Pertama kalinya saya mengikuti
marathon kemarin (28/7) di event yang diadakan tahunan oleh Pocari Sweat. Ini
adalah kali kedua saya mengikuti event lari tahun ini, setelah sebelumnya
menjadi “pemain pengganti” untuk di Unity Run 6.2k pada 23 Juni lalu. Beberapa
teman tidak percaya saya mengikuti marathon 42.195k karena memang saya
terhitung jarang mengikuti event lari. Terakhir saya turut serta event lari
paling jauh 10k di ITB Ultra Marathon tahun lalu. Saya belum pernah satupun
ikut atau latihan lari half marathon (21k), saya latihan paling jauh 10k atau
sekitar satu jam keliling lapangan GOR Saparua. Selebihnya saya jogging ringan
sekitar 15 menit atau setengah jam. Itupun tidak rutin. Oleh karenanya
keikutsertaan saya di marathon tersebut adalah aksi yang nekat.
Telat dan Kram
Jam 5.00 WIB start marathon
dimulai. Saya berangkat dari kostan sekitar jam 4.30 WIB diantar oleh Gojek.
Setibanya di Gedung Sate saya sempat lakukan pemanasan sendiri sembari menunggu
waktu subuh. Semalam saya tidur kurang nyenyak, ketika bangun kepala pusing. Perut
saya juga sakit namun saya sulit buang air. Beberapa menit menjelang azan
subuh, saya ke masjid gedung Pakuan untuk sholat subuh jamaah. Setelah sholat,
saya harus menitipkan barang saya di Baggage
Drop. Sialnya saya harus ngantri panjang di belakang. Hasilnya saya telat
untuk start sekitar 15 menit. Jadi saya start berbarengan dengan peserta
half-marathon. Di belokan Pusdai, saya hampir salah rute karena ikut dengan
peserta HM. Untungnya saya sempat tanya salah seorang peserta dan saya pun
berbalik dan menuju rute marathon.
Di jalan saya lihat sedikit
sekali yang start telat seperti saya. Banyak yang sudah jauh mendahului saya.
Rute awal yang saya lewati adalah jalan AH Nasution dari Pusdai menuju Jalan
Pastur dan kembali lagi ke Pusdai dan menuju Supratman dan Antapani. Karena
saya telah 15 menit, saya bertekad tidak berhenti untuk sekedar minum di Hydration
Point (saya lebih suka menyebut Water Station/WS seperti di ITB Ultra tahun
lalu) sampai 20k. Namun, saya kuat sampai 11k, di WS depan Pusdai saya sempat minum segelas Pocari
Sweat yang disediakan panitia. Di belokan Supratman menuju Antapani, saya
sempat buang air kecil di sebuah POM bensin di sana. Setelah itu, saya
lanjutkan perjalanan. Saya bertemu dengan alumni ITB 94, Pak Arif namanya. Saya
barengan lari dengan beliau sampai daerah Kiaracondong. Di KM 21 kami sempat
berfoto bersama.
Bersama Pak Arif (IF94) |
Selanjutnya saya terkadang mendahului beliau atau beliau mendahului saya. Seringnya saya berada di belakang beliau. Ada juga Pak Arie (jika tidak salah), seorang Bapak mungkin berusia 50-an yang terkadang di depan/di belakang saya. Ada juga seorang perempuan cantik (jika tidak salah namanya Ingrid) dengan gaya larinya seperti jalan namun konstan yang saya tidak pernah sekalipun bisa mendahuluinya. Dia pernah di belakang saya karena cari pengganjal perut, namun setelah itu saya hampir tidak pernah melihatnya lagi, dia berada jauh di depan. Dari Kiaracondong, kami menuju Gatot Subroto dan kemudian Asia Afrika. Setelah KM 30, saya sempat cari pengganjal perut di salah satu minimarket. Saya saat itu lapar sekali. Panitia menyediakan pisang namun hanya di beberapa titik, jika tidak salah 4 titik saja. Pelayan di minimarket saat itu cantik sekali membuat saya menyesal tidak bicara basa-basi satu kalimatpun.
Setelah dua dari tiga coklat
snickers habis dimakan, saya melanjutkan perjalanan. Saya bertekad dari KM 31
ke 37 untuk jarang-jarang jalan jauh. Realitanya, saya tetap seringkali jalan.
Saya merencanakan untuk dengarkan musik yang playlist-nya sudah saya siapkan di
5k terakhir namun saya urungkan. Setelah melewati Jalan Kebon Kawung –
Pajajaran - Cihampelas – Riau – Merdeka -
Jawa, saya sempat berhenti beberapa menit di WS. Saya meminta bantuan tim PMI
untuk membantu melemaskan otot kaki saya yang sempat kram di KM 31. Saat
terjadi kram, saya paksakan untuk terus berlari sampai pada akhirnya tidak merasakan
lagi. Di lima kilometer terakhir, kaki sudah mulai berat sekali untuk sekedar
jalan. Di WS tersebut, saya melihat jam di hape saya menunjukkan pukul 11.17
WIB, artinya waktu saya tinggal 43 menit sebelum Cut-Off Time (COT) atau batas waktu yang ditentukan panitia untuk
katagori marathon.
Hitungan Detik
Tiba pada akhirnya di KM 41,
artinya tinggal sekitar 1 kilometer garis finish. Sejak saat itu saya urungkan
untuk jalan, saya terus berlari. Saya tidak peduli dengan waktu sampai pada
akhirnya saya sampai jalan Diponegoro. Itu artinya tinggal beberapa meter lagi
saya masuk garis finish. Banyak orang bersahutan menyemangati, saya abaikan
semua. Saya fokus pada diri saya yang harus meningkatkan energi untuk mencapai garis
akhir sebelum COT. Tepat di depan saya, ada rekan satu tim yang menyemangati
kawan timnya dengan memberikan balon. Sementara saya, tidak ada satupun. Satu
hal yang membuat saya harus finish di bawah COT hanyalah diri saya sendiri yang
menargetkan finish di bawah COT meskipun telat start 15 menit. Jarak semakin
dekat, saya melihat waktu menunjukkan kurang dari 2 menit menuju COT. Saya paksakan
diri tidak peduli betapa sakitnya kaki saya untuk sekedar lari kecil. Tinggal
satu menit lagi dan saya berhasil finish sekitar 40 detik sebelum COT. Alhamdulillahiroobil aa’lamiin.
Tepat habis finish |
0 komentar:
Post a Comment