Wednesday, April 03, 2019

Akademik x Profesional


Akademik dan profesional menurut banyak orang adalah dunia yang berbeda. Di akademik, seorang dituntut untuk mengajarkan pengetahuan (lama/baru) dan menciptakan pengetahuan baru (riset). Sementara di dunia profesional, seorang dituntut untuk menyelesaikan persoalan dengan tata-cara baru atau sama sekali baru dengan berbasiskan manajerial yang kuat. Konkretnya, di akademik performa Anda ditentukan dengan capaian di SKS yang Anda ajarkan dan publikasi Anda di jurnal ternama, sementara di profesional bagaimana perusahaan mendapatkan profit setelah kehadiran Anda. Lantas apakah dua hal ini bisa dijalankan secara beriringan dengan tentunya sama-sama menghasilkan output dan outcome yang positif untuk Anda dan instansi ?

Saya berkesimpulan bisa. Tentunya ada alasan mengapa saya berpendapat begini. Berikut saya akan jelaskan.

Dunia akademik dan profesional memiliki irisan yaitu pentingnya suatu yang baru atau istilahnya inovasi yang didapatkan melalui riset atau penelitian. Dalam meneliti pastinya Anda dituntut untuk menemukan suatu yang baru baik berupa pembuktian teori untuk konteks tertentu, menyelesaikan persoalan dengan teori tertentu, atau bahkan menemukan teori baru. Sementara di profesional, Anda dituntut untuk melakukan perbaikan (improvement) tertentu sehingga sistem organisasi perusahaan atau instansi menjadi baik sehingga profit. Irisan yang sama ini memang memiliki konsekuensi yang berbeda. Jika dalam riset, hasil sebagaimanapun tidak terlalu berpengaruh karena tidak musti akan dipakai di dunia rill, namun di perusahaan/instansi akan sangat berpengaruh langsung.

Menariknya, terlepas irisan ini berbeda dalam hal konsekuensinya namun memiliki kesalingterhubungan jika keilmuan Anda adalah ilmu manajemen. Menjadi ampibi dengan hidup di dua dunia (akademik dan profesional) memperkaya Anda akan pengetahuan (knowledge) dan pengalaman (experience). Anda akan terlatih secara olah pikir (thinking) dan keterampilan (skill). Di riset seringkali ditumukan gap yang besar dengan dunia rill, karena di awal kita set kerangka (framework) dengan variabel yang terbatas tentunya. Sementara di dunia nyata, kita tidak bisa tentukan variabel itu. Terawangan (sense) riset kita akan menangkap bahwa temuan di dunia rill melalui kerja profesional dapat menjadi dugaan (hipotesis) kita untuk tema penelitian dan juga bahan ajar secara contoh kasus (case study). Begitu pula sebaliknya, jika kita memiliki kerangka dalam me-manage sebuah instansi/perusahaan sebelumnya itu akan memudahkan kita untuk menginisiasi program secara langsung tanpa membuang waktu lama untuk brainstorming. Kita bisa men-set perencanaan (planning) secara lebih matang.

Dalam praktiknya memang sangatlah tidak mudah. Namun, tidak bagi yang memiliki passion di sana. Dua hal ini akan dapat dikerjakan secara beriringan dengan porsi/takaran yang pas karena rumusan/formula untuk keduanya sudah jelas. Capaian (goal) juga sudah jelas. Tinggal jam terbang saja yang ditambah. Dengan demikian, seorang yang mampu bekerja di dua dunia ini dengan kriteria di atas, akan menjadikannya guru yang baik untuk universitas dan juga instansi/perusahaan yang dia bantu. 

0 komentar: