Sunday, October 07, 2018

Buku Perdana

Lebih dari setahun saya ngerjain buku ini, tepatnya sejak Mei 2017 dan baru kelar cetak perdana 21 September 2018. Artinya 1 tahun 4 bulan. Lama pisan ! Bukan perkara memakai data-data di tesis magister trus menyajikannya dalam bahasa populer, namun saya harus ambil data lagi. Soalnya di tesis data yang saya ambil terbatas pada 2000-2003 dan untuk buku sampai 2018. Maka di sini saya harus bolak-balik ke hangar UAVINDO Nusantara, perusahaan yang saya riset untuk wawancara dengan direktur perusahaan, karyawan, dan engineer-nya. Juga pastinya ambil gambar. Belum lagi ditambah saya harus wawancara Pak Djoko, pendiri perusahaan, berkali-kali di kantornya di jurusan Aeronotika Astronotika ITB.

Dikatakan berat, berat banget pastinya soalnya ini adalah pengalaman perdana. Tapi semua itu terbayarkan setelah buku tercetak. Jerih payah selama ini terbayar lunas. Awalnya memang rencananya pembuatan buku ini hanya satu semester, akhir 2017 selesai dan di awal 2018 launching. Namun realitanya ternyata sulit. Pengerjaan buku ini di sisa waktu yang saya punya. Karena siang sebagaian besar waktu saya untuk meneliti dan kerja lain yang formal, biasanya saya kerjakan buku ini sore hari sampai malam di kedai kopi langganan saya. Selain waktu, saya harus spending uang yang cukup besar untuk proses penulisan buku ini.

Konten Buku

Buku ini menceritakan proses bertahan (survival) perusahaan UAV/drone yang didirikan oleh dosen Teknik Penerbangan, Pak Djoko Sardjadi. Nah, untuk menggambarkannya saya bagi dalam empat bab. Bab pertama bercerita tentang perusahaan startup teknologi itu apa sih. Di sini saya coba angkat definisi-definisi dari berbagai pegiat startup baik dari buku atau artikel yang mereka tulis. Bab kedua saya coba menceritakan tentang sejarah UAV di dunia termasuk di dalamnya saya singgung tentang pemanfaatannya di sipil/militer. Bab ketiga saya baru menceritakan terkait inti buku ini yakni cerita proses UAVINDO Nusantara, perusahaan yang saya angkat di buku ini, bertahan selama 18 tahun sebagai perusahaan teknologi. Bab keempat, terakhir, saya coba angkat lesson-learned dari apa yang terjadi pada UAVINDO. Ada dua titik tekannya, pertama  pelajaran bagi startup dan kedua pelajaran inovasi.


Pada awal penyusunan saya dipusingkan dengan alur buku ini. Karena bingung, saya seringkali ganti. Sampai pada akhirnya ketemu formula yang pas. Tidak dengan itu otomatis saya mudah menuliskannya karena banyak bahan-bahan tulisan baru yang harus saya baca, highlight, dan menuliskannya dalam draft. Sampai akhirnya draft jadi, saya kemudian sampaikan ke Pak Sonny dan Pak Djoko untuk diberikan masukan. Inipun beberapa kali saya menemui beliau-beliau. Sampai judul pun saya berkonsultasi dengan mereka berdua, pada akhirnya kemudian disetujui "STARTUP TEKNOLOGI : Lintasan yang Harus Ditempuh, Menarik Pelajaran dari PT UAVINDO Nusantara". Saya suka dengan judul ini.

Finishing

Jika proses pengerjaan konten pusingnya setengah mati, belum lagi ditambah dengan proses pengerjaan tata letak buku. Saya kerjakan buku dengan MS Word, lalu setelah draft saya rasa cukup saya pdf-kan. Selanjutnya saya bagikan ke beberapa tokoh untuk diberi testimoni dan kata pengantar. Untuk testimoni saya dapatkan dari orang-orang yang saya kenal seperti halnya Kang Gibran dari eFishery, Pak Wawan dari SBM, dan Ghozali EL09. Tambahan, saya meminta ketua unit robotika untuk memberikan testimoni juga. Saya sebenarnya meminta kata pengantar dari seorang pegiat industri kreatif, awalnya beliau menyetujui untuk memberi kata pengantar, setelah saya follow-up terus selama sebulan lebih, belia tak juga mengirimkan kata pengantar. Walhasil, buku saya terbit tanpa kata pengantar.

Proses layouting juga pusing sekali. Saya meminta kenalan yang dulu pernah kerja bareng di proses pengerjaan buku sebelumnya. Saya meminta dia layout trus ada yang keliru, saya betulkan dan begitu terus dan ini memakan waktu tiga bulanan bahkan mungkin lebih. Saya bahkan sudah tak terhitung bertemu dia sudah berapa kali. Ternyata teknologi Whatsapp dan Snipping Tool tidak cukup membantu, terpaksa manual datang langsung harus dipilih. Setelah pemberian nomor halaman rampung, saya baru berikan draft buku versi pdf ke penerbit ITB Press. Tak lama setelah cetak dummy, buku dicetak terbatas sejumlah 70 eksemplar.

0 komentar: