Projek ini dipimpin oleh Reginald Denny (1891-1967). Di tahun 1939,
Reginald Denny juga kenalkan sebuah pesawat RC berbiaya rendah untuk latihan para
penembak AA. Di tahun yang sama, dia mendemonstrasikan prototipe lain untuk
tentara Amerika : RP-RP-3 dan 4.
Di Perang Dunia II, pada Juni
1944 Jerman menggunakan Fi-103 (V1) selama PD II yang dikenal rudal jelajah (cruise missile). Pada Oktober 1944, misi
tempur pertama dan penggunaan dari sebuah UAV dibuat di Pulau Balla. Jepang
dibom 10 bom oleh UAV TDR-1 yang dibuat oleh Interstate Aircraft Company di Los
Angeles milik tentara Amerika. Juga di tahun 1944 diadakan projek Aphrodite,
suatu program yang mengkonversi US B-17 dan PBY-4Y ke dalam drone yang membawa
bom. Drone ini digunakan kemudian untuk uji nuklir di misi “kotor” klasik.
Pasca PD II, di bulan April 1946
pesawat pertama yang terbang tanpa awak adalah Northrop hasil riset: Northrop
P-61 Black Widow yang memiliki tugas mengumpulkan data cuaca untuk Biro Cuaca
Amerika (US Wather Bureau). Di tahun 1951, mesin jet pertama digunakan
(Teledyne Ryan Firebee tipe I). Di tahun 1955 terdapat penerbangan pertama dari
pesawat tanpa awak untuk pengintaian (Northrop radioplane SD-1
Falconer/Observer) yang selanjutnya digunakan oleh militer Amerika dan
perusahaan Inggris Beechcraft. Baru kemudian memasuki permainan dengan model
1001 yang digunakan oleh tentara Amerika.
Di tahun 1959 lahir penerbangan
tak awak dengan RPV/UAV, ketika USAF fokus pada hilangnya pilot Amerika di
wilayah musuh dalam waktu itu. Di tahun 1960, peluncurkan program UAV dikodekan
“Red Wagon”, ketika U-2 yang diterbangkan Francis Gary Powers ditembak jatuh
oleh Uni Soviet dan di bulan Agustus pada waktu yang sama terdapat penerbangan
pertama dari helicopter tak berawak Gyrodine QH-50A di Maryland.
Di bulan Agustus 1964, di Gulf
Tonkin Amerika digunakan UAV dalam konflik antara tentara Amerika dan tentara
Vietnam Utara. Sejak 1964 sampai jatuhnya Saingon pada tahun 1975, USAF
Strategic Reconnaissance Wing 100 3435 meluncurkan drone Ryan untuk pengintaian
sepanjang Viertnam Utara di mana mereka kehilangan pesawat tanpa awak 554 buah.
Di tahun 1966 diinisasi projek Lone Eagle (kemudian disebut Compass Arrow)
untuk desain UAV cukup untuk misi pengintaian di Cina, sehingga muncul D-21 yang
diluncurkan oleh tentara Amerika kemudian diikuti oleh North America Ryan
Aeronautical. Tujuannya adalah untuk menyajikan foto dari misi pengintaian di
dataran tinggi.
Di tahun 1976, pengenalan utilitas
pesawat dikenalkan di Vietnam. Ini merupakan tahapan pertama untuk digunakan
dalam pertempuran UAV baik di laut maupun darat.
Epilog
Pengujian UAV dan vektor-vektor
fungsional telah dikembangkan baik dalam konsep rotary wing maupun fixed-wing
(lebih berat dari udara) dan sayap tiup (lebih ringan dari udara). Pengembangan
UAV di lapangan menghasilkan suatu perubahan konsep arsitektural melalui
pengembangan dan operasi UAV berkenaan dengan fitur-fitur dan
kapabilitas-kapabilitas yang secara terus menggerakkan tipe-tipe konstruksi di
satu sisi dan di sisi lainnya wilayah penggunaannya.
Sistem pesawat udara tak berawak
terus dikembangkan, khususnya untuk kepentingan utama : kemampuan
mengoperasikan lingkungan berbahaya tanpa risiko manusia. Pengembangan UAV ini menghasilkan
suatu perubahan dalam konsep terkait arsitektur dan operasi melalui evolusi
terkait karakteristik dan kapabilitasnya.
Tantangan sekarang yaitu
kebutuhan akan kontrol jaringan terbang dan monitoring. Komponen ini memiliki
dampak yang signifikan untuk menyajikan pengembangan kelebihan beban udara jauh
dari batasan manusia. Berkenaan dengan desain, terdapat keuntungan yang jelas
jika dibandingkan dengan pesawat berpilot. UAV dapat didesain dalam berbagai
ukuran begantung pada misi yang akan dilakukan, mulai dari misi taktik sampai
dengan operasi strategis.
Sitasi : Prisacariun, Vasile.
(2017). The History and The Evolution of
UAV’s From The Beginning Till The 70s, Journal of Defense Resources
Management Vol. 8, Issue 1 (14)/2017
0 komentar:
Post a Comment