Dekade baru 2020 sudah dimulai. Saatnya saya
membuat kilas 2019 dari aktivitas yang saya jalani selama itu. Sejak dari awal
tahun, kefokusan saya adalah seputar bagaimana riset saya selesai. Keluarannya yaitu
publikasi minimal tiga paper di jurnal internasional Q3. Energi saya kesedot ke
sana setiap hari khususnya di pagi dan sore hari dengan nongkrong di kafe
sampai malam. Tak hanya riset, saya tetap menjalankan pekerjaan saya yang lain terkait
manajemen informasi. Meskipun itu prioritas kedua, namun realitanya saya justru
habiskan waktu saya lebih banyak ke situ.
Seingat saya di akhir tahun 2018, saya telah
menjalin komunikasi dengan dosen Informatika untuk meminta beberapa mahasiswanya
membantu kami di PPID. Alhamdulillah, permintaan saya dikabulkan dengan
diberikan tujuh mahasiswa dengan satu diantaranya adalah mentor. Kebetulan di
jurusan tersebut matakuliah Rekayasa Perangkat Lunak yang tugas utamanya adalah
mengerjakan projek profesional secara berkelompok. Saya memberikan tugas mereka
untuk membuat website PPID dengan tampilan/fitur kombinasi dari website PPID milik
PPID DKI Jakarta, IPB, dan ITS.
Selain melibatkan mahasiswa IF, kami juga melibatkan
10 mahasiswa S1 lintas jurusan untuk magang di PPID. Mereka mengerjakan banyak
hal seperti content creator website dan media sosial, infografis, admin media
sosial, video creator, pengembangan portal satu layanan, website LLH, mobile
app android, dan juga mengembangkan web PPID. Jika ditotal di semester pertama
tahun lalu saya harus mengkoordinasi total 17 mahasiswa aktif. Itu belum
ditambah dengan aktivitas rutin di PPID di mana saya harus berkali-kali
memimpin rapat seperti penentuan Daftar Informasi Publik (DIP) dan Daftar
Informasi yang Dikecualikan (DIK). Saya juga sempat ke Surabaya untuk mewakili
kampus di acara sosialisasi PPID dari Kemenristekdikti.
Semester awal selesai, selesai juga koordinasi saya
dengan mahasiswa IF. Meskipun demikian, pekerjaan mereka perlu penyempurnaan.
Untungnya ada mahasiswa magang di PPID yang menangani persoalan ini. Menjelang
semester kedua, pekerjaan besar lainnya ada lagi yaitu pengembangan website
official ITB. Saat liburan semester genap, kami merekrut 16 mahasiswa yang akan
membantu kami dengan posisi content writer, graphic designer, dan photographer.
Mereka kami kontrak 5 bulan. Selain mereka yang masuk dalam tim web di bawah
koordinasi saya adalah 3 pegawai dengan posisi backend developer, frontend
developer, dan administrasi. Sementara itu, mahasiswa magang untuk PPID kali
ini bertambah dua menjadi 12 orang dengan posisi sedikit berbeda dengan
semester pertama. Kali ini ada empat orang khusus mengerjakan web ITB Magz (2
orang) dan konten majalah tersebut (2 orang). Jika ditotal, saya mengkoordinasi
secara langsung 31 orang.
Di semester dua ini, kami dihadapatkan dengan
pemeringkatan keterbukaan informasi publik untuk PPID. Untungnya update DIP-DIK
udah, begitu pula pengembangan website-nya. Dalam rangka pemeringkatan, saya seperti
tahun sebelumnya turut mendampingi atasan untuk presentasi di Jakarta. Di luar pemeringkatan,
saya sempat diutus ke Makassar untuk mewakili kampus menghadiri workshop reformasi
birokrasi dari Kemenristekdikti. Tiga bulan menjelang berakhirnya tahun, saya memulai
menulis buku tentang “Komersialisasi Teknologi” dengan dosen di MoTLab SBM. Pekerjaan
ini adalah subtitusi atas belum berhasilnya saya publikasi paper. Dengan beban yang
besar ini, saya spend waktu sore saya hampir setiap hari di kafe. Saya di sana
sampai malam sekitar jam 21 atau 22.
Selain pekerjaan rutin, tulisan saya sempat diterima
di salah satu surat kabar nasional yaitu Jawa Pos setelah sebelumnya ditolak
oleh surat kabar lain. Saya aktif menulis di blog wordpress saya, namun tidak
dengan blog domain [dot]com dan juga medium saya. Di sana saya menulis beberapa
saja. Di tahun itu, saya belum berhasil di hal asmara meskipun sempat dekat
dengan beberapa perempuan. Saya biasa habiskan waktu luang saya untuk jogging
di Saparua dan juga ngopi di Los Tjihapit setelah sebelumnya sarapan di Mak
Eha.
Luaran
Meskipun masih belum berhasil untuk publikasi di
jurnal internasional, juga fokus untuk studi doktoral, alhamdulillah ada
beberapa capaian yang bisa saya banggakan di tahun 2019 ini. Pertama, ITB melalui
PPID mendapatkan penghargaan tertinggi dari Komisi Informasi Republik Indonesia
dengan predikat “Informatif” setelah tahun sebelumnya “Menuju informatif” dan “Kurang
Informatif”. Kedua, buku ketiga saya akan segera terbit. Kali ini dengan kolega
saya dari MotLab SBM. Lebih senangnya lagi, buku ini diberi kata pengantar dari
Pak Kusmayanto Kadiman, salah satu tokoh panutan saya. Ketiga, ITB akan segera
memiliki tampilan dan fitur website baru. Kritik saya selama ini alhamdulillah dapat
terjawab. Keempat, inisiasi kecil saya seperti ITB Magz dan portal satu layanan
sudah ada wujudnya.
Di ranah lari, alhamdulillah untuk pertama kalinya saya dapat finish marathon 42 km dengan waktu 7 jam kurang 42 detik. Saya terbilang nekat mengikuti event Pocari Bandung Marathon pertengahan tahun tersebut. Gelar "finisher" cukup membuat saya percaya diri sebagai pelari amatir. Kurang lebih tiga bulan setelah event tersebut, saya kembali mengikuti event lari yang kali ini di ITB Ultra Marathon Relay 9 atau lari sekitar 20 km. Saya mendapatkan rute di daerah Cianjur. Selain lari, di tahun 2019 saya sempat bertemu dengan tokoh-tokoh yang menjadi role model saya seperti Pak Wiranto Arismunandar, Pak Kusmayanto Kadiman, Pak Saswinadi Atmojo, Pak Subagjo, Pak Gede Wenten, Pak Trio Adiono, mas Arief Widhiyasa dan Pak Tjia May On (alm).
*) ditulis di Graha Pena Surabaya pada 2 Januari 2020
*) ditulis di Graha Pena Surabaya pada 2 Januari 2020
0 komentar:
Post a Comment