Thursday, January 02, 2020

Refleksi 2019

Dekade baru 2020 sudah dimulai. Saatnya saya membuat kilas 2019 dari aktivitas yang saya jalani selama itu. Sejak dari awal tahun, kefokusan saya adalah seputar bagaimana riset saya selesai. Keluarannya yaitu publikasi minimal tiga paper di jurnal internasional Q3. Energi saya kesedot ke sana setiap hari khususnya di pagi dan sore hari dengan nongkrong di kafe sampai malam. Tak hanya riset, saya tetap menjalankan pekerjaan saya yang lain terkait manajemen informasi. Meskipun itu prioritas kedua, namun realitanya saya justru habiskan waktu saya lebih banyak ke situ.

Seingat saya di akhir tahun 2018, saya telah menjalin komunikasi dengan dosen Informatika untuk meminta beberapa mahasiswanya membantu kami di PPID. Alhamdulillah, permintaan saya dikabulkan dengan diberikan tujuh mahasiswa dengan satu diantaranya adalah mentor. Kebetulan di jurusan tersebut matakuliah Rekayasa Perangkat Lunak yang tugas utamanya adalah mengerjakan projek profesional secara berkelompok. Saya memberikan tugas mereka untuk membuat website PPID dengan tampilan/fitur kombinasi dari website PPID milik PPID DKI Jakarta, IPB, dan ITS.

Selain melibatkan mahasiswa IF, kami juga melibatkan 10 mahasiswa S1 lintas jurusan untuk magang di PPID. Mereka mengerjakan banyak hal seperti content creator website dan media sosial, infografis, admin media sosial, video creator, pengembangan portal satu layanan, website LLH, mobile app android, dan juga mengembangkan web PPID. Jika ditotal di semester pertama tahun lalu saya harus mengkoordinasi total 17 mahasiswa aktif. Itu belum ditambah dengan aktivitas rutin di PPID di mana saya harus berkali-kali memimpin rapat seperti penentuan Daftar Informasi Publik (DIP) dan Daftar Informasi yang Dikecualikan (DIK). Saya juga sempat ke Surabaya untuk mewakili kampus di acara sosialisasi PPID dari Kemenristekdikti.

Saya dengan piagam ITB "Informatif" di Intana Wapres RI
Semester awal selesai, selesai juga koordinasi saya dengan mahasiswa IF. Meskipun demikian, pekerjaan mereka perlu penyempurnaan. Untungnya ada mahasiswa magang di PPID yang menangani persoalan ini. Menjelang semester kedua, pekerjaan besar lainnya ada lagi yaitu pengembangan website official ITB. Saat liburan semester genap, kami merekrut 16 mahasiswa yang akan membantu kami dengan posisi content writer, graphic designer, dan photographer. Mereka kami kontrak 5 bulan. Selain mereka yang masuk dalam tim web di bawah koordinasi saya adalah 3 pegawai dengan posisi backend developer, frontend developer, dan administrasi. Sementara itu, mahasiswa magang untuk PPID kali ini bertambah dua menjadi 12 orang dengan posisi sedikit berbeda dengan semester pertama. Kali ini ada empat orang khusus mengerjakan web ITB Magz (2 orang) dan konten majalah tersebut (2 orang). Jika ditotal, saya mengkoordinasi secara langsung 31 orang.

Di semester dua ini, kami dihadapatkan dengan pemeringkatan keterbukaan informasi publik untuk PPID. Untungnya update DIP-DIK udah, begitu pula pengembangan website-nya. Dalam rangka pemeringkatan, saya seperti tahun sebelumnya turut mendampingi atasan untuk presentasi di Jakarta. Di luar pemeringkatan, saya sempat diutus ke Makassar untuk mewakili kampus menghadiri workshop reformasi birokrasi dari Kemenristekdikti. Tiga bulan menjelang berakhirnya tahun, saya memulai menulis buku tentang “Komersialisasi Teknologi” dengan dosen di MoTLab SBM. Pekerjaan ini adalah subtitusi atas belum berhasilnya saya publikasi paper. Dengan beban yang besar ini, saya spend waktu sore saya hampir setiap hari di kafe. Saya di sana sampai malam sekitar jam 21 atau 22.

Selain pekerjaan rutin, tulisan saya sempat diterima di salah satu surat kabar nasional yaitu Jawa Pos setelah sebelumnya ditolak oleh surat kabar lain. Saya aktif menulis di blog wordpress saya, namun tidak dengan blog domain [dot]com dan juga medium saya. Di sana saya menulis beberapa saja. Di tahun itu, saya belum berhasil di hal asmara meskipun sempat dekat dengan beberapa perempuan. Saya biasa habiskan waktu luang saya untuk jogging di Saparua dan juga ngopi di Los Tjihapit setelah sebelumnya sarapan di Mak Eha.

Luaran

Meskipun masih belum berhasil untuk publikasi di jurnal internasional, juga fokus untuk studi doktoral, alhamdulillah ada beberapa capaian yang bisa saya banggakan di tahun 2019 ini. Pertama, ITB melalui PPID mendapatkan penghargaan tertinggi dari Komisi Informasi Republik Indonesia dengan predikat “Informatif” setelah tahun sebelumnya “Menuju informatif” dan “Kurang Informatif”. Kedua, buku ketiga saya akan segera terbit. Kali ini dengan kolega saya dari MotLab SBM. Lebih senangnya lagi, buku ini diberi kata pengantar dari Pak Kusmayanto Kadiman, salah satu tokoh panutan saya. Ketiga, ITB akan segera memiliki tampilan dan fitur website baru. Kritik saya selama ini alhamdulillah dapat terjawab. Keempat, inisiasi kecil saya seperti ITB Magz dan portal satu layanan sudah ada wujudnya. 

Di ranah lari, alhamdulillah untuk pertama kalinya saya dapat finish marathon 42 km dengan waktu 7 jam kurang 42 detik. Saya terbilang nekat mengikuti event Pocari Bandung Marathon pertengahan tahun tersebut. Gelar "finisher" cukup membuat saya percaya diri sebagai pelari amatir. Kurang lebih tiga bulan setelah event tersebut, saya kembali mengikuti event lari yang kali ini di ITB Ultra Marathon Relay 9 atau lari sekitar 20 km. Saya mendapatkan rute di daerah Cianjur. Selain lari, di tahun 2019 saya sempat bertemu dengan tokoh-tokoh yang menjadi role model saya seperti Pak Wiranto Arismunandar, Pak Kusmayanto Kadiman, Pak Saswinadi Atmojo, Pak Subagjo, Pak Gede Wenten, Pak Trio Adiono, mas Arief Widhiyasa dan Pak Tjia May On (alm).

*) ditulis di Graha Pena Surabaya pada 2 Januari 2020 

0 komentar: