Dua minggu lalu (30 November – 2
Desember 2018), pertama kalinya saya menjejakkan kaki di pulau Belitong. Pulau
yang terkenal dengan sebutan pulau “Laskar Pelangi” ini memiliki keindahan alam
khususnya pantai yang eksotis. Kala itu saya berkesempatan ke sana dengan
rombongan dari Direktorat Administrasi Umum ITB, tempat di mana saya bekerja
sekarang. Berangkat kamis malam (29/11) dari Rektorat ITB menuju Bandara
Soekarno-Hatta Cengkareng Banten untuk mengejar pesawat Sriwijaya Air yang take-off jam 6 pagi.
Hari Pertama
Setibanya di Bandara H.A.S.
Hanandjoeddin Tanjung Pandan, kami dijemput oleh sebuah bus yang dikomandoi
oleh Mas Don dari Arisha Tour and Travel. Bus mengantarkan kami ke kota Tanjung
Pandan untuk menikmati Mie Atep yang legendaris. Sulit bagi saya untuk
menggambarkan rasa makanan ini, pokoknya
mantab ! Selanjutnya kami diarahkan menuju Danau Kaolin yang merupakan danau
bentukan dari penambangan kaolin. Di
sana kami ambil foto dan selanjutnya menuju Belitong Timur, ke kampung laskar
pelangi. Di sini kami mengunjungi replika SD Muhammadiyah Gantong. Saya baru
tahu ternyata sekolah aslinya sudah tidak ada.
Di depan Replika SD Laskar Pelangi |
Di sini saya ambil cukup banyak
foto dengan berbagai pose sembari mengingat-ingat cerita Laskar Pelangi
karangan Andrea Hirata. Saat masa mondok dulu, saya adalah penggemar berat
Laskar Pelangi, tetraloginya saya koleksi dan selesai saya baca kala itu. Jadi
berkunjung ke sini punya kesan tersendiri bagi saya. Perjalanan selanjutnya
adalah ke Rumah Keong Rotan, tepat di depan replika sekolah laskar pelangi ini.
Tak lama di sini, kami disambut hujan. Kami pun lanjutkan perjalanan menuju
museum kata Andrea Hirata. Sebelum ke sana kami break sholat jumat di masjid
depan lokasi.
Saya pun masuk lokasi museum
dengan membayar 50 ribu dengan bonus sebuah buku tipis karangan Andrea Hirata.
Dibantu dengan pemandu wisata, saya ambil banyak gambar di sini. Museum ini
didesain inspiratif dengan mural, foto, dan karya seni lain yang “bercerita” terkait
keharusan menggelorakan optimisme dalam hidup. Ada satu ruangan di bagian
belakang dari suatu bangunan yang menyajikan tempat duduk di mana di sana kita
dapat memesan kopi. Namun, di sana saya
membeli gantungan kunci untuk oleh-oleh.
Di dalam Museum Kata Andrea Hirata |
Ternyata hanya saya dan mas Tri
yang masuk museum kata ini, rombongan lain menunggu di dalam bus. Selanjutnya
perjalanan berlanjut ke kediaman Ahok. Di sana selain ada rumah Ahok yang kini
dihuni saudaranya, juga ada bangunan khusus yang menyediakan oleh-oleh dengan
tema Ahok, namanya Rumah Batik Ahok. Di sana kami tidak lama. Kala hujan turun,
kami coba menikmati pek-empek dan juga pisang goreng di warung tak jauh dari
lokasi wisata ini. Ternyata pek-empek-nya berbeda dengan bahan dasar singkong.
Disajikan secara hangat, mantab sekali.
Ternyata kami belum makan siang,
dibawalah kami ke rumah makan terkenal, Resto Seafood Sinar Laut, di pinggiran
pantai. Mantab sekali masakannya terutama sayur asam dan ikan bakarnya.
Selanjutnya kami menuju ke vihara Dewi Kwan Im dan pantai burung mandi. Di
warung dekat pantai, saya menikmati es kelapa muda. Perjalanan berlanjut ke
kota Tanjung Pandan untuk menuju hotel di mana kami tinggal. Sebelum sampai
hotel, kami diarahkan ke rumah makan, Resto Belitung Tempo Dulu. Setibanya di
hotel, kami istirahat sejenak. Saya sekamar dengan mas Tri dan Kang Jujun.
Setelah beberes dan sholat, kami bertiga dengan Pak Sandi jalan-jalan untuk
mencari kopi. Konon tidak lengkap rasanya ke Belitong tanpa berkunjung ke kedai
kopi. Awalnya kami menyusuri pusat huburan di depan hotel, meskipun banyak kafe
yang menyajikan kopi, kami kurang sreg.
Kami pun kembali jalan ke arah pusat kota berbekal Google Map. Kami pun sampai di
kedai kopi legendaris, Kong Tji. Kami pesan kopi susu dan mantab sekali
rasanya. Saya pesan lagi satu gelas malam itu. Disambi dengan bebincang, tidak
terasa sudah dua jam kami di sini. Tidak seperti saat berangkat, pulangnya kami
naik Go-car.
Hari Kedua
Belitong masih agak gelap, saya
dan mas Tri ke pantai Tanjung Pendam. Saya mencoba mengelilingi kawasan pantai
ini dengan jogging, sementara mas Tri
mencari kerang laut. Setelah itu, kami kembali ke hotel dan sarapan kemudian
berkemas-kemas. Pagi itu di ruang tamu dekat lobby hotel, Bu Dyah dan keluarga
baru datang dan segera setelah itu bergabung bersama kami. Hari ini seharian kami
akan menyusuri pantai-pantai di pulau Belitong dari dermaga pantai Tanjung
Kelayang. Kami menumpangi sebuah perahu yang mampu memuat 20 orang lebih.
Seingat saya ada tiga pantai yang
dikunjungi. Pertama, pantai lengkuas. Setibanya di sana setelah menembus ombak
besar laut lepas. Pantai ini identik dengan mercusuar yang kala itu tidak bisa
dinaiki. Juga batu-batu besar yang bagus untuk menjadi objek foto. Setiba di
pulau ini, kami disambut hujan namun untungnya tidak lama dan deras. Di pulau
ini dilakukan outbound oleh pemandu
wisata. Setelah itu baru kami diarahkan ke laut kembali untuk snorkeling. Mata minus menjadi kendala
bagi saya untuk melihat dasar pantai yang indah dengan terumbu karang.
Berlatar Mercusuar di Pulau Lengkuas |
Objek selanjutnya adalah pulau
Kepayang. Di sana kami makan siang. Saya sempat sholat di mushola resto dan
juga ambil foto di sekitar pantai. Perjalanan selanjutnya adalah pulau Kelayang.
Seperti halnya di pulau Lengkuas, saya mencoba belajar berenang di pantainya
yang sangat jernih. Di pantai ini juga sempat diambil video dengan drone. Objek
pantai habis, kami diarahkan kembali ke Tanjung Kelayang. Kami berbilas dengan
air bersih dan juga ganti baju, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pantai
Tanjung Tinggi atau Pantai Laskar Pelangi. Sebelum ke sana ambil foto dulu di
depan dermaga Pantai Tanjung Kelayang.
Di Pantau Tanjung Tinggi atau Pantai Laskar Pelangi |
Pantai tanjung tinggi ini
pemandangannya bagus sekali. Bahkan lebih bagus dari pada pantai-pantai yang
dikunjungi sebelumnya. Pemandangan batu besarnya sungguh sangat elok, ditambah
dengan pantainya yang jernih. Sampai di pantai ini sudah sore menuju maghrib.
Tidak bisa lama kami menikmati pantai ini karena harus segera menuju bus. Kami
diarahkan menuju pusat oleh-oleh dan souvenir khas Belitong dan setelah itu
kami makan malam di Resto Dapur Belitung. Lokasi dua tempat ini di kota jadi
tidak jauh dari hotel. Sesampainya di hotel, kembali kami bebersih baru
kemudian keluar untuk menyeduh kopi Kong Tji. Kali ini ada dua personel
tambahan, Mbak Iyan dan Anisa. Perjalanan PP ke sana dengan Go-car dan
Grab-car.
Hari Ketiga
Pagi itu kami harus check-out. Keluar dari kamar, kami sudah
siap untuk menuju bandara. Namun sebelumnya, kami sarapan dulu. Kami sempat
ambil gambar depan hotel sebagai bukti rombongan kami telah menunaikan tugas di
pulau ini. Kami berpamitan dengan Bu Dyah dan suaminya, sementara dua anaknya sedang
bersepeda keliling kota. Jarak hotel ke bandara sekitar setengah jam, setelah
tiba kami berpamitan dengan mas Don dan tim yang mengantarkan kami. Dengan
Batik Air, kami take-off menuju
bandara Soekarno-Hatta sekitar jam 8.45 pagi.
0 komentar:
Post a Comment