Saat ini saya kerjakan topik penelitian yang sesuai bidang saya, inovasi dan entrepreneurship. Saya mengerjakan riset bersama salah seorang dosen di Management of Technology Labolatory (MoT Lab) SBM ITB. Output riset ini adalah jurnal yang siap untuk dipublikasi. Bagi saya ini adalah pengalaman pertama saya menulis paper dengan intensitas diskusi yang padat. Karena pengalaman pertama pastinya berat, apalagi langsung dengan bahasa Inggris. Niatnya saat ini saya melengkapi drafting paper terkait ini, namun kurang begitu semangat. Saya teringat untuk menuliskan road map penelitian untuk setidaknya membuat saya semangat dan terarah. Saya mengambil topik penelitian terkait ini selain suka juga punya orientasi. Saya akan ceritakan.
Model Inovasi khas Indonesia
Sudah lebih dari 9 tahun saya hidup di ITB dengan interaksi dengan berbagai orang dari latar belakang yang berbeda, mulai dari mahasiswa, dosen, sampai tendik. Dari sana saya kemudian berfikir, ITB yang sudah hampir berusia 100 tahun (jika dihitung sejak TH Bandung) mengapa tidak memiliki kontribusi signifikan dalam proses pengembangan iptek di Indonesia ?. Ini pastinya ada sesuatu yang salah, entah di bagian mananya saya belum bisa memastikan. Padahal jika diperhatikan lebih dalam, ITB telah hasilkan aneka macam teknologi melalui civitas, lab, dan pusat-pusat yang jumlahnya amat banyak.
Saya mencoba menjawab kegelisahan saya tersebut dengan mengambil topik riset terkait inovasi dan entrepreneurship. Saya ingin memberikan pandangan yang berbeda terkait bagaimana kita bisa kembangkan iptek. Saya tidak percaya dengan kita adopsi cara-cara negara Barat secara mentah-mentah lantas iptek kita bisa maju. Kita butuh formulasi khas kita sendiri. Pendekatan yang saya pilih pun dari para pelaku yang berupa studi kasus. Jadi saya melakukan abstraksi dari berbagai contoh kasus, tidak sekedar comot teori.
Dalam skup yang lebih kecil, katakan ITB. Hasil penelitian saya nantinya berkontribusi pada model inovasi ITB yang tentunya menguntungkan keluarga besar ITB, baik dosen maupun tendik. Memang hasil riset belum tentu memiliki korelasi positif pada tataran aplikatif pada dunia riil. Namun bagi saya itu adalah langkah lanjutan setelah kita menemukan hasil riset. Tulisan di jurnal reputatif, buku, dan artikel ilmiah adalah sarana untuk mengungkapkan gagasan ilmiah kita, namun itu tidak cukup. Kita perlu perjuangan politik meskipun kita tidak tergabung dalam partai politik.
Upgrade Kualitas
Saya baru menulis satu buku, namun belum untuk jurnal reputatif. Tulisan di media cetak ternama terkait topik penelitian juga belum. Saya saat ini masih di level ini, untuk upgrade kualitas. Saya masih harus mengasah diri untuk dapat melakukan riset dengan baik seperti standar lulusan PhD dari kampus ternama dunia. Saya juga masih harus terus spending waktu untuk mendalami bidang riset saya ini, sehingga saya bisa secara paripurna terkait inovasi dan entrepreneurship. Mungkin saya butuh waktu sekitar 10 tahun lagi untuk mendapatkan keahlian seperti itu. Jika saat ini saya berusia 27 tahun, maka di usia 37 tahun lah saya mungkin baru bisa dipanggil sebagai ahli atau expert. Semoga Allah SWT, Tuhan yang Mahaesa, memberikan saya kesehatan dan semangat untuk mewujudkan itu semua. Amiin
0 komentar:
Post a Comment