Januari 2015 adalah bulan pertama saya melanjutkan studi kembali setelah sebelumnya saya diwisuda pada Oktober 2014. Rangkaian seleksi administrasi sudah saya jalani di akhir tahun 2014 sehingga pada bulan itu saya langsung menjalani perkuliahan. Saat itu saya masuk di semester genap dengan hanya tiga orang termasuk saya. Saat itu ada dua kelas, satu kelas dari mayoritas beasiswa Bappenas, satu lagi dari Pekerjaan Umum (PU). Saya masuk di kelas Bappenas. Di sana saya mengenal banyak teman-teman baru yang hampir seluruhnya sudah bekerja. Di kelas, saya adalah mahasiswa termuda kedua.
Proses belajar di jurusan magister ini berbeda sekali dengan saat saya S1. Dosen-dosen di jurusan ini umumnya adalah dosen-dosen yang suka akan ngobrol. Setelah kelas berakhir biasanya kami tidak langsung pulang, namun duduk di lounge jurusan untuk mengobrol dengan Pak Sonny. Awalnya ngobrol seputar materi kuliah di kelas, namun kemudian berkembang ke topik-topik lain yang bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan dunia perkuliahan. Ini saya jalani secara terus-menerus karena dasarnya saya memang suka ngobrol. Kami bahkan pernah ngobrol sampai jam 21 malam di gedung jurusan. Tak hanya dengan Pak Sonny, seringkali kami mendengarkan cerita Pak Indra di lounge. Bagi saya yang fresh graduate tentunya saya dapat "banjir" pengetahuan gratis.
Karena sistem kuliah adalah paketan, tidak ada libur bagi saya. Seingat saya selama 2015, libur terpanjang hanya saat lebaran. Saat kuliah semester genap selesai, saya sudah mulai masuk kuliah pilihan dengan Pak Wid untuk mata kuliah pesisir dan Pak Sonny untuk mata kuliah ANT. Kemudian masuk semester ganjil kembali kuliah. Saat itu kuliah padat sekali karena kuliah pilihan yang belum selesai masuk di semester tersebut. Kuliah favorit saya saat itu adalah kuliah Pak Wid tentang pembangunan pesisir dan kuliah PakTasrif tentang system dynamics karena pola pikir deterministik dalam kuliah ini sesuai dengan background saya sebagai lulusan matematika. Sementara di luar kelas, tentunya obrolan dengan Pak Sonny dan Pak Indra sangat berkesan. Istilah "milieu" saya dapatkan dari Pak Indra, sementara istilah "aktor" saya dapatkan dari Pak Sonny. "Bounded rationality" dan "fenomena" saya dapatkan masing-masing dari Pak Wid dan Pak Tasrif.
Rumah Kedua
Jika dulu saat S1 hampir sepanjang waktu saya habiskan di sekre unit, maka saat S2 saya habiskan banyak waktu di jurusan. Bahkan saya pernah nginep di jurusan saat bulan puasa. Kala itu saya nginep dengan Kang Dani yang jaga malam di jurusan. Saya tidur di lounge setelah sebelumnya saya berselancar internet di lab komputer jurusan yang biasa dijaga Pak Gun. Kala itu ITB dah sepi karena libur panjang, sementara kami masih ada kuliah beberapa. Dari pada saya berdiam di kosan, kala itu saya pilih untuk ke jurusan. Waktu lain saya biasanya ke sini adalah saat sore hari setelah kelas dan mengobrol dengan Pak Sonny sampai malam. Di tahun kedua saat mulai mengerjakan tesis, obrolan sampai malam berpindah ke warung bakso Mandeep. Teringat saya ngobrol dengan Pak Sonny enam jam non-stop secara empat mata membahas tesis dan topik-topik lain.
Selain akademis, saya dilibatkan dalam kegiatan lain. Belum lama masuk jurusan ini, saya terlibat dalam kepanitiaan seminar nasional, tak lama kemudian turut menghidupi kelompok diskusi di jurusan, penelitian dengan dosen, dan juga forum kolaborasi dengan Pikiran Rakyat. Biarpun di tahun kedua saya ambil kuliah di matematika dan magister di pertambangan (sit in), saya masih sering berkegiatan non-kuliah di jurusan. Diskusi di sana sangat hangat meskipun terkadang melebar ke kehidupan pribadi. Seringkali saya kena bully karena lama menjomblo. Satu hal legacy yang dulu pernah kami tinggalkan di jurusan ini yaitu dibentuknya kelompok diskusi yang bernama Agora Dialektika. Meskipun pada akhirnya tak lagi aktif seperti dulu tapi kelompok ini cukup bisa menggerakkan atmosfir keilmuan di jurusan ini.
Tak hanya kenangan manis, jurusan ini juga meninggalkan kisah pahit bagi saya. Saya pernah berkonflik dengan seorang dosen di sini. Konflik melebar ke luar jurusan dan banyak orang tahu. Konflik pun meredam setelah saya bertemu dosen terkait dan saya ajukan permohonan maaf. Setelah kejadian ini, hubungan kami kembali baik seperti sedia kala. Dosen terkait memiliki jiwa besar karena memberikan maaf pada tindakan saya yang salah. Kejadian ini tidak akan terlupakan bagi saya dan mungkin orang-orang yang berada di lingkungan jurusan.
Setelah bergonta-ganti judul tesis, saya akhirnya mantab untuk ambil tesis terkait sistem inovasi dengan bimbingan Pak Sonny. Saya sidang tepat dua tahun pasca masuk jurusan ini dan diwisuda dua bulan setelahnya pada maret 2017. Setelah itu saya bekerja sebagai asisten riset di SBM dan juga turut serta membantu ITB membenahi sistem informasi publik kampus. Biarpun tak lagi di jurusan, namun saya seringkali mampir ke gedung kuliah saya ini untuk sekedar berdikusi atau mengobrol. Candaan saya ke salah seorang teman di jurusan Studi Pembangunan, "Saya ke sini biar pinter". Atmosfer diskusi di jurusan ini semakin kuat dan lebih terarah. Banyak dari mahasiswanya turut serta di berbagai konferensi dan tentunya menulis paper ilmiah.
30 Desember 2018
Lulus dari jurusan ini, saya tergabung di grup WhatsApp alumni. Di grup ini sangat ramai dengan aneka arus informasi yang terkadang terdapat debat antaralumni. Satu setengah tahun setelah lulus, jurusan ini merayakan 25 tahun usia pasca didirikan pada 1993 dengan mengadakan temu alumni. Saya yang baru pulih dari sakit demam, ikut acara ini di CRSC pada 8 Desember 2018. Rencananya bulan Maret 2019 akan diadakan seminar nasional industri 4.0 dengan mengundang beberapa petinggi negara. Saya kira perencanaannya sudah sangat matang. Namun siapa yang menyangka bahwa tanggal 30 Desember 2018 ada kejadian yang sama sekali tidak diduga. Gedung Studi Pembangunan ITB terbakar dan melenyapkan seluruh aset gedung termasuk perpustakaan, labolatorium komputer, dan ruang Tata Usaha (TU).
Sampai tulisan ini sampai pada pembaca sekalian, saya belum mendengar kabar dari tim INAFIS Polri terkait apa yang menjadi penyebab kebakaran ini. Dugaan kuat kebakaran terjadi karena arus pendek listrik di ruang Tata Usaha. Kebakaran ini membuat arsip penting jurusan hangus, buku-buku koleksi dan tesis ikut terbakar, dan juga website jurusan down. Pengembangan jurusan yang sudah berada pada track yang positif, terpaksa harus jeda beberapa saat untuk pemulihan (recovery). Kegiatan perkuliahan yang tinggal beberapa minggu akan aktif kembali pastinya harus dipikirkan, juga kegiatan bimbingan tesis mahasiswa, dan juga perekrutan mahasiswa baru. Penyelamatan data-data jurusan juga merupakan hal besar yang tentunya akan menguras energi. Saya kira data-data ini valuasinya jauh lebih besar dibandingkan dengan sekedar bangunan fisik gedung. Sebagai alumni yang dulu seringkali berada di gedung tersebut tentunya sangat sedih dengan kejadian ini.
Saya sangat yakin para dosen, mahasiswa, pegawai, asisten akademik, dan tentunya kaprodi legowo menerima kejadian ini. Semoga proses recovery jurusan berjalan dnegan baik dan jurusan Magister Studi Pembangunan akan bisa seperti sedia kala bahkan lebih baik.
0 komentar:
Post a Comment