Sunday, December 16, 2018

BELITONG

Dua minggu lalu (30 November – 2 Desember 2018), pertama kalinya saya menjejakkan kaki di pulau Belitong. Pulau yang terkenal dengan sebutan pulau “Laskar Pelangi” ini memiliki keindahan alam khususnya pantai yang eksotis. Kala itu saya berkesempatan ke sana dengan rombongan dari Direktorat Administrasi Umum ITB, tempat di mana saya bekerja sekarang. Berangkat kamis malam (29/11) dari Rektorat ITB menuju Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Banten untuk mengejar pesawat Sriwijaya Air yang take-off jam 6 pagi.

Hari Pertama

Setibanya di Bandara H.A.S. Hanandjoeddin Tanjung Pandan, kami dijemput oleh sebuah bus yang dikomandoi oleh Mas Don dari Arisha Tour and Travel. Bus mengantarkan kami ke kota Tanjung Pandan untuk menikmati Mie Atep yang legendaris. Sulit bagi saya untuk menggambarkan rasa  makanan ini, pokoknya mantab ! Selanjutnya kami diarahkan menuju Danau Kaolin yang merupakan danau bentukan dari penambangan kaolin.  Di sana kami ambil foto dan selanjutnya menuju Belitong Timur, ke kampung laskar pelangi. Di sini kami mengunjungi replika SD Muhammadiyah Gantong. Saya baru tahu ternyata sekolah aslinya sudah tidak ada.
Di depan Replika SD Laskar Pelangi

Di sini saya ambil cukup banyak foto dengan berbagai pose sembari mengingat-ingat cerita Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata. Saat masa mondok dulu, saya adalah penggemar berat Laskar Pelangi, tetraloginya saya koleksi dan selesai saya baca kala itu. Jadi berkunjung ke sini punya kesan tersendiri bagi saya. Perjalanan selanjutnya adalah ke Rumah Keong Rotan, tepat di depan replika sekolah laskar pelangi ini. Tak lama di sini, kami disambut hujan. Kami pun lanjutkan perjalanan menuju museum kata Andrea Hirata. Sebelum ke sana kami break sholat jumat di masjid depan lokasi. 

Saya pun masuk lokasi museum dengan membayar 50 ribu dengan bonus sebuah buku tipis karangan Andrea Hirata. Dibantu dengan pemandu wisata, saya ambil banyak gambar di sini. Museum ini didesain inspiratif dengan mural, foto, dan karya seni lain yang “bercerita” terkait keharusan menggelorakan optimisme dalam hidup. Ada satu ruangan di bagian belakang dari suatu bangunan yang menyajikan tempat duduk di mana di sana kita dapat memesan kopi. Namun, di sana  saya membeli gantungan kunci untuk oleh-oleh. 

Di dalam Museum Kata Andrea Hirata
Ternyata hanya saya dan mas Tri yang masuk museum kata ini, rombongan lain menunggu di dalam bus. Selanjutnya perjalanan berlanjut ke kediaman Ahok. Di sana selain ada rumah Ahok yang kini dihuni saudaranya, juga ada bangunan khusus yang menyediakan oleh-oleh dengan tema Ahok, namanya Rumah Batik Ahok. Di sana kami tidak lama. Kala hujan turun, kami coba menikmati pek-empek dan juga pisang goreng di warung tak jauh dari lokasi wisata ini. Ternyata pek-empek-nya berbeda dengan bahan dasar singkong. Disajikan secara hangat, mantab sekali. 

Ternyata kami belum makan siang, dibawalah kami ke rumah makan terkenal, Resto Seafood Sinar Laut, di pinggiran pantai. Mantab sekali masakannya terutama sayur asam dan ikan bakarnya. Selanjutnya kami menuju ke vihara Dewi Kwan Im dan pantai burung mandi. Di warung dekat pantai, saya menikmati es kelapa muda. Perjalanan berlanjut ke kota Tanjung Pandan untuk menuju hotel di mana kami tinggal. Sebelum sampai hotel, kami diarahkan ke rumah makan, Resto Belitung Tempo Dulu. Setibanya di hotel, kami istirahat sejenak. Saya sekamar dengan mas Tri dan Kang Jujun. Setelah beberes dan sholat, kami bertiga dengan Pak Sandi jalan-jalan untuk mencari kopi. Konon tidak lengkap rasanya ke Belitong tanpa berkunjung ke kedai kopi. Awalnya kami menyusuri pusat huburan di depan hotel, meskipun banyak kafe yang menyajikan kopi, kami kurang sreg. Kami pun kembali jalan ke arah pusat kota berbekal Google Map. Kami pun sampai di kedai kopi legendaris, Kong Tji. Kami pesan kopi susu dan mantab sekali rasanya. Saya pesan lagi satu gelas malam itu. Disambi dengan bebincang, tidak terasa sudah dua jam kami di sini. Tidak seperti saat berangkat, pulangnya kami naik Go-car.  

Hari Kedua

Belitong masih agak gelap, saya dan mas Tri ke pantai Tanjung Pendam. Saya mencoba mengelilingi kawasan pantai ini dengan jogging, sementara mas Tri mencari kerang laut. Setelah itu, kami kembali ke hotel dan sarapan kemudian berkemas-kemas. Pagi itu di ruang tamu dekat lobby hotel, Bu Dyah dan keluarga baru datang dan segera setelah itu bergabung bersama kami. Hari ini seharian kami akan menyusuri pantai-pantai di pulau Belitong dari dermaga pantai Tanjung Kelayang. Kami menumpangi sebuah perahu yang mampu memuat 20 orang lebih.

Seingat saya ada tiga pantai yang dikunjungi. Pertama, pantai lengkuas. Setibanya di sana setelah menembus ombak besar laut lepas. Pantai ini identik dengan mercusuar yang kala itu tidak bisa dinaiki. Juga batu-batu besar yang bagus untuk menjadi objek foto. Setiba di pulau ini, kami disambut hujan namun untungnya tidak lama dan deras. Di pulau ini dilakukan outbound oleh pemandu wisata. Setelah itu baru kami diarahkan ke laut kembali untuk snorkeling. Mata minus menjadi kendala bagi saya untuk melihat dasar pantai yang indah dengan terumbu karang.

Berlatar Mercusuar di Pulau Lengkuas
Objek selanjutnya adalah pulau Kepayang. Di sana kami makan siang. Saya sempat sholat di mushola resto dan juga ambil foto di sekitar pantai. Perjalanan selanjutnya adalah pulau Kelayang. Seperti halnya di pulau Lengkuas, saya mencoba belajar berenang di pantainya yang sangat jernih. Di pantai ini juga sempat diambil video dengan drone. Objek pantai habis, kami diarahkan kembali ke Tanjung Kelayang. Kami berbilas dengan air bersih dan juga ganti baju, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi atau Pantai Laskar Pelangi. Sebelum ke sana ambil foto dulu di depan dermaga Pantai Tanjung Kelayang.

Di Pantau Tanjung Tinggi atau Pantai Laskar Pelangi
Pantai tanjung tinggi ini pemandangannya bagus sekali. Bahkan lebih bagus dari pada pantai-pantai yang dikunjungi sebelumnya. Pemandangan batu besarnya sungguh sangat elok, ditambah dengan pantainya yang jernih. Sampai di pantai ini sudah sore menuju maghrib. Tidak bisa lama kami menikmati pantai ini karena harus segera menuju bus. Kami diarahkan menuju pusat oleh-oleh dan souvenir khas Belitong dan setelah itu kami makan malam di Resto Dapur Belitung. Lokasi dua tempat ini di kota jadi tidak jauh dari hotel. Sesampainya di hotel, kembali kami bebersih baru kemudian keluar untuk menyeduh kopi Kong Tji. Kali ini ada dua personel tambahan, Mbak Iyan dan Anisa. Perjalanan PP ke sana dengan Go-car dan Grab-car. 

Hari Ketiga

Pagi itu kami harus check-out. Keluar dari kamar, kami sudah siap untuk menuju bandara. Namun sebelumnya, kami sarapan dulu. Kami sempat ambil gambar depan hotel sebagai bukti rombongan kami telah menunaikan tugas di pulau ini. Kami berpamitan dengan Bu Dyah dan suaminya, sementara dua anaknya sedang bersepeda keliling kota. Jarak hotel ke bandara sekitar setengah jam, setelah tiba kami berpamitan dengan mas Don dan tim yang mengantarkan kami. Dengan Batik Air, kami take-off menuju bandara Soekarno-Hatta sekitar jam 8.45 pagi.  

0 komentar: